Untuk seorang yang kini belum aku ketahui dari mana, seperti apa, dan hanya mungkin aku temui kalau aku belum menemu mati di kemudian nanti. Harapanku semoga pertemuan denganmu dalam bingkai ikatan adalah anugrah terindah untuk bersama menggapai titik-titik keagungan. Semoga pertemuan itu adalah ungkap sepakat penuh ilmu juga pengkajian, bukan hanya sekadar hiasan nafsu yang diperturutkan.
Sungguh aku berharap engkau berkenan berkata dalam keterusterangan untuk apapun yang kau inginkan, aku yakin semua pinta sudah difikir dan diramu dalam ribu timbang, karenanya tentu akan kulaku dengan ikhlash untuk meneruskan, semoga Allah berkenan beri kemudahan.Saat ini aku belum tahu seperti apa adaku kala bertemu denganmu. Semoga keberadaanku itu akan mengingatkanmu dari akhirat tujuan terakhir, begitu juga keberadaanmu semoga menjadikanku bertambah dekat pada Sang pemilik kiamat.Entah mengapa beberapa hari ini aku terpicu memikirkan tentang sosok keberadaanmu. Hingga akhirnya ku ambil pucuk simpul, banyak hal harus aku persiapkan hingga aku mampu berada untuk bertemu denganmu, bertemu dengan seorang bani hawa yang menjadi tanggunganku, kau kekasih titipan Allah, Rosul, Aimmah dan dua orang tua kecintaanmu.
Yang aku tahu hanyalah laki-laki mulia yang akan mampu memuliakan keberadaan istri mereka, hina siapapun dia yang menghinakan istrinya. Karenanya semoga nanti aku mampu menghantarkan pada kemuliaan atas keberadaanmu di sisiku.Semoga kita siap berjuang mengarungi samudra coba dan bergunung-gunung rintangan hingga kita mampu memberi para penerus, pembela, dan penyebar kebenaran di tengah-tengah masyarakat. Semua itu tidaklah mungkin mampu kita laku ketika kita tidak bersungguh dalam mensiapkan diri dan hati dengan penuh ilmu juga baiknya prilaku. Satu kita harus paham bahwa dunia anak-anak yang kita didik tidaklah sama dengan dunia kita dulu. Adalah dzalim ketika kita mendidik mereka dengan masa lalu kita. Istriku, adalah baik kala kita mau menghias rumah tangga kita dengan Al-Qur’an dan tegaknya bangunan sholat, serta kita bina iklim kasih sayang, keterbukaan dengan kebebasan berkomunikasi didalamnya rumah tangga kita.Istriku kini kita adalah satu, aku punya kesempatan berjihad dengan melakukan yang terbaik bagimu juga para pewarisku, begitu juga untukmu, sekarang terbentang kesempatan bagimu untuk berjihad sebagai seorang istri.
Adalah kematian mulia yang akan kita cecap kala mati dalam keikhlasan menjalankan semua kewajiban yang ada dalam tanggungan kita. Kini kita merajut sunah Rosulullah, semoga beliau memberi syafa’at atas langkah yang kita tempuh, separuh agama kita ambil tapi setengah itu tidaklah akan terambil kalau kita salah dalam mempersiapkan niatan hati, dengan niatan apakah kita mengambil langkah ini? Semoga kita sudah benar dalam menyiapkan hati. Semoga kala kau baca tulisan ini, kita sudah teramat sadar diri dan kita sudah cukup bekal untuk mengarung padang tandus yang kini membentang di hadapan mata, bukit tinggi yang menantang di mana setelahnya kita akan turun diantara dua piihan apakah surga seperti yang kita harapkan, ataukah neraka yang teramat kita takutkan. Semoga kebersamaan kita menjadikan kita salah satu dari pencapai ridha-Nya.
Duhai belahan hati, engkau adalah pilihan tempat hatiku ingin menambatkan hati untuk menapaki titian Rabbani. Kini kau menjadi seorang istri adalah baik bagimu mensiap diri untuk menjadi seorang ibu, namun Allah Maha Segalanya kiranya kita belum mampu menerima amanat seorang putri atau putra tentulah kita harus bertawakal, karena hanya para ibu yang memahami seni keibuan saja yang pantas untuk menerima amanat seorang anak.Memang begitu berat hidup berumah tangga tanpa ada seorang putra atau putri namun semua pasti ada hikmahnya. Dialah Allah yang Maha Tahu siapa-siapa yang paling berhak untuk menerima titipan amanat.
Kini hatiku ku satukan dengan hatimu semoga kita bersama dalam arah tujuan, andai kita mendapat putra setelah lama menunggu tetaplah kita tidak boleh memanjakannya secara berlebih, perlakuan wajar kita akan membantu pertumbuhan ruh, moral spiritualnya. Begitu juga dengan apa yang harus kita berikan berupa kasih sayang, kita harus memberinya jangan sampai ia kekurangan.Duhai kekasih, ketika kita menjadi orang tua di saat yang sama kita juga menjadi seorang pendidik, seorang pendidik mau tidak mau harus tahu bagaimana cara mendidik. Apapun yang kita lakukan, kita bicarakan kita ekspresikan juga apapun perlakuan yang kita berikan kepada anak kita adalah wujud didikan kita.Anak kita selalu mengalami perkembangan. Sebagai seorang pendidik kita harus tahu dan tanggap kepada mereka. Sebagai misal saat mereka masih bayi kondisi kognitif mereka adalah sensori motori, dia cenderung menggunakan aktifitas motori dan gerakan.
Dengan cara itu mereka berusaha memahami segala sesuatu. Ketika sudah bisa berjalan dia mulai memanipulasi objek-objek di luar dirinya dan dia mulai tahu bahwa ketika benda tidak tampak maka benda itu tidak ada.Ketika kita tidak tanggap dengan kondisi perkembangan mental spiritual maupun perkembangan fisik anak, hal itu akan menjadi penghambat bagi perkembangan mereka, adalah dzalim kalau kita seperti itu. Memang sungguh berat untuk menunaikan semua itu, tapi bukankah anak adalah amanat dari Allah, dia datang kepangkuan kita sebagai ujud kepercayaan Allah kepda kita. Anak datang dalam keadaan suci dari segala noda dan cela, sepantasnya kita menjaganya sekuat tenaga dengan tangan kita.
Istriku, sebagai orang tua kita juga di tuntut untuk memberi bimbingan untuk putra putri kita tentang beberapa hal, kita harus membimbing pemikiran mereka jangan sampai mereka kebingungan dan salah dalam menetukan jalan serta menempatkan jalan pemikiran. Kita harus membimbing mereka sehingga dalam berfikir mereka selalu bersandar pada akal mereka. Kita harus membimbing ruhaniah mereka sebagaimana kita harus peduli dengan jasmaniyah mereka. Bimbingan ruhaniah sangat penting dan hal ini tidak mungkin bisa kita lakukan kecuali kita berdua sudah termasuk dari orang-orang yang sudah mampu mendidik ruhaniah diri.Orang-orang mulia tidak pernah lepas dari sifat kesederhanaan. Kalau kita ingin anak-anak kita termasuk golongan mereka maka selayaknya kita perkenalkan nilai-nilai kesederhanaan di lingkungan kehidupan anak-anak kita yaitu dalam keluarga kita.
Duhai istriku belahan hati dan jiwaku, kitapun harus membimbing anak kita tentang kebudayaan, tentang bahasa yang menjadi sarana untuk bertukar informasi dimana dengan itu kita akan lebih mudah untuk menyampaikan ajaran-ajaran kebenaran.Adalah baik ketika kita bimbing mereka dengan tata cara bersosialisasi, baik dengan keluarga, saudara, tetangga, teman, ataupun masyarakat umum. Bimbingan akhlak yang kita berikan akan menentukan apakah anak kita akan menjadi seorang pendusta, curang atau orang yang jujur. Jadi orang yang senantiasa berkata baik atau berkata buruk. Berlaku sopan ataupun sebaliknya. Ahlak yang terbentuk dimasa kecil mereka akan menjadi landasan dasar terbentuknya akhlak mulia di masa depan ketika menjadi orang dewasa. Karena kita harus benar-benar memperhatikannya.Duhai kecintaanku, kita berdua adalah pusat informasi di hadapan mereka, akal mereka sedemikian terbuka sehingga apapun informasi yang ada didepan mereka akan mereka serap begitu saja, kita harus menjalinkan mereka dengan dunia mereka agar mereka tidak merasa terasingkan dan bisa memanfaatkan semua itu dengan bijak serta berpandangan semua itu hanya sekedar sarana bukan merupakan tujuan.
Sebagai pusat informasi kita harus menjelaskan posisi anak kita dialam semesta ini, bahwa dia sebagai manusia mengarungi kehidupan ini dengan usia yang terbatas. Kita picu mereka untuk menggapai tujuan haqiqi dan menjadikan mereka memiliki rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan itu (akhirat), kita harus berupaya untuk mencari cara yang terbaik agar anak kita berwawasan luas tentang kehidupan ini dan bahwa semua alam jagat raya adalah ciptaan Allah yang nantinya akan lenyap.Diatas pundak kita berdualah kewajiban untuk mengenalkan kehidupan keluarga, kita harus mendidik bagaimana menjadi orang tua, menjadi saudara, paman dan juga tentang tata cara hubungan suami istri dalam islam, putri kita olehmu dan putra kita melaluiku.
Wahai kekasih, nilai moral anak-anak kita tidaklah bisa kita paksakan, anak-anak kita punya kemampuan menilai, mempertimbangkan, dan menerima prinsip-prinsip hidupnya sendiri. Pada usia tiga tahun dia sudah mulai membentuk nilai akhlak dan prilaku, kita berdua adalah contoh hidup, kita merupakan tauladan namun mereka lebih banyak hidup bersamamu, mereka akan meniru semua prilakumu sebab belum mampu membeda-bedakan.Prilaku dan kebiasaanmu akan mengalir pada anak-anak kita seperti darah dalam urat nadi. Hal itu akan bentuk pribadi yang khas yang akan mereka bawa sepanjang hidup, karena itulah kualitas ruh yang kita miliki setelah kita mendapat amanah dari Allah akan sangat berpengaruh terhadap potensi yang kita titipkan pada anak-anak kita.Duhai dambaan, semakin engkau dekat dengan mereka maka semakin besar peniruan mereka padamu, peniruan mereka adalah ujud dari keingintahuan mereka yang besar, mereka menirumu karena engkau adalah idola bagi mereka, mereka ingin mendapatkan pujianmu dan mencari perhatian dengan menirukan apa yang engkau laku. Prilakumu adalah sebuah objek yang tak pernah terlepas dari pandangan dan perhatian anak-anak kita.
Telinga dan mata anak-anak kita bagaikan sebuah gerbang yang senantiasa terbuka lebar dan otak mereka selalu siap untuk merekam apapun apa yang mereka dapat. Semua keadaan ini adalah kesempatan besar bagi engkau untuk menjadikan mereka penjaga kesucian fitrah, peniti jalan kebenaran ataukah sebaliknyaDuhai istriku ketika engkau tidak tegar dalam menghadapi permasalahan di hadapan anak-anak kita. Hal itu akan bentuk mereka generasi yang sensitif, mudah tersinggung dan terus dilanda kegelisahan. Selain itu adalah tidak mungkin mendidik seorang anak menjadi seorang berwatak muali sedang ibunya sendiri adalah seorang pengecut, pemarah, pemalas, kikir dan semacamnya.
Anak-anak kita akan kebingungan dan bahkan kehilangan keinginan untuk meniru engkau, disaat mereka mengetahui engkau tidak ikhlas dalam berperilaku serta berkpribadian ganda. Memang semua ini adalah sesuatu yang berat namun jangan sampai engkau meninggalkan hak-hak yang selayaknya didapat sebagai seorang istri. Karena itu wahai istriku janganlah engkau enggan untuk mengutarakan apa-apa yang engkau perlukan sebab adalah dzalim aku sebagai suamimu tidak mempedulikan semua itu. Akupun ingin menunaikan kewajibanku sebagai seorang suami serta membantumu untuk menunaikan tugas-tugas mulia itu. Aku tidak akan pernah berhenti untuk mendukung langkah- langkah jihadmu. Aku tahu sebagai manusia biasa kitapun harus berjihad diri baik didunia lahir dengan senantiasa bertafakur, berusaha memupuk tekad, mengkondisikan diri, mengawasi diri, menghisab dan menilai diri serta senantiasa berdzikir mengingat Allah dengan segala kedalaman ma’na jihad diri secara dzahir itu. Selain itu kita juga dituntut untuk berjihad secara bathini, kita harus mengendalikan semua kekuatan bathin yang diamanahkan Allah kepada kita, amanah yang berupa naluri kemanusiaan, kekuatan khayal, dan imanjinasi ataupun yang lain. Kita juga harus berusaha mengenali keadaan jiwa kita, adakah didalamnya terdapat penyakit moral? Ketika kita menemukan itu marilah kita bersama mencari penawar dari penyakit yang menjadi penyebab kekotoran hati para manusia itu.
Istriku semua itu adalah sebuah perjuangan karenanya yakinlah bahwa semua perjuangan ini adalah langkah-langkah menuju keridhaan Allah sehingga sekirannya kita harus menghadap Allah ditengah perjalanan dalam perjuangan itu kita tidak akan mati secara sia-sia, semoga kita selalu dalam keridhaannya. Duhai kekasih, semua jihad diri baik secara dzahiri maupun bathini yang sedang kita perjuangkan akan sangat mendukung setiap langkah yang kita kayuh dalam mendidik putra–putri kita nantinya. Istriku, seandainya amanat dari Allah adalah seorang anak perempuan maka disaat itu engkau dituntut untuk bisa mengajarinya bagaimana menjadi seorang ibu. Seorang anak perempuan lebih cenderung meniru ibunya dibanding anak laki-laki. Ditangan engkaulah kelak ia akan menjadi ibu tauladan atau sebaliknya. Dari engkau ia belajar bagaimana mejadi seorang ibu rumah tangga, cara mengurus rumah tangga, mengurus anak dan mendidiknya. Dari engkau ia hanya sekedar menerima dan mencontoh langsung tanpa mempertimbangkan alasan apa dibalik perilaku itu dan kemudian merekamnya dalam benak.
Istriku, seorang anak lebih mudah menerima ide-ide awal sebagai aspek kepribadian dari orang-orang terdekatnya. Ide-ide itu adalah fondasi awal kepribadian dan ruhani mereka, karena itu engkau mempunyai kesempatan untuk membimbing dan mengarahkan pemikiran, prilaku, harapan dan cita-cita serta sifat moral dan sosial anak-anak kita sehingga setiap langkah yang engkau pilih seiring pertumbuhan mereka akan memberi pengaruh yang besar pada anak-anak kita. Istriku, anak kita akan mulai menggunakan akal dipenghujung tahun kedua, saat itu anak kita sudah berusaha menyelesaikan persoalanya sendiri dan berusaha terlebih dahulu tanpa meminta tolong pada orang lain. Pada usia tiga tahun walau masih terbatas anak kita akan mulai berfikir, sebagai orang tua kita harus membimbingnya agar cara berfikir anak kita terjaga dan terbentuk dengan baik serta sedikit demi sedikit mampu melakukan sebuah perbandingan. Pada usia ini dia mampu menguraikan dan menjelaskan sejumlah hal, biasanya dia akan sering bertanya perihal sesuatu yang aneh atau yang menurutnya ganjil.
Dibawah bimbingan kita anak kita akan belajar untuk berkata baik, berlaku jujur dan sopan atau sebaliknya. Istriku, rumah kita adalah tempat untuk membangun fondasi bangunan serta kepribadian akhlak anak-anak kita. Duhai cahaya mata, duhai penyejuk hati. Kepribadian anak-anak kita sudah terbentuk sejak dalam rahim, disitu terjadi perkembangan kepribadian diamana seorang ibu berpengaruh besar secara tidak langsung dalam perkembangan tersebut.
Perkembangan dalam pengaruh besar sang ibu ini terus berlangsung hingga dia terlahir dan hingga dia disapih. Pada masa-masa itu semua pola pikir, makanan, tindakan, dan cara bergaul yang engkau pilih akan memberi pengaruh besar pada bentuk bangunan kepribadian anak kita. Istriku, banyak hal yang kita harapkan nantinya bisa dimiliki anak-anak kita. Engkau dan aku hanya sekadar mengingatkan bahwa disaat kita mendidik kita harus sadar bahwa anak kita bukanlah kelinci percobaan. Keluasan ilmu kita berperan besar didalamnya. Kita harus menjaga keseimbangan naluri dan fitrah kita baik amarah, kasih sayang, pemanjaan atau naluri sebagai orang tua yang lain. Jangan sampai ia merasa sombong terhadap apa yang ia atau kita miliki, kita harus adil baik pada anak kita yang laki-laki ataupun yang perempuan. Kita harus sesuaikan pendidikan kita sesuai jenis kelamin mereka. Ketika anak-anak kita sudah terbiasa dalam kebaikan dan pada akhirnya dia merasa butuh terhadapnya berarti pendidikan kita telah berhasil.
Dalam pemberian pendidikan, kita semestinya memberi mereka kebebasan memilih, kebebasan itu akan menjadikan mereka lebih bersemangat menjalani pilihan yang telah mereka ambil. Walau sebagai orang tua kita tetap mengawasi mereka. Seorang anak yang baru lahir kadar intelegensitasnya masih terbatas, dia merasa asing dengan dunia yang baru ia temui, keterasingan itu dapat terputus dengan bantuan seorang ibu yang senantiasa memberikan bimbingan secara langsung atau tidak langsung terhadap anak-anaknya. Hanya sosok ibu yang memiliki ruhani yang tumbuh subur saja yang bisa membantu anak–anak mereka keluar dari keterasingan itu. Sebagai orangtua kita harus benar-benar mengenal anak-anak kita, kita harus mencari tahu kebutuhan-kebutuhan yang sangat mereka perlukan. Ada hal yang perlu kita perhatikan bahwa anak-anak kita adakalanya juga akan merasakan suatu kejenuhan. Pada kondisi demikian kita dituntut berperan menjadi pendorong bagi mereka, salah satunya dengan menghargai karya mereka dan memberikan hadiah atas prestasi mereka.
Istriku, dalam memberikan hadiah sebaiknya kita juga mengkaitkannya dengan pendidikan, hadiah itu bisa kita rupakan apapun namun tetap bermanfaat bagi anak-anak kita dan jangan sampai pemberian hadiah itu kita lakukan dengan alasan karena anak kita mau meninggalkan suatu keburukan. Sikap semacam ini sama halnya dengan mengajari mereka bahwa kalau tidak diberi hadiah itu berarti kita meperbolehkan mereka melakukan kebrukan tersebut. Anak kecil sangat identik dengan permainan maupun mainan. Permainan merupakan sarana pendidikan yang baik dan cukup efisien sebab ketika seorang anak belajar dengan metode semacam itu niscaya akan lebih mudah dalam memahami, sebab saat itu dia belajar dengan otak kanan. Dengan permainan kita bisa menanamkan arti penting dari berusaha, sifat pantang menyerah, serta pelajaran adanya kekalahan dan kemenangan. Sebagai orang tua kita dituntut selektif dalam memilihkan permainan sebab kekeliruan dalam memilih bisa berakibat pada tercerabutnya akal dan ruhani anak kita. Istriku, dalam kehidupan adakalanya kita menemui adanya suatu ketimpangan. Dalam kehidupan rumah tangga kita, hal itu juga bukan tidak mungkin terjadi, namun ketika kita sama-sama mengenakan konsep yang sudah digariskan oleh Allah niscaya hal itu dapat dengan mudah untuk dihindari. Anak kita dengan ketidaktahuan mereka suatu ketika akan melakukan kekeliruan, istriku ketika hal itu terjadi kita harus berlaku bijak, kita tidak boleh bersikap kasar, selayaknya kita menasehati mereka dengan kasih sayang dan penuh rasa empati sehingga kepada mereka kita tidak bertindak sebagai seorang hakim yang menghakimi dan anak kita sedang dihukum karena suatu dosa.
Nasehat yang baik adalah nasehat yang selaras dengan cara berfikir mereka, nasehat dengan cara memberi masukan dan kritikan akan lebih baik dari bentakan, teguran keras, apalagi dengan ancaman berupa sangsi secara material. dengan ini anak tidak akan berusaha mencari tempat perlarian sebagai tempat perlindungan. Duhai istriku ketika kita harus memberi hukuman pada anak kita, kita harus berfikir seribu kali sebelumnya, pemberian hukuman merupakan langkah terakhir dalam pendidikan. Seandainya kita harus memberi hukuman kita juga harus memberi pengertian serta alasan megapa kita melakukan itu. Hukuman yang kita berikan bukan alat untuk membuat ia jera tapi sekedar upaya dalam pendidikan bagi mereka. Perlu kita pahami juga bahwa tindakan mencegah itu lebih baik dari pada harus mengobati, jadi sebelum kita melihat anak kita melakukan suatu pelanggaran sebelumnya sudah kita antisipasi dengan memberi pengertian. Hukuman tidak harus berupa pukulan, dengan diam dan sesekali memandang penuh arti pada mereka bisa lebih berarti. Istriku, ketika kita keliru dalam memberi hukuman hal itu bisa menyebabkan hubungan kita dengan mereka menjadi renggang, Hukuman boleh diberikan ketika mereka melakukan dengan sengaja dan mengetahui akibat dari kekeliruannya itu.
Istriku, dalam memberi hukuman kitapun harus pandai dalam bersikap, jangan sampai ketika aku sedang memberi hukuman engkau menyiapkan diri sebagai tempat perlindungan dengan memberikan pembelaan. Sikap itu akan menjadikan hukuman tidak ada arti dan merusak kepribadian anak kita. Dia akan merasa aman untuk melakukan hal yang sama nantinya. Ketika memberi hukuman kita tempatkan anak kita antara takut dan harap serta kita tidak perlu memaksa anak kita untuk meminta maaf. Istriku, kita baru saja bertemu namun kiranya tidak salah kalau aku mengingatkanmu akan kematian, dzikir akan kematian akan menjadikan kita dekat dengan Allah dan selanjutnya kita akan menjaga dan meningkatkan kualitas diri kita, sebab kematian datang dengan tiba-tiba sesuai keinginan pemilik-Nya, walau sebenarnya dengan segala kurang dan dosa aku merasa belum siap menghadapi kematian mungkin engkaupun sama namun andai kematian itu datang pada salah satu diantara kita maka kita harus yakin bahwa memang seperti itulah kemestian dari Allah.
Istriku andai kematian datang kepadaku terlebih dulu maka akan bertambah berat juang yang harus engkau lakukan dalam mendidik anak kita, seorang anak yang ditinggalkan ayahnya dimasa mereka masih kecil akan merasakan keterasingan, penderitaan, mudah gelisah dan besedih. Ketika saat itu engkau tidak sesuai dalam mensikapi, hal itu bisa menjadikan mereka mejadi seorang pembangkang dan keras kepala. Istriku, saat itu engkau dituntut menjadi ibu yang penyayang dan seorang pengganti peran seorang ayah yang bijak dan tegas. Seorang anak yang ditinggalkan ayah mereka biasanya akan merasa terbebaskan dari segenap tuntutan hidup serta berusaha meninggalkan seluruh tanggung jawab dan kewajibannya. Karenanya adalah bijak untuk menghindarkan mereka dari lingkungan yang berbahaya atau tidak mendukung bagi kebaikan mereka. Disitu engkau dituntut mampu mengukuhkan spiritualitas anak. Kejelian dalam pendidikan sangat penting sebab pembiaran pada kesalahan pertama akan menjadikannya sulit untuk dirubah. Istriku, ada kemungkinan kedua yaitu engkau mendahului aku. Semoga kita berdua termasuk orang-orang yang siap dalam menghadapi kematian. Istriku kehilangan seorang ibu bagi seorang anak merupakan sesuatu yang besar dan berat, walau bagaimanapun kedudukan engkau disisi mereka tidak mungkin dapat tergantikan oleh siapapun. Mereka akan sangat merindukanmu karena mereka lebih dekat denganmu. Mereka akan merasakan kesendirian yang mendalam, terus dalam kegelisahan, tak pernah lepas dari khayalan tentang limpah kasih dan kehangatan yang pernah engkau berikan. Bagi mereka kehilangan seorang ibu adalah kehilangan seluruh dunianya. Mereka akan terus merindukan kasih sayangmu. Andai semua itu benar-benar terjadi semoga ada kemudahan bagi kita untuk membimbing mereka ikhwal kematian bahwa kitapun akan mati sebagaimana semua akan mati juga nantinya. Semoga kita mampu membimbing mereka tentang ma’na hidup, tujuan hidup dan bahwa kehidupan ini bukanlah kehidupan yang sebenarnya, ada kehidupan yang lebih haqiqi yaitu kehidupan setelah kematian di akhirat nanti.
Istriku, kala itu terjadi aku harus memulihkan rasa percaya diri mereka dan mensiapkan diri untuk mencurahkan kasih sayang untuk mereka, lebih memperhatikan mereka dan berusaha menjadi sandaran bagi merka. Duhai sandaran jiwa, pernikahan hanyalah sekadar sarana, ia layaknya sebuah sampan yang akan kita gunakan untuk mengarungi samudra luas yang penuh dengan badai cobaan dan gelombang dahsyat yang bisa menenggelamkan atau bahkan memecah sampan kecil itu. Sampan itu harus kita jaga sekuat tenaga. Kita kuatkan temali rasa saling mengerti dan memahami diantara kita dan kita rekatkan diawal dan ditengah perjalanan kita sehingga sampan itu akan terus terjaga. Keberadaan seorang anak tidak ubahnya seperti obor dan penghangat sampan kecil itu. Semestinya sebagaimana sang Rasul teladan telah mencontohkan, dihadapan anak kita, kita semestinya bisa menjadi seorang sahabat. Kita harus tanggap untuk mendengar keluh kesah mereka dan ada kalanya kita perlu menggantikan posisi teman-teman anak kita, walau kebutuhan alami ini sebenarnya tidak mungkin bisa diganti dengan yang lain. Dengan ini seorang anak akan menjadi lebih terbuka pada kita dan kita akan lebih mudah memahami mereka.
Duhai cahaya mata, anak kita juga butuh teman sebaya, dengan temannya itu dia akan mengukur kemampuan diri, belajar tentang kehidupan sosial dan konsep kebersamaan, pada saat mereka bermain bersama, kebutuhan ruhani mereka sebagai seorang anak akan terpenuhi. Bagi seorang anak teman adalah pembanding dan sarana untuk memahami diri. Bersama mereka kematangan sosial dan fisik anak akan lebih cepat. Sebagai orang tua tidak ada salahnya ketika sekali-kali kita mengundang teman-teman anak kita sehingga kita bisa tahu mana yang baik akhlaknya dan mana yang buruk. Disitu kita bisa berusaha memberi masukan kepada mereka dan berkomunikasi dengan orang tua dari anak-anak yang kurang baik akhlaknya agar nantinya sama-sama terjaga. Istriku, dalam mengarung samudra ada kemungkinan kita berselisih pendapat tentang arah sampan yang kita tumpangi, terlebih kalau kita kurang bisa memahami kekurangan kelebihan kita masing-masing. Ketika salah satu dari kita ada yang salah faham dengan pilihan atau tindakan yang dilakukan hal itu bisa mejadi penyebab adanya pertengkaran. Pertengkaran yang kita lakukan dihadapan anak-anak kita akan berpengaruh buruk bagi mereka terlebih jika kita libatkan dalam pertengkaran itu, karena itu kita harus pandai–pandai mencari solusi dalam mensikapi segala masalah yang kita hadapi. Duhai istriku aku hanya sekadar mengingatkan bahwa sebenarnya pernikahan adalah sebuah sarana untuk menyatukan perbedaan, semua ketidakcocokan, ketidaksesuaian biasanya akan lebih tampak setelah lahir anak pertama. Kelahiran seorang anak menjadi awal dinamika dalam kehidupan rumah tangga. Kita sebagaimana manusia yang lain tidak mungkin mampu berlaku bijaksana ketika akar kecintan pada dunia masih kuat mengakar, syahwat dan hawa nafsu masih kita perturutkan, kita tidak mampu menyeimbangkan kekuatan diri dalam urusan yang tiada berfaedah dan kita tak henti melakukan akhlak tercela. Karena itu wahai istriku kita harus bersama–sama membenahi diri dan meluruskan niatan hati kita.
Hanyalah Allah yang mengetahui kekotoran hati kita, kita hanya bisa membaca kebiasaan buruk yang masih melekat dalam keseharian kita. Dengan kesungguhan dan bersandarkan pada rasa cinta pada Allah serta para manusia terkasih semoga ada kemudahan. Usia kita yang masih muda adalah sebuiah modal yang besar, pengaruh pada hati dan pembentukan batin akan lebih mudah karena hati seorang pemuda masih lembut dan sederhana. Setiap sifat baik dan buruk memasuki hati seorang pemuda dengan cepat, gamblang dan mengakar kuat. Istriku, kita tidak pernah berhak untuk membanggakan iman, moral dan prilaku kita dimana karena kebanggaan itu kita tidak berhati-hati dalam memilih lingkungan. Dalam lingkungan yang buruk Secara tidak sadar bisa saja kita terbawa dalam perbuatan tercela. Hal itu akan berpengaruh baik dalam perbuatan, ucapan atau kebiasaan kita yang lain. Ucapan-ucapan orang lain yang sering melewati telinga kita cukup kuat menjadaikan kita berkeinginan untuk mengucapkan hal yang sama. Lingkungan yang tidak tepat akan menjadikan kita orang-orang yang jauh dari rasa tanggung jawab, pemalas, pengecut atau bahkan bersikap brutal dan tidak mengindahkan posisi sebagai orangtua yang selayaknya menjadi contoh. Duhai penghias ruh, seperti apakah anak yang akan kita persembahkan kepada masyarakat dan agama kita kalau kita tidak memilki kualitas ruhani, dengan rendahnya nilai ruhani bahtera rumah tangga kita akan rusak porak poranda. sebab hati dan jiwa kita telah tertutup hijab pekat dan tebal. Duhai sisih diantara karunia, aku ucapkan selamat datang atas kedatanganmu. Semoga tiada ada kekecewaan karena engkau menjadikan aku sebagai pilihanmu, hanya pada Allah aku bersandar. Mari berjuang, jalan ke akhirat teramat sulit dan penuh kesukaran, mari bersama mendulang keridhaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar