Minggu, 16 November 2008
Ringkasan Nahwu1
Nahwu
Ilmu nahwu sangat penting sebagai dasar dalam adabiyatul arabiyyah, ilmu ini mengkaji tentang berbagai hubungan antara satu kata dengan kata yang lain yang hal ini berpengaruh pada bentuk atau harakat akhir setiap kata yang berarti berpengaruh juga pada perubaha makna kata.
Maudhu موضوع(tema pembahasan)
Maudhu ilmu ini adalah kalimah( كلمة) dan kalam (كلام )
Kalimah (kata) dibahas dari segi harakat akhirnya atau perubahan maknanya dan kalam(kalimat) dari segi hubungan antara bagian-bagiannya.
'amil عامل adalah Kata yang memberi pengaruh pada kata yang lain
ma'mul معمولadalah Kata yang mendapat pengaruh adanya 'amil.
Catatan :Isim اسم (kata benda), fi'il فعِِِل (kata kerja), maupun huruf حرُفٌ(kata penghubung)bisa menjadi 'amil tapi yang bisa jadi ma'mul hanya isim dan fi'il saja.
Contoh
-Ja a sa’idun جاءَ سعِيْدٌ(said telah datang)
-Raitu saidan رَأَيٍتُ سعيدًا(aku telah melihat said)
Pada contoh diatas ja'a dan roaitu adalah 'amil dan said dan saidan sebagai ma'mulnya.
Kata dibedakan menjadi mu'rab dan mabni معرب و مبني . Mu'rab adalah kata yang mengalami perubahan karena adanya 'amil dan mabni adalah kata yang tidak mengalami prubahan walau ada 'amil. I’rab اِعْرَبْadalah perubaha yang tejadi pada kata yang mu’rab.
Contoh :
-Min hujroti( dari kamarku)منْ حجرةِ
-Min makkata (dari kota mekah)منْ مكةَ
Hujratun diatas adalah contoh kata mu'rab karena yang awalnya berbunyi hujratun berubah menjadi hujroti yang disebapkan adanya salah satu huruf jar yang memajrurkan kata berupa ''min'' sedang kata ‘’makkata’’ disebut mabni karena walau didahului huruf min tapi tidak berubah harakat akhirnya, makkata hanya menempati posisi majrur tapi harakatnya tidak berubah.
Jadi dampak yang diakibatkan oleh 'amil disebut 'irab. Tidak berdampaknya suatu 'amil disebut dengan mabni.
Macam-macam 'irab
.1 Rafa' رفَعْ
Tanda rafa' aslinya berupa harakat dhomah kata yang menndapat perngaruh darinya disebut marfu’ مرفوع tanda rafak dapat kita lihat pada fi’il mudhari’ yang tidak kemasukan Amil apapun baik amil nasab jar atau yang lain. يذهبُ, يذهبانِ, يذهبُونَ
. 2Nasab
Tanda nasab aslinya berupa harakat fathah dan kata yang mendapat perngaruh darinya disebut mansub. Tanda nasab memansubkan kata yang didahuluinya. انْ تذهبَpada awalnya berupa تذْهبُ Tapi karena didahului an اَنْ maka berubah harakat akhirnya menjadi maftuh.
3. Tanda Jar
Tanda jar aslinya berupa harakat kasrah dan kata yang mendapat perngaruh darinya disebut majrur. Jadi jar itu memajrurkan kata yang didahuluinya.
علي الكتابِ kitabi awalnya dibaca kitabun namun karena didahului huruf jar berupa ‘ala maka dibaca majrur menjadi kitaabi.
4. Jazm
Tanda jazm aslinya berupa harakat sukun, kata yang mendapat perngaruh darinya disebut majzum. Seperti pada kata tazhabu yang berubah menjadi tazhab.تذهبُ الي القم - لمْ تذهبْ الي القمِ awalnya berarti ‘pergi ke kota Qum’. Menjadi ‘tidak pergi kekota Qom’.
Macam-macam mabni
Berupa dhumah
Ketika akhir suatu kata selalu berupa dhumah maka dikatakan mabni alal dhumah. Seperti نحنُ منذُnahnu dan mundzu
Berupa fathaha
Ketika akhir suatu kata selalu berupa fathah maka dikatakan mabni alal fathah. Seperti huruf ta’ pada kata makkata dalam keadaan apapun selalu berharokat fathah مكّةَ
Berupa kasrah
Ketika akhir suatu kata selalu berupa kasrah maka dikatakan mabni alal kasrah. Seperti kata sin pada kata amsi yang selalu berharokat kasrah امسِ
Berupa sukun
Ketika akhir suatu kata selalu berupa dhumah maka dikatakan mabni alal dhumah. Seperti huruf ya’ pada fi selalu berharokat sukun في
Afaalul Muqarabah dan Huruf yang sama dengan laisa ليْسَ
Afaalul muqarabah sebagaiamana fi’il naqish ketika berada didepan mubtada dan khabar maka iisim menjadi rafak dan khabar menjadi nasab.
Fi’il yang digunakan untuk keterangan dekatnya terjadi khabar dan bermakna (hampir saja)
كاد, كرب, و اوسك(dekat)
Fi’il yang digunakan untuk menyatakan suatu pengharapan.
عَسَي , حَرَى , ِاخْلَوْلَقَ (andai saja)
Fi’il yang digunakan untuk menyatakan dimulainya suatau pekerjaan.
شَرَعَ , طَفِقَ, جَعَلَ (Sudah dimulai)
Khabar Af’alul Muqarabah selalu berupa fi’il mudhari.
Kadal waladu yaghriku ( (كاد الولدُ يَغََِْرقُ seorang anak hampir saja tenggelam. Disini "alwaladu" sebagai isim kaada menjadi marfu’ dan "yaghriqu"sebgai khabar kada menjadi berkeadaan nasab mahali( menduduiki posisi nasab)
Jadi I’rabnya menjadi kaada dari fiil muqarabah mabni alal fathah
Al waladu isim kaada marfu tanda rafa’nya berupa dhumah
Yaghriqu fi’il mudhari’ marfu. Dhomir huwa( هو) mustatir (tersembunyi)marfu’. Fi’il yaghriqu dengan pelakunya( fa’ilnya) membentuk kalimat fi’liyyah( jumlah filiyyah) yang merupakan khabar bagi kaada) (كادkarenanya berkedudukan mansub.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Alhamdulillah, saya mersa ada alternatif dalam mengulang-ngulang ilmu nahwu yang hampir terlupakan, blog saudara sanagt membantu saya dalam memahami kongklusi dasar-dasar nahwu
Wassalam
Saiful-Aceh
Posting Komentar