Kenabian merupakan salah satu pilar dari doktrin-doktrin islam yang utama. Keyakinan tentang kenabian merupakan salah satu dari landasan dasar untuk bisa meyakini keyakinan-keyakinan islam yang lain. Ketika orang tidak bisa menerima kenabian dari seorang nabi maka secara otomatis tidak akan mempercayai ajaran yang dibawanya. Sebelumnya telah kita buktikan bahwa Tuhan itu ada serta Tuhan itu tidak mungkin lebih dari satu. Dengan pembuktian semacam itu pembuktian yang hanya mengandalkan aqal kita semata, kita tidak mungkin bisa mengetahui Nama Tuhan itu siapa. Disisi lain kita tahu bahwa Tuhan dengan kebijakannya serta keadilan-Nya tidak mungkin membiarkan manusia telantar dalam kebingungan untuk bisa mengenali-Nya. Sarana apakah yang sudah dipersiapkan Tuhan bagi manusia?
Sekarang mari kita bersama-sama membuktikan dan mengenali Nama Tuhan atau siapa Tuhan itu sebenarnya.
Pertama, kita tahu bahwa manusia memiliki aqal yang terbatas. Yaitu ada permasalahan-permasalahan tertentu yang tidak bisa dipahami dengan aqal yang sering kita sebut sebagai hal yang tidak masuk aqal. Kita juga sering menyebut hal itu sebagai suatu hal yang ghoib. Ketika tidak bisa pakai aqal terus pakai apa?
Kedua, pada kenyataannya dalam sejarah kita tahu ada beberapa orang yang mengaku sebagai seorang utusan Tuhan. Keberadaan mereka bisa jadi benar atau sebaliknya bisa juga salah karena itu untuk bisa menerima atau menolak mereka kita perlu melakukan pengkajian atas diri mereka serta informasi yang mereka bawa.
ketiga, kita secara nalar tidak akan mau mengikuti pendapat orang lain berikut menerima segala resikonya ketika kita tidak tahu orang lain itu secara baik. Hal ini merupakan kecenderungan fitrah manusia yang senantiasa haus dengan kesempurnaan.
Dari semua kemajuan keilmuan yang sudah dicapai hingga saat ini tidak akan pernah akan ada orang yang berani mengatakan bahwa dia telah megetahui segala sesuatu dan tidak lagi butuh untuk belajar lagi. Semakin dalam keilmuan para ilmuwan itu mereka akan semakin tahu bahwa ilmu itu sangat luas serta mereka belum tahu dan tidak akan tahu rahasia dari alam semesta yang begitu luas ini secara sempurna, mereka sadar bahwa kemampuan manusia itu terbatas. Mereka tidak akan ragu untuk mengatakan bahwa apa yang telah mereka dan ilmuwan-ilmuwan yang lain ketahui tidak lebih dari sekedar mengetahui huruf a, b, c, Dari rahasia buku besar ilmu yang tersimpan dialam semesta. Mereka tidak akan bisa tahu rahasia semesta ketika tidak dibimbing oleh utusan tuhan yang disebut dengan nabi dan Rasul.
Manusia secara fitrah menginginkan suatu kebahagiaan sempurna. Mereka selalu menghindari segala hal yang bisa membuat mereka menderita terlebih apapun yang bisa menjerumuskan mereka pada kesengsaraan hakiki. Sebuah pertanyaan muncul, apakah semua keilmuan yang ada itu akan membawa manusia ketempat kebahagiaan yang hakiki? Apakah manusia dengan aqal mereka bisa mengenali semua keilmuan itu secara sempurna sehingga bisa menilai mana yang akan membawa kepada kebahagiaan hakiki serta mana yang akan menjerumuskan mereka kepada kesengsaraan hakiki sehingga bisa memilih mana yang benar? Dengan waktu mereka yang begitu terbatas manusia secara alami tidak akan bisa menguasai semua ilmu yang ada. Untuk mengambil gelar doktoral disuatu bidang keilmuan saja, seseorang butuh waktu 19 tahun berkecimpung di dunia akademisi ini pun jika tidak ada halangan. Sekarang kita tahu bahwa bidang keilmuan sudah begitu pesat. Cabang keilmuan sudah begitu luas dan beraneka ragam secara nalar bisa kita katakan manusia biasa tidak akan mampu memiliki semua keilmuan yang ada walaupun dengan tidak secara sempurna. Jadi untuk bisa memilah dari semua keilmuan itu manusia butuh pada seorang pemberi petunjuk. Sudah semestinya dia harus dari Orang yang memiliki kualitas melebihi manusia biasa dan tiada yang mampu berbuat semacam itu melainkan dibawah keinginan serta kehendak Tuhan yang Maha Segala. Pemberi petunjuk pada tataran keilmuan yang benar itulah yang disebut dengan nabi.
Dikatakan bahwa nabi datang dengan membawa cahaya petunjuk keilmuan untuk membimbing manusia dengan ilmu yang manusia butuhkan untuk mencapai tingkat kemuliaan.
Seberapa besarkah kebutuhan manusia terhadap seorang nabi? Mari kita buktikan bersama. Telah kita bahas diatas bahwa aqal manusia itu terbatas. Dijelaskan bahwa aqal manusia memang merupakan suatu petunjuk namun kuantitas pancaran cahaya petunjuknya terbatas. Aqal manusia dibanding nabi. Bagaikan sebuah lilin dibandingkan matahari. Benar lilin memancarkan sinar tapi pancaran sinar lilin dibawah sinar mentari tidak tampak pancarannya sama sekali. Seperti inilah keberadaan aqal dibanding nabi. Penggapaian hakikat kemanusiaan yaitu tingkatan manusia sempurna hanya bisa digapai dengan memanfaatkan aqal serta pancaran cahaya kenabian.
Perlu disampaikan disini bahwa berita dari nabi itu bisa kita bedakan kedalam tiga bentuk. Pertama masuk aqal, tidak masuk aqal, serta majhul(tidak jelas)
Seorang nabi tidak akan pernah mengucapkan sesuatu yang tidak masuk aqal. Jika ada orang yang mengaku sebagai nabi tapi mengucapkan hai-hal semacam itu maka dia bukan nabi. Para nabi datang sebagai penjelas apa-apa yang tidak jelas (majhul). Jadi orang-orang yang mengatakan kami cukup dengan aqal kami dan tidak butuh lagi pada seorang nabi sama dengan anak kecil yang selesai belajar membaca berbicara "aku sudah pintar, aku tidak perlu lagi pada seorang guru untuk belajar" disini jelas bahwa peran seorang nabi adalah sebagai pembimbing namun, peran nabi tidak hanya sebagai pembimbing tapi dia juga sebagai seorang pimpinan tempat rujukan dalam segala masalah.
Secara nalar kita tidak akan pernah menyerahkan urusan kita pada orang yang setara dengan kita. Begitu juga dalam mempercayai seorang nabi. Semestinya nabi memiliki hubungan khusus dengan Tuhan selain itu dia juga harus memiliki ilmu ilahiah yang tak terbatas. Keilmuan yang membuktikan keterkaitan dia sebagai seorang wakil dan utusan Tuhan.
bersambung......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar