Senin, 13 Oktober 2008
Wanita Teladan Didikan Sang Sayyidah
kedatangannya ke Madinah terdapat perbedaan pendapat dalam berbagai
sumber sejarah. Sebagian mengatakan bahwa Fidhah merupakan putri raja
India. Akan tetapi tidak ada seorang pun yang mengetahui secara jelas
mengenai kedatangannya ke Madinah. Karena, pasukan Islam pada saat itu
belum pernah memasuki wilayah India. Karena wilayah tersebut baru
ditaklukan pada zaman Abdul Malik bin Marwan. [Biharul-Anwar jilid 41
halaman 272 dinukil dari Cesyme dar Bastar halaman 314]
Sementara dalam sumber lain dijelaskan tentang beberapa kemungkinan,
di antaranya; Kemungkinan pertama, Raja Najasyi berperang dengan
kerajaan India dan akhirnya Fidhah Hindi ditawan, lalu raja Najasyi
menghadiahkannya kepada Rasulullah saww. Kemungkinan kedua, Raja
Romawi telah memberikan berbagai hadiah kepada Rasulullah, di
antaranya ialah menghadiahkan Fidhah Hindi.
Kemungkinan ketiga, karena cahaya Islam telah terpancar dalam hatinya
akhirnya ia membiarkan dirinya tertawan agar dapat sampai ke Negara
pusatnya Islam... hanya Allahlah yang mengetahui yang sebenarnya.
[Riyahanu asy-Syari'ah jilid 2 halaman 320 dinukil dari Cesyme dar
Bastar halaman 314] itulah kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan
Fidhah Hindi sampai di kota Madinah.
Sempat terbesit dalam hati Fidhah mengharapkan kematian, karena
seringnya mendengar berbagai cerita kekejaman para majikan kepada para
budak. Fidhah Hindi akan pergi menuju rumah majikan barunya yaitu Sy.
Fathimah Zahra as. Dalam perjalanan menuju rumah majikannya, Fidhah
menangis karena teringat akan kasih sayang, kelembutan, belaian dan
pelukan hangat ibunya. Namun akhirnya, ia pun pasrah atas nasib yang
telah menimpanya. Fidhah terus larut dalam lamunannya, sampai akhirnya
tiba-tiba ia mendengar seseorang memberikan salam kepadanya. Tidak
salah mendengarkah saya? Apakah ada orang yang memberikan salam kepada
seorang budak. Ternyata ia tidak salah mendengar, kembali ia mendengar
sambutan hangat yang telah memberikan salam kepadanya, seraya berkata:
"Assalamualaikum, saya adalah Fathimah. Selamat datang di rumah
barumu!".
Kemudian Sy. Fatimah Zahra membawa masuk ke dalam rumah dan
mempersilahkannya duduk. Setelah itu, lantas beliau menyuguhi ia
dengan segala hidangan yang terdapat di dalam rumah. Seusai
menyaksikan sambutan hangat majikan barunya, pikiran buruk yang telah
terbesit dalam pikiran Fidhah pun hilang dari ingatannya. Ia telah
datang di rumah wanita termulia dan penghulu para wanita sebagaimana
yang telah dijelaskan dalam berbagai riwayat, yang telah memperlakukan
pembantu dengan sebaik-baiknya.
Fidhah Hindi sangat terkesima sewaktu menyaksikan wajah suci dan
menarik Fathimah Zahra. Ia kembali larut dalam lamunannya: "Betapa
bercahaya perempuan ini. Betapa berkharisma perempuan ini. Walaupun ia
calon majikanku, namun ia pun sangat baik dan hangat dalam
menyambutku... sepertinya aku telah mengenalnya". Tiba-tiba Fidhah
merasakan tangan majikannya telah memegang tanggannya dengan lembut,
seraya berkata: "Janganlah sungkan di rumah barumu! Anggaplah aku
sebagai saudarimu! Engkau pasti lelah. Oleh karena itu, istirahatlah
dulu untuk beberapa hari. Setelah itu, baru kita bergantian dalam
mengerjakan pekerjaan rumah. Ketika giliran saya yang mengerjakan
pekerjaan rumah, engkau harus beristirahat. Dan sebaliknya, ketika
giliranmu tiba, engkau yang bekerja dan saya akan beribadah".
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Fidhah melihat seorang majikan yang
membagi pekerjaan dengan seorang pembantu secara adil. Memberi makan
pembantu sama dengan makanannya sendiri . Setiap malam, ia mendengar
munajat doa dan tangisan Fathimah Zahra a, yang sedang bermunajat
dengan Tuhannya. Menyaksikan pemandangan seperti itu, lalu ia pun
bangun mengambil air wudhu dan beribadah. Di rumah majikannya ia telah
mendapatkan berbagai ilmu. Ia telah belajar tentang keutamaan,
pengorbanan, kedermawanan dan kemanusiaan dari majikannya, Fathimah
Zahra as. Fidhah telah menyaksikan majikannya ketika sedang bekerja
dan menumbuk gandum selalu terlantun dari bibir sucinya ayat-ayat suci
al-Qur'an. Oleh karenanya, ia telah belajar untuk selalu dekat dan
bersama al-Qur'an dari Fathimah Zahra as. Bahkan ia tidak pernah
berbicara melainkan dengan ayat-ayat al-Qur'an sampai akhir hayatnya.
Ketika ia ingin mengatakan atau menanyakan sesuatu maka akan
menggunakan ayat-ayat suci al-Qur'an.
Disebutkan dalam sejarah, pada suatu hari di padang pasir Hijaz
seorang laki-laki tertinggal dari rombongannya dan ia telah bertemu
dengan Fidhah Hindi.
- Laki-laki tersebut bertanya kepadanya: "Siapakah anda?".
- Fidhah Hindi menjawab: "Wa qul salaamun fa saufa ya'lamun"; "dan
Katakanlah: "Salam kelak mereka akan mengetahui". [Az-Zuhruf: 89]
- Dari ayat itu, laki-laki telah memahami bahwa ia harus mengucapkan
salam terlebih dahulu. Oleh Karena itu, ia mengucapkan salam kepada
Fidhah Hindi. Lalu ia bertanya kembali: "Apa yang anda lakukan di
tempat ini sendirian? Apakah anda tersesat?".
- Fidhah Hindi menjawab: "Man yahdillahu fa ma lahu min mudhilin";
"Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka tidak
seorangpun yang dapat menyesatkannya". [az-Zumar:37]
- Laki-laki bertanya; "Apakah anda jin atau manusia?"
- Fidhah Hindi menjawab: "Ya bani Adam khuzduu zinatakum"; " Hai anak
Adam, pakailah pakainmu yang indah". [al-A'raf: 31] Maksudnya, ia
adalah manusia.
- Laki-laki bertanya; "Anda berasal dari mana?".
- Fidhah Hindi menjawab: "Yunaduuna min makanin b'aiidin"; "mereka itu
adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh". [Fushilat:44]
Maksudnya, ia berasal dari tempat jauh.
- Laki-laki bertanya: "Anda mau pergi kemana?".
- Fidhah Hindi menjawab: "Walillahi 'alannasi hijjul baeti"; "
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah". [Ali-Imron:
97] Maksudnya, ia hendak pergi ke kota suci Mekkah.
- Laki-laki bertanya: "Sudah berapa lama anda di perjalanan?".
- Fidhah Hindi menjawab: "Wa laqad kholaqna as-samawaati walardhi fi
sitati ayyaami "; "Dan Sesungguhnya Telah kami ciptakan langit dan
bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa". [Qaaf: 38]
Maksudnya, telah 6 hari lamanya ia berada dalam perjalanan.
- Laki-laki bertanya: "Apakah anda sudah makan?".
Fidhah Hindi menjawab: "Wa ma ja'alna hum jasadan la ya'kuluun
at-tha'ami"; "Dan tidaklah kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada
memakan makanan". [al-Anbiyaa: 8] Maksudnya, ialah belum makan.
- Lalu laki-laki tersebut memberi makan kepadanya, seraya bertanya:
"Kenapa anda tidak berjalan cepat sehingga tidak tertinggal?".
- Fidhah Hindi menjawab: "La yukalifullahu nafsan illa wus'ahaa";
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya". [al-Baqarah: 286] Maksudnya, ia tidak mampu berjalan
dengan cepat karena usianya yang telah lanjut.
- Lalu laki-laki bertanya: "Apakah anda berkenan menaiki tungganganku -unta-?".
- Fidhah Hindi menjawab: "Lau kaan fiihima aalihatun illallah
lafasadata"; "Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain
Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa". [al-Anbiya: 22]
Maksudnya, tidak mungkin menunggangi tunggangan (onta) secara
bersamaan.
- Lalu laki-laki turun dari tunggangannya dan mempersilahkan Fidhah
menaikinya, lalu bergerak untuk melanjutkan perjalanannya.
- Setelah menaiki tunggangan, lantas Fidhah berkata: "Subhana alladzi
sakhkhaara lanaa hadza"; "Maha Suci Tuhan yang Telah menundukkan semua
Ini bagi kami". [az-Zuhruf: 13] Maksudnya, ia memohon kepada laki-laki
tersebut untuk menghantarkan ke rombongannya.
- Lalu laki-laki mengantarkan Fidhah sampai bertemu dengan
rombongannya, dan bertanya kepadanya; "Apakah di antara rombongan ini
ada yang anda kenal?".
- Fidhah Hindi menjawab: "Ya Daud innaa ja'alnaaka khalifatan
filardhi"; "Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah
(penguasa) di muka bumi". [Shaad: 26] "Wa ma Muhamadun illa rasulun";
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul". [Ali Imron: 144]
"Ya Yahya khudi alkitaba"; "Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat)...".
[Maryam:12] "Ya Musa innii anaa Rabbuka ..."; "Maka ketika ia datang
ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah
Tuhanmu". [Thaha: 11-12]
- Laki-laki pun memahami maksud Fidhah bahwa nama-nama yang telah
disebutkannya (Daud, Muhamad, Musa dan Yahya) ialah orang-orang yang
dikenalnya. Lantas laki-laki memanggil keempat orang tersebut. Tidak
lama datanglah empat orang laki-laki muda. Laki-laki itu kembali
menengok ke arah Fidhah seraya bertanya: "Apakah hubungan mereka
denganmu?".
- Fidhah Hindi menjawab: "Almaalu wa albanuunu zinatul hayaati dunya";
"Harta dan anak-anak merupakan perhiasan dunia". [Kahfi: 46]
Maksudnya, keempat anak muda tersebut ialah anak-anaknya.
- Ketika anak-anak Fidhah menghampirinya, lantas ia berkata kepada
mereka: "Ya abati ista'jirhu inna khaira man ista'jarta alqawiyu
alamiinu" "Wahai ayahku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada
kita), Karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya".
[Qashas: 26] Maksudnya, karena laki-laki tersebut telah susah payah
dalam menghantarkannya ke rombongan, sebagai gantinya ia harus diberi
upah. Lantas para anaknya memberikan upah kepada laki-laki tersebut.
- Namun Fidhah kembali berkata; "Wallahu yudhaifu liman yasya'u"; "Dan
Allah akan melipat gandakan (diberi lebih) bagi yang dikehendakinya".
[al-Baqarah; 263] Para anak Fidhah memahami maksud ibunya, yaitu agar
memberikan uang lebih dari bayaran yang seharusnya. Lantas mereka pun
melipat gandakan bayaran laki-laki tadi.
Sewaktu laki-laki menyaksikan Fidhah sangat menguasai al-Qur'an,
dengan penuh rasa takjub ia bertanya: "Siapakah sebenarnya perempuan
ini?". Mereka menjawab: "Dia adalah ibu kami Fidhah, mantan pembantu
Fathimah Zahra as. Dua puluh (20) tahun lamanya tidak pernah berbicara
melainkan dengan al-Qur'an. [Biharul-Anwar jilid 43 halaman 46 dinukil
dari Cesyme dar Bastar halaman 310-312] Laki-laki tadi masih tertegun
setelah menyaksikan kelihaian Fidhah dalam menguasai al-Qur'an. Dalam
hati ia bertanya: "Sebenarnya bagaimana Fathimah Zahra as
memperlakukan pembantunya, sehingga pembantunya menjadi seperti ini?
Andaikan aku memiliki anak seperti ini".
[ED, sumber buku Cesyme dar Bastar; analisa tentang berbagai sisi
kehidupan Sy. Fathimah Zahra as, karya Pur Sayyid Oghoi]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar