Rabu, 27 Oktober 2010

Majmu'un minal khabar al jadidah

Arab Saudi:
600 Ribu Dollar untuk Kehancuran Iran

Salah satu media massa di Irak berhasil mengungkap bahwa kerajaan Arab Saudi menghabiskan dana 600 Dollar untuk menjalankan lima satelit dalam proyek penyebaran fitnah. Fitnah yang ditujukan untuk memecah belah antara kelompok ahlu sunah-syiah, dan untuk menghantam Iran. Semua itu mereka lakukan dibawah naungan Amerika, Inggris, dan Zionis Israel.


Kantor berita ABNA melaporkan, satelit Nahrain net telah dibuat untuk menebarkan fitnah berbahaya serta menciptakan perselisihan antara ahlu sunah dan syiah, berdasarkan laporan ini Muqarran bin Abdul Aziz kepala badan informasi Arab Saudi, memerintahkan pembuatan media provokasi yang baru serta perangkat satelit yang digunakan untuk menyebarkan fitnah di dunia Arab dan dunia Islam. Diberitakan bahwa satelit ini dibuat atas prakarsa Amerika, Inggris, dan rezim zionis. Mereka menggalang dana 600 Dollar untuk menyebarkan fitnah dan kebohongan.

Sumber berita Ma’aridh Saudi di Washington juga menjelaskan bahwa kerajaan Saudi menghabiskan biaya 600 juta dolar untuk proyek ini, bahkan pengeluaran untuk proyek ini bisa mencapai milyaran dolar untuk bisa menyebarkan berbagai macam fitnah diantara ahlu sunah dan syiah serta memunculkan madzhab sufi baru. Berdasarkan sumber berita ini raja Abdullah bin Abdul Aziz telah menyerahkan tugas ini pada dinas bagian informasi dan komunikasi 8 bulan yang lalu. Semua media masa Arab Saudi baik yang didalam atau diluar negeri berhubungan
langsung dengan dinas ini, seperti chanel Al Arabiyah dan dua koran internasional As Syarqul Ausath dan Al Hayah yang diterbitakan di London, Satelit As Syarqiya di Irak, dan AL Lubnaniyah yang berhubungan dengan kelompok 14 Maret. Berdasarkan laporan ini, fitnah yang disebutkan tidak akan disebar di kawasan negara-negara Arab tapi ditujukan pada negara-negara Islam yang lain.
Sumber ini menerangkan tujuan kerajaan menggulirkan proyek dengan dana sebanyak ini adalah agar kerajaan Saudi Arabia menjadi perwakilan dunia Islam yang berwenang sepenuhnya pada dua bangunan suci di Mekah dan Madinah. Saudi merasa sudah cukup terdesak untuk mengambil langkah preventif membendung opini masyarakat Islam yang memandang Saudi sebagai sekutu Israel dan menjadi penentu kelancaran proyek-proyek AS di Timur Tengah. Ratusan juta orang Ahlus Sunnah percaya bahwa Arab Saudi dan AS membela tentara zionis pada saat melawan para pejuang Lebanon dan ketika mereka menyerang Gaza. Anak keturunan raja Arab Saudi yang terhitung orang penting kerajaan berjabat tangan dengan Iyalun menteri luar negeri rezim zionit pada saat konferensi internasional, hal ini menambah keyakinan masyarakat internasional bahwa Arab Saudi memang memiliki hubungan erat dengan Israel.
Sumber ini menambahkan, keberlanjutan hubungan seperti ini akan memperkuat pandangan dunia Islam bahwa Arab Saudi bekerjasama dengan Israel dan disisi lain posisi Iran, Turki, Hizbullah serta Hamas dimata Dunia Islam makin menguat. Karenanya pembuatan satelit-satelit tersebut bertujuan menyerang Iran, Hizbullah maupun Hamas. Dijelaskan juga bahwa pembuatan fitnah oleh Arab Saudi bukanlah hal yang baru, melainkan sudah dimulai sejak jatuhnya rezim Saddam. Sejak itu, departemen informasi dan komunikasi berjuang sekuat tenaga untuk membuat perselisihan antara ahlu sunah dan syiah Mereka juga menggunakan Al Mustaqilah yang mana salah satu pemilik hak khususnya adalah Hasyimi seorang wartawan koran Tunisia yang dekat dengan Zainal Abidin bin Ali seorang aparat pemerintah, media masa yang memiliki masalah dalam pemodalan ini kembali bisa bangkit dengan bantuan pemerintah Arab Saudi.
Saudi Arabia juga menjadi penyuplai dana 14 satelit Ahlus Sunnah di Irak, selain itu juga menjadi pemrakarsa terbentuknya dua satelit Shofa dan Washal. Dua satelit yang secara
khusus menyiarkan siaran yang menyerang syiah disetiap harinya. Dalam siarannya dua satelit ini juga sering menghina orang-orang Ahlul Bait as. Tidak cukup sampai disitu seorang Kuwait Yasser Al Habib terang-terangan menghina Istri Nabi saw. Sumber ini menekankan berdasarkan informasi yang didapatkan dari media yang ada di London dan Arab Saudi kepemimpinan dinas informasi dan komunikasi akan diberikan pada Muqaran bin Abdul Aziz yang masih keturunan raja. Karena itu maka lebih leluasa untuk digunakan menyerang syiah seperti dua satelit yang lain Washal dan Shafa. Ada beberapa bahasa yang digunakan satelit-satelit tersebut diantaranya
Inggris, Pastu, Turki, Urdu, dan Persia.
Kedutaan luar negri Arab Saudi di London 3 bulan yang lalu menerima tiga pembesar Ahlus Sunnah dari Iran yang merupakan penentang pemerintahan Iran, pertemuan itu dilakukan secara teratur. Secara terang-terangan diberitahukan kepada mereka bahwa banyak dana yang dikeluarkan untuk membuat satelit baru dalam rangka perang dingin dengan Syiah dan untuk menciptakan perselisihan antara Ahlus Sunnah dan Syiah.
Kerajaan Arab Saudi berharap bisa membuat 5 satelit yang dikhususkan untuk menyebar berita di Iran, dengan bahasa Persia dan Kurdi untuk melakukan penghancuran di Iran. Ditetapkan juga Muntashir al Buluci seorang prajurit upahan sebagai orang yang berwenang memenejemen salah
satu satelit tersebut. Sumber juga melaporkan bahwa dinas komunikasi dan informasi Arab saudi
ini juga bekerja sama dengan intelijen Inggris, Amerika, dan Israel.
Orang-orang Israel telah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dengan detail sejak tahun 2005 M, data ini ditawarkan pada kerajaan Arab Saudi untuk kepentingan itu. Dan tujuan paling penting dari usaha perlawanan pada syiah adalah memunculkan fitnah antar madzhab di dunia Arab dan khususnya Libanon. Negara-negara sekitar teluk Persia seperti
Kuwait sesuai konsep zionis merupakan daerah paling tepat untuk mengembalikan nama baik Arab Saudi dimata dunia islam juga diantara negara-negara Ahlus Sunnah lainnya, dengan begitu Arab Saudi tidak menjadi satu-satunya negara yang dinilai melindungi madzhab wahabi, melainkan menekankan bahwa mereka itu pelindung bagi Ahlus Sunnah, selebihnya untuk menarik negara-negara Islam kearahnya dan mengikrarkan pertentangannya dengan Iran.
Lebanon:
Pertemuan Ahmadi Nejad dengan Kelompok Ulama di Lebanon

Presiden dalam pertemuan dengan ulama Lebanon berkata, "Keyakinan pada penegak keadilan di akhir zaman adalah pemersatu agama-agama yang ada. Para ulama berbagai agama bisa menempatkan tema-tema dan permasalahan mendasar kemanusiaan diatas meja kerja mereka untuk dicari jalan
pemecahannya."


Menurut Kantor Berita ABNA, presiden Ahmadinejad kamis (14/10) dalam pertemuannya dengan para ulama dan rohaniawan Lebanon mengajak mereka untuk menganalisa dan mencari solusi permasalahan mendasar manusia dan berusaha membenahi kondisi dunia. Dalam kesempatan itu, beliau menyebutkan bahwa manusia adalah tujuan dari penciptaan segala sesuatu, maka kapasitas manusia tidaklah terbatas dalam sekat kabilah, kaum, kesukuan, kebangsaan, kenegaraan atau yang lain namun jauh lebih utama dibanding semua itu adalah bahwa manusia adalah sosok yang universal.
Presiden Republik Islam Iran ini mengingatkan bahwa Tuhan yang Maha Tinggi telah menyampaikan hidayah bagi manusia, sebagai manusia sempurna dan selain itu agama adalah sesuatu yang universal dan menyeluruh walaupun pada kenyataannya agama yang didapati ditengah masyarakat baru sekadar kebutuhan atau kemampuan penerimaan masyarakat atas agama itu sendiri. Namun pada dasarnya agama adalah suatu hakekat kebenaran tunggal dan cakupannya adalah seluruh alam semesta.
Beliau dengan menekankan pada persatuan dan mengedepankan poin-poin yang sama dari kedua belah pihak berkata, ”Kewajiban setiap pengikut agama adalah sama dengan tugas para nabi, dijaman ini ajakan pada Tuhan yang esa, keadilan, tujuan suci dan mulia adalah tugas utama orang-orang yang beragama, selain itu, semua memiliki ketergantungan pada utuhnya persatuan."
Doktor Ahamadinejad menyatakan bahwa permasalahan urgen dari manusia sekarang ini adalah jauhnya mereka dari tugas utama kemanusiaan berupa penyembahan pada zat yang Esa dan kehausan pada keadilan. "Pada saat ada beberapa gelintir manusia di dunia yang menyembah Tuhan yang Esa, disisi lain ada juga yang menyembah banyaknya tentara, kekuatan dan kekayaan, berhala-berhala modern serta konsepsi penanaman modal Penyembah tipe kedua inilah sebab utama dari semua perselisihan di dunia." Tegasnya.
Dia mengingatkan bahwa semua agama langit mempercayai adanya orang yang akan bangkit dikemudian hari, dia akan menegakkan hukum keadilan dan rasa cinta didunia. Menurutnya, hal ini bisa dijadikan sebagai titik persatuan dan pergerakan yang sama diantara umat beragama. Persatuan tidak hanya bermakna penafian sosok yang lain tapi ini juga berarti bentuk penghormatan pada bangsa dan negara-negara lain. Dan jika semua berlandaskan pada pengesaan pada Tuhan, penyembahan pada zat yang Esa serta berpatokan pada keadilan maka tidak akan terjadi simpang siur diantara penduduk dunia.
Selanjutnya, Ahmadi Nejad dengan melihat pada nilai penting keberadaan Republik Islam Iran diantara negara-negara lain dan berbagai kejadian didunia memaparkan bahwa Sekarang ini, Iran adalah simbol negara yang haus akan keadilan atas berbagai kelompok dan madzhab dunia. Beliau menekankan bahwa iran bukanlah bermakna ras dan kebangsaan semata, melainkan Iran lebih mengedepankan pada persatuan, penyembahan pada satu Tuhan, dan keadilan. Ahmadinejad sangat menekankan masalah Imam Zaman dan berkata, ”Para pengikut berbagai agama bisa mempersiapkan sarana untuk kedatangan beliau yaitu dengan memperbaiki keadaan dunia dengan saling menyokong satu dengan yang lain serta bertujuan sama."
Pada pertemuan ini beberapa orang ulama dan para pegiat agama dari berbagai kelompok dan madzhab yang berbeda-beda melakukan dialog interaktif terkait agama dan bagaimana menyebarkannya, mereka berkata, ”Iran dengan melihat segi sejarahnya yang mendalam dan kebudayaan Islam yang dimiliki bisa menjadi pemimpin pendekatan antar mazhab di dunia."
Mereka dengan berlandaskan pada keteguhan Iran dihadapan Zionis dan negara-negara yang takabbur mengatakan bahwa orang-orang yang tertindas didunia mengharapkan Iran sebagai pemberi payung bantuan dan kegigihan Iran dihadapan para Zionis merupakan persembahan bagi seluruh pengikut berbagai agama.
Lebanon:
Menjaga Semangat Perlawanan adalah Rahasia Kemenangan Lebanon

Ahmadinejad dalam undangan makan malam Nabih Bari sebagai rangkaian acara dalam lawatannya ke Lebanon, mengatakan, "Menjaga semangat perlawanan adalah rahasia kemenangan Lebanon."


Menurut Kantor Berita ABNA, dengan mengisyaratkan Lebanon sebagai negara yang telah melewati
berbagai medan yang sulit, Ahmadinejad mengatakan bahwa rahasia kemenangan mereka adalah mempertahankan misi yang sama dan penjagaan atas nilai persatuan bangsa. Presiden Ahmadinejad kemarin malam pada undangan makan malam yang diadakakan pimpinan majelis Lebanon dan dihadiri presiden, perdana menteri dan pimpinan tertinggi pemerintahan dan keagamaan Libanon Dalam
sambutan singkatnya berkata:, "Adanya pemimpin yang kuat dan berpengaruh di seluruh kawasan Lebanon dan kesetiaan masyarakat serta adanya kesehatian antara berbagai kelompok yang mewujudkan persatuan memberikan manfaat yang besar bagi sebuah bangsa."
Presiden Republik Islam Iran ini dengan mengisyaratkan Libanon sebagai negara yang telah melewati berbagai medan yang sulit, mengatakan bahwa rumus kemenangan mereka adalah mempertahankan kesamaan tujuan dan penjagaan atas nilai persatuan bangsa. Ahmadi Nejad dengan menekankan bahwa negara-negara dan bangsa-bangsa besar dunia bertanggung jawab atas tercapainya perdamaian dan keadilan serta mengingatkan bahwa tejadinya perdamaian ini adalah harapan semua dan merupakan media pemersatu antar bangsa, dan hal ini tidak bisa dihalangi oleh pihak manapun.
Pada kesempatan itu Pimpinan Majelis Lebanon, Nabih Bari menyinggung banyaknya persamaan antara Lebanon dan Iran terkait kawasan-kawasan dua negara itu dan dalam hubungannya dengan
dunia Internasional. Dia memaparkan bahwa dua negara bisa menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam hubungan persaudaraan dimata dunia. Dengan penekanan terkait dengan persoalan zionis dia berkata :”Perdamaian antar bangsa didunia tidak akan pernah terwujud kecuali rezim zionis berada dibawah pengawasan Energi Atom PBB”. Pimpinan Majelis Lebanon menambahkan dia menekankan dukungannya terkait tema dan program nuklir perdamaian yang dimiliki Iran.
Arab Saudi:
Bantuan 100 Juta Dollar Arab Saudi untuk Iyad Alawi

Beberapa sumber berita menyiarkan bahwa pemerintahan Arab Saudi berjanji akan memberikan bantuan pada kelompok Al Irakiah yang dikepalai oleh Iyad Alawi, selain itu mereka juga melarang untuk meninggalkan partai ini.


Menurut Kantor Berita ABNA, dari nara sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, menjelaskan bahwa pemerintah Arab Saudi secara implisit menyampaikan bagi orang-orang yang setelah ini meninggalkan partai Al Irakiah akan mendapat 15 juta dolar sehingga mereka kembali ke partai yang disebutkan, orang-orang ini telah meninggalkan Al Irakiah dengan alasan untuk membangun pemerintahan yang berhasil dengan berpindah ke partai yang memenangkan pemilu.
Muwafak Robi’I penasihat Bidang keamanan pemerintahan Irak mengabarkan sebelum pemilihan umum di Irak, Arab Saudi telah menyerahkan satu juta dolar pada Iyad Alawi untuk keperluan kampanye dalam pemilihan umum nanti, dia juga menyebutkan tujuan tersembunyi dibalik semua itu.
Pemerintahan Arab Saudi dalam waktu tiga tahun terahir dengan slogannya untuk melindungi hak-hak Ahlus Sunah di Irak telah bergerak melalui kekuatan promosi dan dana. Pada pemilihan umum terakhir Iyad Alawi telah mendapatkan bantuan begitu banyak untuk keperluan kampanye dan penyerangan pada kelompok syiah melalui media massa sekutu maupun yang berada dibawah kendalinya seperti Uluwiyah, Al Jazirah dan Syarqul Ausath. Salah satu hasil dari kerjasama ini adalah penghinaan yang dilakukan Al Jazirah pada ayatullah Syistani orang terkemuka syiah di Irak.

Hari senin Iyad Alawi akan melakukan pertemuan dengan raja Arab saudi Abdullah bin Abdul Azis, pada pertemuan yang juga dihadiri menteri keamanan dan penasihat kerajaan Saudi, Iyad Alawi akan memaparkan kondisi politik di Irak. Tujuan lawatan terakhir Iyad Alawi ke dunia arab seperti Mesir dan Arab Saudi adalah untuk menjaga hubungan dan agar Al Irakiah selalu mendapat bantuan berkelanjutan dari mereka.
Mesir:
Syarat Rektor Al-Azhar ditolak Ulama-ulama Mesir

Sekelompok ulama Mesir mengajukan protes terhadap syarat yang diajukan Rektor Al-Azhar dalam rangka membangun hubungan diplomatik dengan Iran.


Menurut Kantor Berita ABNA, beberapa pelajar agama dan ulama Islam di Mesir menyatakan ketidaksepakatannya mengenai keputusan Rektor Universitas Al Azhar Mesir berkaitan dengan persyaratan yang diajukannya dalam menjalin hubungan diplomatik Teheran-Kairo.
Shaikh al Azhar sebelum menghadiri pertemuan dengan wakil Presiden dan Menteri Kebudayaan Iran, mengajukan syarat agar pemerintah Iran menghancurkan makam Abu Lu’lu yang disebut sebagai pembunuh sahabat Umar bin Khattab. Sebelum pembongkaran pemakaman itu dilakukan katanya, tidak ada hubungan diplomatik apapun antara Teheran-Kairo.
Menyikapi pernyataan Rektor Al-Azhar tersebut, Dr. Zaghlul an Najar, seorang angora Komite Akademi Islam Mesir berkata, “Pembicaraan mengenai hubungan diplomatik Iran-Mesir bukan haknya Rektor Al-Azhar. Rektor Al-Azhar maupun wakil presiden ataupun menteri-menteri tidak memiliki hak dalam hal ini. Yang berhak menentukan hubungan diplomatik Mesir dengan Iran adalah presiden Mesir sendiri."
Pakar Islamologi ini menambahkan, “Dalam hubungan mesir dengan Iran banyak hal lain yang lebih penting dibicarakan dari pada mengurusi makam pembunuh Umar bin khatab.” Sementara Syaikh Yusuf al Badri, salah seorang ulama Iran berkata, “Persyaratan yang diajukan Rektor al Azhar terkait hubungan diplomatik antara Iran dan Mesir dengan penghancuran pemakaman pembunuh Khalifah Umar bin Khattab tidak berharga dan sia-sia. Tidak mungkin hanya karena dikarenakan sebuah makam, hubungan diplomatik antar dua negara tiba-tiba terhenti.”
Isham Urban, pimpinan bidang politik Ikhawanul Muslimin juga menyatakan ketidaksepakatannya dengan adanya persyaratan itu. Bahkan ia terkejut dengan adanya pernyataan tersebut, sebab dia sendiri belum bisa memastikan makam pembunuh Umar bin Khattab itu benar-benar berada di Iran atau tidak.
Dia menambahkan bahwa semua faktor penghalang terjalinnya hubungan diplomatik antara Iran dan Mesir harus disingkirkan. Menurutnya, hubungan diplomatik tidak dapat dibatasi oleh keberadaan sebuah makam. Hubungan antara Teheran dan Kairo sudah mulai tidak terjalin sejak terjadi Revolusi Islam Iran. Dan sampai sekarang hubungan kedua negara hanya tingkat keberadaan kantor kedutaan besar masing-masing di ibukota negara.
Sampai sekang masih disinyalir oleh kebanyakan orang, bahwa makam pembunuh Umar bin Khattab tersebut berada di Iran tepatnya di kota Kasyan. Sementara dari sebuah penelitian mendalam, banyak riwayat yang menuliskan pembunuh khalifah kedua tersebut tidak berada di Iran melainkan di Madinah. Diceritakan setelah menyabetkan pedangnya ke kepala Imam Ali as, si Abu Lu’lu terjebak dan tidak bisa keluar dari Madinah. Ia kemudian terpojok dan membunuh dirinya sendiri dengan pedang yang dipakai untuk membunuh sahabat Umar. Karenanya, besar kemungkinan makam dari pembunuh Umar bin Khattab yang diklaim sebagai Majusi Persia tersebut berada di Madinah. Sebab tidak mungkin dalam kondisi terluka, ia kembali ke Iran dan dimakamkan di Kasyan Iran.

Tidak ada komentar: