Rabu, 27 Oktober 2010

Berita lagiiiiii

Iran:
Mencegah Penyelundupan Narkoba, Pemerintah Iran Memperketat Persyaratan Haji

Kepala Dinas Pemberantasan Narkoba Republik Islam Iran menyampaikan,”Dalam beberapa tahun terahir ini, telah dilakukan beberapa hal untuk menangani penyelundupan narkoba, ini ditujukan untuk membantu kelancaran ibadah haji, ini juga mengurangi keresahan warga Iran yang tinggal di Arab saudi.”


Menurut Kantor Berita ABNA, Kepala Dinas Pemberantasan Narkoba Republik Islam Iran, Musthofa Muhammad Najar menyebutkan bahwa salah satu hal yang menjadikan Iran terlihat cacat dimata internasional adalah adanya para pemakai narkoba. Beliau berkata, ”Sudah beberapa tahun ini program khusus dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait serta hal-hal yang lazim sudah dilakukan untuk mencegah adanya peziarah pemakai narkoba, dan pada tahun ini kami berharap tidak ada satupun penangkapan pada ziarah haji yang akan datang.” Kepala urusan penanganan narkoba dan anggota majelis tinggi haji menerangkan bahwa pelaksanaan kegiatan ini ditujukan untuk mencegah pengiriman narkoba ke Arab Saudi.
Muhammad Najar menekankan, “Jika seseorang membawa narkoba pada saat naik haji, maka dia akan dilarang naik haji dan selamanya tidak diperbolehkan naik haji.” Beliau bertekad untuk mencegah penyelundupan narkoba pada musim haji ini, dan berusaha semaksimal mungkin. Diantara usaha itu, mengadakan pelatihan bagi para calon haji maupun peziarah umrah, penggunaan tekhnologi mutakhir dalam penyidikan, pemeriksaan secara ketat atas bawaan para penumpang dengan tekhnologi canggih dan lain-lain.
Dia menjelaskan, “Dengan adanya kerjasama dinas kepengurusan haji dan badan penanggulangan narkoba diharapkan pada haji tamattu tahun ini, dan tahun-tahun berikutnya tidak akan lagi menemui satupun kasus penyelundupan narkoba ke Arab Saudi melalui jamaah haji, dan seluruh peziarah haji maupun umrah bisa melaksanakan ibadahnya dengan khusyuk dan kembali ke tanah air dengan selamat dan penuh berkah.”
Arab Saudi:
600 Ribu Dollar untuk Kehancuran Iran

Salah satu media massa di Irak berhasil mengungkap bahwa kerajaan Arab Saudi menghabiskan dana 600 Dollar untuk menjalankan lima satelit dalam proyek penyebaran fitnah. Fitnah yang ditujukan untuk memecah belah antara kelompok ahlu sunah-syiah, dan untuk menghantam Iran. Semua itu mereka lakukan dibawah naungan Amerika, Inggris, dan Zionis Israel.


Kantor berita ABNA melaporkan, satelit Nahrain net telah dibuat untuk menebarkan fitnah berbahaya serta menciptakan perselisihan antara ahlu sunah dan syiah, berdasarkan laporan ini Muqarran bin Abdul Aziz kepala badan informasi Arab Saudi, memerintahkan pembuatan media provokasi yang baru serta perangkat satelit yang digunakan untuk menyebarkan fitnah di dunia Arab dan dunia Islam. Diberitakan bahwa satelit ini dibuat atas prakarsa Amerika, Inggris, dan rezim zionis. Mereka menggalang dana 600 Dollar untuk menyebarkan fitnah dan kebohongan.

Sumber berita Ma’aridh Saudi di Washington juga menjelaskan bahwa kerajaan Saudi menghabiskan biaya 600 juta dolar untuk proyek ini, bahkan pengeluaran untuk proyek ini bisa mencapai milyaran dolar untuk bisa menyebarkan berbagai macam fitnah diantara ahlu sunah dan syiah serta memunculkan madzhab sufi baru. Berdasarkan sumber berita ini raja Abdullah bin Abdul Aziz telah menyerahkan tugas ini pada dinas bagian informasi dan komunikasi 8 bulan yang lalu. Semua media masa Arab Saudi baik yang didalam atau diluar negeri berhubungan
langsung dengan dinas ini, seperti chanel Al Arabiyah dan dua koran internasional As Syarqul Ausath dan Al Hayah yang diterbitakan di London, Satelit As Syarqiya di Irak, dan AL Lubnaniyah yang berhubungan dengan kelompok 14 Maret. Berdasarkan laporan ini, fitnah yang disebutkan tidak akan disebar di kawasan negara-negara Arab tapi ditujukan pada negara-negara Islam yang lain.
Sumber ini menerangkan tujuan kerajaan menggulirkan proyek dengan dana sebanyak ini adalah agar kerajaan Saudi Arabia menjadi perwakilan dunia Islam yang berwenang sepenuhnya pada dua bangunan suci di Mekah dan Madinah. Saudi merasa sudah cukup terdesak untuk mengambil langkah preventif membendung opini masyarakat Islam yang memandang Saudi sebagai sekutu Israel dan menjadi penentu kelancaran proyek-proyek AS di Timur Tengah. Ratusan juta orang Ahlus Sunnah percaya bahwa Arab Saudi dan AS membela tentara zionis pada saat melawan para pejuang Lebanon dan ketika mereka menyerang Gaza. Anak keturunan raja Arab Saudi yang terhitung orang penting kerajaan berjabat tangan dengan Iyalun menteri luar negeri rezim zionit pada saat konferensi internasional, hal ini menambah keyakinan masyarakat internasional bahwa Arab Saudi memang memiliki hubungan erat dengan Israel.
Sumber ini menambahkan, keberlanjutan hubungan seperti ini akan memperkuat pandangan dunia Islam bahwa Arab Saudi bekerjasama dengan Israel dan disisi lain posisi Iran, Turki, Hizbullah serta Hamas dimata Dunia Islam makin menguat. Karenanya pembuatan satelit-satelit tersebut bertujuan menyerang Iran, Hizbullah maupun Hamas. Dijelaskan juga bahwa pembuatan fitnah oleh Arab Saudi bukanlah hal yang baru, melainkan sudah dimulai sejak jatuhnya rezim Saddam. Sejak itu, departemen informasi dan komunikasi berjuang sekuat tenaga untuk membuat perselisihan antara ahlu sunah dan syiah Mereka juga menggunakan Al Mustaqilah yang mana salah satu pemilik hak khususnya adalah Hasyimi seorang wartawan koran Tunisia yang dekat dengan Zainal Abidin bin Ali seorang aparat pemerintah, media masa yang memiliki masalah dalam pemodalan ini kembali bisa bangkit dengan bantuan pemerintah Arab Saudi.
Saudi Arabia juga menjadi penyuplai dana 14 satelit Ahlus Sunnah di Irak, selain itu juga menjadi pemrakarsa terbentuknya dua satelit Shofa dan Washal. Dua satelit yang secara
khusus menyiarkan siaran yang menyerang syiah disetiap harinya. Dalam siarannya dua satelit ini juga sering menghina orang-orang Ahlul Bait as. Tidak cukup sampai disitu seorang Kuwait Yasser Al Habib terang-terangan menghina Istri Nabi saw. Sumber ini menekankan berdasarkan informasi yang didapatkan dari media yang ada di London dan Arab Saudi kepemimpinan dinas informasi dan komunikasi akan diberikan pada Muqaran bin Abdul Aziz yang masih keturunan raja. Karena itu maka lebih leluasa untuk digunakan menyerang syiah seperti dua satelit yang lain Washal dan Shafa. Ada beberapa bahasa yang digunakan satelit-satelit tersebut diantaranya
Inggris, Pastu, Turki, Urdu, dan Persia.
Kedutaan luar negri Arab Saudi di London 3 bulan yang lalu menerima tiga pembesar Ahlus Sunnah dari Iran yang merupakan penentang pemerintahan Iran, pertemuan itu dilakukan secara teratur. Secara terang-terangan diberitahukan kepada mereka bahwa banyak dana yang dikeluarkan untuk membuat satelit baru dalam rangka perang dingin dengan Syiah dan untuk menciptakan perselisihan antara Ahlus Sunnah dan Syiah.
Kerajaan Arab Saudi berharap bisa membuat 5 satelit yang dikhususkan untuk menyebar berita di Iran, dengan bahasa Persia dan Kurdi untuk melakukan penghancuran di Iran. Ditetapkan juga Muntashir al Buluci seorang prajurit upahan sebagai orang yang berwenang memenejemen salah
satu satelit tersebut. Sumber juga melaporkan bahwa dinas komunikasi dan informasi Arab saudi
ini juga bekerja sama dengan intelijen Inggris, Amerika, dan Israel.
Orang-orang Israel telah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dengan detail sejak tahun 2005 M, data ini ditawarkan pada kerajaan Arab Saudi untuk kepentingan itu. Dan tujuan paling penting dari usaha perlawanan pada syiah adalah memunculkan fitnah antar madzhab di dunia Arab dan khususnya Libanon. Negara-negara sekitar teluk Persia seperti
Kuwait sesuai konsep zionis merupakan daerah paling tepat untuk mengembalikan nama baik Arab Saudi dimata dunia islam juga diantara negara-negara Ahlus Sunnah lainnya, dengan begitu Arab Saudi tidak menjadi satu-satunya negara yang dinilai melindungi madzhab wahabi, melainkan menekankan bahwa mereka itu pelindung bagi Ahlus Sunnah, selebihnya untuk menarik negara-negara Islam kearahnya dan mengikrarkan pertentangannya dengan Iran.
Mesir:
Untuk Melawat ke Irak, Ulama Al-Azhar Mengajukan Syarat

Doktor Ahmad At Thibi seorang dosen Al Azhar berkata” Jika kondisi di Irak terkendali aku akan melawat ke Irak.”


Menurut Kantor Berita ABNA, dosen universtas Al-Azhar Mesir ini dalam pertemuannya
dengan Hujjatul Islam Sayyid Umar Al Hakim Pimpinan Musyawarah Tinggi Islam Irak berkata, ”Sebenarnya saya punya keinginan melakukan perjalanan ke Irak, namun saya hanya akan bisa pergi jika keamanan di negara ini sudah terkendali.
Al-Azhar
Hujjatul Islam wa Muslimin Umar al Hakim dalam pertemuan ini juga memandang Al Azhar sebagai pusat dunia Islam yang moderat dan berkata, ”Saya menekankan bahwa kami atas nama persatuan masyarakat Syiah dan Ahlus Sunnah Irak mengundang syaikh Al Azhar untuk berkunjung ke Irak.”
Sebenarnya organisasi perkumpulan Syiah di Irak sudah mengundang shaikh Al Azhar ini beberapa waktu yang lalu. Ahmad At-Thibi menanggapi undangan tersebut berkata, ” Jika yang mengundang adalah kelompok Syiah dan Sunni, maka saya akan datang ke Irak.” Beberapa waktu yang lalu organisasi Syiah dan Sunni telah melakukan lawatan ke Mesir dan pada kesempatan itulah dua kelompok ini mengundang Shaikh Ahmad Al Thibi ke Irak, namun sampai sekarang undangan tersebut belum bisa terpenuhi karena kondisi keamanan Irak yang tidak menentu.
Mesir sangat ingin melihat terwujudnya persatuan dan perdamaian di Irak, sehingga Irak bisa kembali memainkan perannya yang signifikan di kawasan Timur Tengah, sebagaimana sejarah pernah mencatat Irak sebagai sebuah negara yang mewariskan karya-karya dan peran penting di dunia Arab. Terkait keberadaan Musyawarah Islam Irak beliau berkata, “Majelis ini
memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mempersatukan kaum
muslimin yang ada di Irak, dan juga merupakan pihak yang bertanggung jawab untuk memberi penawar atas luka dan kesedihan masyarakat irak.”
Qom, Iran:
Pesan Pimpinan Hauzah Ilmiyah Qom Menyambut Kedatangan Rahbar

Para civitas hauzah dalam kesempatan yang jarang terjadi ini akan memperbaharui janji setia mereka pada rahbar sang pemimpin besar revolusi, dan berlepas diri dari para penebar fitnah, musuh wilayah, serta perusak kemapanan dan keteraturan negara


Menurut Kantor Berita ABNA, dalam pesan yang disampaikan Ayatullah Muqtadari terkait rencana kunjungan Rahbar ke kota suci Qom dalam waktu dekat ini, menyatakan kesiapan melakukan penyambutan terhadap pemimpin besar revolusi Islam tersebut. Masyarakat agamis Qom menilai kedatangan Rahbar sebagai suatu kebanggaan. “Masyarakat Qom adalah orang-orang yang taat beragama dan senantiasa menjadi pembela Ahlul bait as. Mereka masyarakat pecinta ilmu dan mencintai orang-orang yang berilmu. Karenanya, menyambut kedatangan Rahbar bagi masyarakat Qom adalah kebanggaan tersendiri. Bagi mereka, Rahbar adalah sang pahlawan agung revolusi yang dengan kedatangannya, akan memberi cahaya dan pancaran air segar yang mencurahi jiwa-jiwa masyarakat Qom yang rindu akan pribadinya.”
Ayatullah Muqtadari melanjutkan, “Sambutan hangat dari masyarakat Qom atas kedatangan Rahbar mengingatkan kami akan perjuangan 15 khurdad 1342 HQ dan 19 Dei 1356 HQ. Dengan Ridha Allah swt masyarakat dunia akan melihat masyarakat dan Hauzah ilmiah Qom dengan segenap tenaga sebagaimana tahun 1342 dan 1356 HQ akan menyambut kedatangan Rahbar. Mereka akan datang berbondong-bondong diacara besar itu sebagai implementasi penjagaan mereka atas wilayah/kepemimpinan wali faqih, dan sekali lagi, dengan segala bentuk penyambutan ini Qom dengan kebesarannya akan kembali muncul di depan mata.”
Dalam lanjutan keterangannya, Ayatullah Muqtadari mengatakan, “Para civitas hauzah dalam kesempatan yang jarang terjadi ini akan memperbaharui janji setia mereka pada rahbar sang pemimpin besar revolusi, dan berlepas diri dari para penebar fitnah, musuh wilayah, serta perusak kemapanan dan keteraturan negara.”
Diakhir pesannya beliau menegaskan bahwa kedatangan Rahbar ini akan memberikan nafas baru bagi para ahli fiqh, mujtahid, para pelajar agama dan masyarakat kota Qom secara umum.

Tidak ada komentar: