Bagaimana aku tidak menangis dihadapan haribaan-Mu sedang aku masih memiliki hati ?
Bagaimana hati ini tidak terbakar sedang ia masih bisa merasa?
Bagaimana perasaan ini mati sedang aqal masih utuh kami miliki?
Tuhan ajari diri ini untuk mendzikir-Mu seperti seharusnya seorang pecinta mengingat kekasihnya.
Biarkan aku seolah membuat Engkau tersenyum
seolah tidak mau membuat Diri-Mu bersedih
karena aku tahu Engkau sempurna tidak terbahagiakan, tidak tersedihkan oleh sebab apapun engkau adalah sebab yang tak disebab oleh sebab yang lain.
Tuhan sesuci bagi Mu tak pernah henti.
Biarkan kami mensuciMu yang mandiri.
Biarkan kami menangis di tengah kotornya diri. Membawa hati ini kepada-Mu berharap mendapat pensucian dari wujud Agung-Mu.
Tuhan ajari bagaimana mencinta-Mu
Ajari bagaimana menyembah-Mu
Sabtu, 26 Juli 2008
Qur'an dan Tahrif?
Bismilahirrahmanirahim
secara bahasa tahrif berasal dari kata حرف "harafa" berarti "ghayarahu 'an mawadhi'ihi" yaitu berubah dari maudhu'nya (kamus al munjid bahasa arab ke bahasa arab) kemudian dalam lisanul arab tahrif diuraikan sebagai
تحريف الكلم عن مواضعه
"Tahriful kalimi 'an mawadi'ihi" yang berarti mengubah makna kata dari makna asli ke makna lain dimana kata itu dengan makna asli di pandang memiliki kemiripan dan manusia berpikir bahwa makna itu memiliki arti yang dekat dengan makna arti kata yang asli.
Istilah tahrif sering dipakai dalam pembahasan alquran dan riwayat hadis. Dalam konteks ini tahrif berarti penambahan atau pengurangan kata atau huruf dari teks quran atau hadis yang asli. Contoh nyata orang yang telah melakukan tahrif terhadap ayat suci adalah kaum yahudi, hal ini disinggung dalam Qs 4 : 46 dan 5 : 13
Terkait tahrif dalam alquran disebutkan juga bahwa barangsiapa menafsirkan quran sesuai pendapatnya sendiri (yang berarti melakukan tahrif terhadap quran) maka tempatnya di neraka ditentukan(disiapkan tempatnya di neraka). Dimana dalam mempelajari quran terdapat kaidah "Barangsiapa ingin mempelajari quran pelajarilah dengan bahasa arab"
تعلموالقران بعربيه
"Ta'alamul quran bi 'arabiyati" pelajarilah quran dengan bahasa arab(dengan tata cara kaidah bahasa arab, dimana setiap bahasa memiliki kaidah khas masing-masing). Hal ini sesuai dengan ulasan tegas quran surah zumar(39) ayat 28
قراناعربياغيرذي عوج
"Qur'anan arabiyyan ghairi zi 'iwajin" Al quran berbahasa arab, tidak ada kebengkokan(didalamnya).Terkait Mengapa syiah tidak meyakini adanya tahrif quran baik adanya pengurangan atau penambahan berupa kata atau huruf dalam alquran (adanya perubahan dalam quran) dapat kami ulas sebagai berikut.
1. Adanya tahrif maka menjadikan alquran tidak sempurna. Padahal Alquran adalah kitab Allah swt yang turun paling akhir sebagai penyempurna atas kitab-kitab terdahulu, ketika sebagai penyempurna sedang dirinya tidak sempurna maka quran tidak bisa disebut sebagai penyempurna. Sebagaimana nabi Muhammad yang menjadi penutup nabi dan rasul sehingga disebut sebagai khatamun nabiyin (sang penutup kenabian).
2. Alquran yang dimiliki dan dipakai oleh umat islam syiah diseluruh penjuru dunia adalah satu sebagaimana quran yang dipakai oleh saudara ahli sunat(suni). Disetiap masjid, husainiah, rumah, perpustakaan atau tempat masyarakat syiah yang lain hanya ada kitab yang satu. Jadi sangat tidak bisa dibenarkan ketika ada yang mengatakan quran orang syiah lebih banyak dari 30 juz apalagi menggunakan pernyataan yang tidak berdalil itu sebagai alasan untuk mengkafirkan dan menghalalkan darah orang syiah.
3. Dalam aqidah syiah alquran dan sunat nabi adalah dua hal yang tidak mungkin terpisah. Jadi quran tidak akan pernah terpisah dari orang-orang yang menjadi pemandu quran atau bisa kita sebut sebagai para gurunya quran. Karena quran sendiri memiliki dua jenis ayat, ayat muhkamat dan mutasyabihat. Manusia biasa tidak akan mampu memahami makna batin ayat ataupun ayat-ayat mutasyabihat. Manusia butuh pembimbing untuk bisa secara sempurna memahami alquran. Perlu diketahui bahwa tidak pernah ditemukan adanya ketidak sesuaian antara ucapan satu imam dengan imam yang lain dalam mensikapi segala masalah walaupun rentang jarak antar mereka cukup jauh. Hal ini sesuai dengan apa yang tertuang dalam hadis tsaqalain yang diyakini oleh syiah maupun suni sebagai hadis yang shahih lihat musnad ahmad bin hanbal juz 4 hal 31 dan juz 5 hal 181 dan dalam kanzul ummal juz 1 hal 96. " Sesungguhnya aku tidak lama lagi akan dipanggil(wafat) dan akupun akan memenuhinya. Aku meninggalkan pada kalian dua peninggalan berharga (atsaqalain) kitab Allah aza wajalla dan itrahku. Kitab Allah ibarat tali penghubung antara makhluk dengan penciptaNya. Sedang itrahku adalah ahlul baitku. Dan sesungguhnya Allah yang maha lembut telah memberitahukan padaku bahwa keduanya tidak akan terpisah sampai keduanya datang padaku di telaga haud (surga). Maka perhatikanlah! Kalian berarti menyalahiku jika menyalahi keduanya" Bagaimana mungkin orang syiah meyakini adanya tahrif dalam quran.
4. Dalam kitab-kitab tafsir ulama syiah alquran yang ditafsirkan juga sama sebagaimana quran yang dipakai oleh ahli tasanun. Ketika qurannya beda dari quran milik ahli tasanun pasti kitab quran yang ditafsirkan juga beda.
5. Alquran adalah timbangan kebenaran. Imam shadiq sebagai salah satu imam penerus nabi beliau menukil dari moyangnya dari Nabi Muhammad " Hai masyarakat, segala berita yang datang dari kami (diriwayatkan bahwa itu dari kami )sampai pada kalian terimalah jika itu sesuai dengan kitab Allah swt. Berarti itu (benar-benar)dari kami. Jika tidak sesuai berarti itu bukan dari kami." ketika alquran oleh orang syiah di anggap telah di tahrif. Bagaimana bisa mereka menjadikan quran sebagai penimbang benar tidaknya kabar(riwayat) yang sampai pada mereka bahwa itu benar-benar dari nabi atau imam maksum atau bukan. Jadi jelas bahwa alquran dalam pandangan syiah tidak pernah tertahrif dan tidak akan pernah tertahrif.
6. Orang Syiah sangat memuliakan alquran. Dalam fikih mereka dapat ditemukan adanya aturan khusus terkait alquran. Orang yang tidak memiliki wuzu tidak boleh menyentuh tulisan ayat suci alquran. Ketika ada alquran jatuh ditempat najis harus segera di ambil dan di bersihkan, tidak boleh berselonjor ketika dibawah kaki ada alquran. Dan dapat kita lihat alquran orang syiah dicetak dengan kertas berkualitas dan dengan tulisan indah. Ini semua adalah gambaran penghormatan serta penghargaan yang besar terhadap alquran. Untuk fisik quran saja begitu besar penghormatan mereka bagaimana mungkin mereka tidak menghormati isi quran dengan tidak mempercayai keotentikan isi alquran?
Dalam alquran banyak sekali dalil yang bisa kita temui terkait keotentikan alquran. Alquran adalah kitab yang diturunkan Allah swt dan Allah juga yang akan menjaganya. Lihat alhijr: 9 dan at thalaq: 10-11. "alquran adalah kitab yang tidak ada kebatilan didalamnya. . . . ".lihat surat Fushilat ayat 42. Ketika mengimani alquran berarti harus mempercayai seluruh isi kandungannya. Jadi dengan dalil yang sangat jelas ini kita yakin bahwa quran sama sekali tidak pernah ditahrif dan tidak akan pernah akan.
Terkait tahrif quran dalam kitab suni dapat dicek dari beberapa rujukan dibawah.
Ibnu Abi As-Sajastani, Al-Mashâhif, Dar al Kutub Al ilmiyah, beirut, halaman 61 (penambahan kata"وغير" dan kata"من"pada surah fathihah oleh sahabat umar), 62, 63, 64, 65, 66, 83, 85, 86, 87, 92, 93, 95, 97, 98, 100, 101, dan halaman 102(jg tentang penambahan kata dalam ayat alquran oleh sahabat lain)
2. Shahih Bukhari, kitab at-Tafsir, bab Surah wa'l laily idza yakhsya, jami' al-ushul, jilid 3, hal 49 Musnad ahmad, jilid 6, hal. 449 dan 451, hal 269.
3. Shahih Bukhari, Kitab al maghazi, Bab Ghazwah Ar-Ra'i wa dzakwan, jilid 5.
4. Shahih Bukhari, Bab Asy-syahadah 'inda'l hakim fi wilayatil qadha.
5. Shahih muslim, jild 3, hlm. 100. Jilid 4 hal 167 dan 168.
Simak juga penegasan ayat suci alquran. Al Baqarah : 111. Terkait tata cara berargumentasi dalam mencari kebenaran.
sekian dari kami
walhamdulillah
wasalam
qom,26-7-08
Selasa, 08 Juli 2008
Buktikn Kenabian yuk
Kenabian merupakan salah satu pilar dari doktrin-doktrin islam yang utama. Keyakinan tentang kenabian merupakan salah satu dari landasan dasar untuk bisa meyakini keyakinan-keyakinan islam yang lain. Ketika orang tidak bisa menerima kenabian dari seorang nabi maka secara otomatis tidak akan mempercayai ajaran yang dibawanya. Sebelumnya telah kita buktikan bahwa Tuhan itu ada serta Tuhan itu tidak mungkin lebih dari satu. Dengan pembuktian semacam itu pembuktian yang hanya mengandalkan aqal kita semata, kita tidak mungkin bisa mengetahui Nama Tuhan itu siapa. Disisi lain kita tahu bahwa Tuhan dengan kebijakannya serta keadilan-Nya tidak mungkin membiarkan manusia telantar dalam kebingungan untuk bisa mengenali-Nya. Sarana apakah yang sudah dipersiapkan Tuhan bagi manusia?
Sekarang mari kita bersama-sama membuktikan dan mengenali Nama Tuhan atau siapa Tuhan itu sebenarnya.
Pertama, kita tahu bahwa manusia memiliki aqal yang terbatas. Yaitu ada permasalahan-permasalahan tertentu yang tidak bisa dipahami dengan aqal yang sering kita sebut sebagai hal yang tidak masuk aqal. Kita juga sering menyebut hal itu sebagai suatu hal yang ghoib. Ketika tidak bisa pakai aqal terus pakai apa?
Kedua, pada kenyataannya dalam sejarah kita tahu ada beberapa orang yang mengaku sebagai seorang utusan Tuhan. Keberadaan mereka bisa jadi benar atau sebaliknya bisa juga salah karena itu untuk bisa menerima atau menolak mereka kita perlu melakukan pengkajian atas diri mereka serta informasi yang mereka bawa.
ketiga, kita secara nalar tidak akan mau mengikuti pendapat orang lain berikut menerima segala resikonya ketika kita tidak tahu orang lain itu secara baik. Hal ini merupakan kecenderungan fitrah manusia yang senantiasa haus dengan kesempurnaan.
Dari semua kemajuan keilmuan yang sudah dicapai hingga saat ini tidak akan pernah akan ada orang yang berani mengatakan bahwa dia telah megetahui segala sesuatu dan tidak lagi butuh untuk belajar lagi. Semakin dalam keilmuan para ilmuwan itu mereka akan semakin tahu bahwa ilmu itu sangat luas serta mereka belum tahu dan tidak akan tahu rahasia dari alam semesta yang begitu luas ini secara sempurna, mereka sadar bahwa kemampuan manusia itu terbatas. Mereka tidak akan ragu untuk mengatakan bahwa apa yang telah mereka dan ilmuwan-ilmuwan yang lain ketahui tidak lebih dari sekedar mengetahui huruf a, b, c, Dari rahasia buku besar ilmu yang tersimpan dialam semesta. Mereka tidak akan bisa tahu rahasia semesta ketika tidak dibimbing oleh utusan tuhan yang disebut dengan nabi dan Rasul.
Manusia secara fitrah menginginkan suatu kebahagiaan sempurna. Mereka selalu menghindari segala hal yang bisa membuat mereka menderita terlebih apapun yang bisa menjerumuskan mereka pada kesengsaraan hakiki. Sebuah pertanyaan muncul, apakah semua keilmuan yang ada itu akan membawa manusia ketempat kebahagiaan yang hakiki? Apakah manusia dengan aqal mereka bisa mengenali semua keilmuan itu secara sempurna sehingga bisa menilai mana yang akan membawa kepada kebahagiaan hakiki serta mana yang akan menjerumuskan mereka kepada kesengsaraan hakiki sehingga bisa memilih mana yang benar? Dengan waktu mereka yang begitu terbatas manusia secara alami tidak akan bisa menguasai semua ilmu yang ada. Untuk mengambil gelar doktoral disuatu bidang keilmuan saja, seseorang butuh waktu 19 tahun berkecimpung di dunia akademisi ini pun jika tidak ada halangan. Sekarang kita tahu bahwa bidang keilmuan sudah begitu pesat. Cabang keilmuan sudah begitu luas dan beraneka ragam secara nalar bisa kita katakan manusia biasa tidak akan mampu memiliki semua keilmuan yang ada walaupun dengan tidak secara sempurna. Jadi untuk bisa memilah dari semua keilmuan itu manusia butuh pada seorang pemberi petunjuk. Sudah semestinya dia harus dari Orang yang memiliki kualitas melebihi manusia biasa dan tiada yang mampu berbuat semacam itu melainkan dibawah keinginan serta kehendak Tuhan yang Maha Segala. Pemberi petunjuk pada tataran keilmuan yang benar itulah yang disebut dengan nabi.
Dikatakan bahwa nabi datang dengan membawa cahaya petunjuk keilmuan untuk membimbing manusia dengan ilmu yang manusia butuhkan untuk mencapai tingkat kemuliaan.
Seberapa besarkah kebutuhan manusia terhadap seorang nabi? Mari kita buktikan bersama. Telah kita bahas diatas bahwa aqal manusia itu terbatas. Dijelaskan bahwa aqal manusia memang merupakan suatu petunjuk namun kuantitas pancaran cahaya petunjuknya terbatas. Aqal manusia dibanding nabi. Bagaikan sebuah lilin dibandingkan matahari. Benar lilin memancarkan sinar tapi pancaran sinar lilin dibawah sinar mentari tidak tampak pancarannya sama sekali. Seperti inilah keberadaan aqal dibanding nabi. Penggapaian hakikat kemanusiaan yaitu tingkatan manusia sempurna hanya bisa digapai dengan memanfaatkan aqal serta pancaran cahaya kenabian.
Perlu disampaikan disini bahwa berita dari nabi itu bisa kita bedakan kedalam tiga bentuk. Pertama masuk aqal, tidak masuk aqal, serta majhul(tidak jelas)
Seorang nabi tidak akan pernah mengucapkan sesuatu yang tidak masuk aqal. Jika ada orang yang mengaku sebagai nabi tapi mengucapkan hai-hal semacam itu maka dia bukan nabi. Para nabi datang sebagai penjelas apa-apa yang tidak jelas (majhul). Jadi orang-orang yang mengatakan kami cukup dengan aqal kami dan tidak butuh lagi pada seorang nabi sama dengan anak kecil yang selesai belajar membaca berbicara "aku sudah pintar, aku tidak perlu lagi pada seorang guru untuk belajar" disini jelas bahwa peran seorang nabi adalah sebagai pembimbing namun, peran nabi tidak hanya sebagai pembimbing tapi dia juga sebagai seorang pimpinan tempat rujukan dalam segala masalah.
Secara nalar kita tidak akan pernah menyerahkan urusan kita pada orang yang setara dengan kita. Begitu juga dalam mempercayai seorang nabi. Semestinya nabi memiliki hubungan khusus dengan Tuhan selain itu dia juga harus memiliki ilmu ilahiah yang tak terbatas. Keilmuan yang membuktikan keterkaitan dia sebagai seorang wakil dan utusan Tuhan.
bersambung......
Sekarang mari kita bersama-sama membuktikan dan mengenali Nama Tuhan atau siapa Tuhan itu sebenarnya.
Pertama, kita tahu bahwa manusia memiliki aqal yang terbatas. Yaitu ada permasalahan-permasalahan tertentu yang tidak bisa dipahami dengan aqal yang sering kita sebut sebagai hal yang tidak masuk aqal. Kita juga sering menyebut hal itu sebagai suatu hal yang ghoib. Ketika tidak bisa pakai aqal terus pakai apa?
Kedua, pada kenyataannya dalam sejarah kita tahu ada beberapa orang yang mengaku sebagai seorang utusan Tuhan. Keberadaan mereka bisa jadi benar atau sebaliknya bisa juga salah karena itu untuk bisa menerima atau menolak mereka kita perlu melakukan pengkajian atas diri mereka serta informasi yang mereka bawa.
ketiga, kita secara nalar tidak akan mau mengikuti pendapat orang lain berikut menerima segala resikonya ketika kita tidak tahu orang lain itu secara baik. Hal ini merupakan kecenderungan fitrah manusia yang senantiasa haus dengan kesempurnaan.
Dari semua kemajuan keilmuan yang sudah dicapai hingga saat ini tidak akan pernah akan ada orang yang berani mengatakan bahwa dia telah megetahui segala sesuatu dan tidak lagi butuh untuk belajar lagi. Semakin dalam keilmuan para ilmuwan itu mereka akan semakin tahu bahwa ilmu itu sangat luas serta mereka belum tahu dan tidak akan tahu rahasia dari alam semesta yang begitu luas ini secara sempurna, mereka sadar bahwa kemampuan manusia itu terbatas. Mereka tidak akan ragu untuk mengatakan bahwa apa yang telah mereka dan ilmuwan-ilmuwan yang lain ketahui tidak lebih dari sekedar mengetahui huruf a, b, c, Dari rahasia buku besar ilmu yang tersimpan dialam semesta. Mereka tidak akan bisa tahu rahasia semesta ketika tidak dibimbing oleh utusan tuhan yang disebut dengan nabi dan Rasul.
Manusia secara fitrah menginginkan suatu kebahagiaan sempurna. Mereka selalu menghindari segala hal yang bisa membuat mereka menderita terlebih apapun yang bisa menjerumuskan mereka pada kesengsaraan hakiki. Sebuah pertanyaan muncul, apakah semua keilmuan yang ada itu akan membawa manusia ketempat kebahagiaan yang hakiki? Apakah manusia dengan aqal mereka bisa mengenali semua keilmuan itu secara sempurna sehingga bisa menilai mana yang akan membawa kepada kebahagiaan hakiki serta mana yang akan menjerumuskan mereka kepada kesengsaraan hakiki sehingga bisa memilih mana yang benar? Dengan waktu mereka yang begitu terbatas manusia secara alami tidak akan bisa menguasai semua ilmu yang ada. Untuk mengambil gelar doktoral disuatu bidang keilmuan saja, seseorang butuh waktu 19 tahun berkecimpung di dunia akademisi ini pun jika tidak ada halangan. Sekarang kita tahu bahwa bidang keilmuan sudah begitu pesat. Cabang keilmuan sudah begitu luas dan beraneka ragam secara nalar bisa kita katakan manusia biasa tidak akan mampu memiliki semua keilmuan yang ada walaupun dengan tidak secara sempurna. Jadi untuk bisa memilah dari semua keilmuan itu manusia butuh pada seorang pemberi petunjuk. Sudah semestinya dia harus dari Orang yang memiliki kualitas melebihi manusia biasa dan tiada yang mampu berbuat semacam itu melainkan dibawah keinginan serta kehendak Tuhan yang Maha Segala. Pemberi petunjuk pada tataran keilmuan yang benar itulah yang disebut dengan nabi.
Dikatakan bahwa nabi datang dengan membawa cahaya petunjuk keilmuan untuk membimbing manusia dengan ilmu yang manusia butuhkan untuk mencapai tingkat kemuliaan.
Seberapa besarkah kebutuhan manusia terhadap seorang nabi? Mari kita buktikan bersama. Telah kita bahas diatas bahwa aqal manusia itu terbatas. Dijelaskan bahwa aqal manusia memang merupakan suatu petunjuk namun kuantitas pancaran cahaya petunjuknya terbatas. Aqal manusia dibanding nabi. Bagaikan sebuah lilin dibandingkan matahari. Benar lilin memancarkan sinar tapi pancaran sinar lilin dibawah sinar mentari tidak tampak pancarannya sama sekali. Seperti inilah keberadaan aqal dibanding nabi. Penggapaian hakikat kemanusiaan yaitu tingkatan manusia sempurna hanya bisa digapai dengan memanfaatkan aqal serta pancaran cahaya kenabian.
Perlu disampaikan disini bahwa berita dari nabi itu bisa kita bedakan kedalam tiga bentuk. Pertama masuk aqal, tidak masuk aqal, serta majhul(tidak jelas)
Seorang nabi tidak akan pernah mengucapkan sesuatu yang tidak masuk aqal. Jika ada orang yang mengaku sebagai nabi tapi mengucapkan hai-hal semacam itu maka dia bukan nabi. Para nabi datang sebagai penjelas apa-apa yang tidak jelas (majhul). Jadi orang-orang yang mengatakan kami cukup dengan aqal kami dan tidak butuh lagi pada seorang nabi sama dengan anak kecil yang selesai belajar membaca berbicara "aku sudah pintar, aku tidak perlu lagi pada seorang guru untuk belajar" disini jelas bahwa peran seorang nabi adalah sebagai pembimbing namun, peran nabi tidak hanya sebagai pembimbing tapi dia juga sebagai seorang pimpinan tempat rujukan dalam segala masalah.
Secara nalar kita tidak akan pernah menyerahkan urusan kita pada orang yang setara dengan kita. Begitu juga dalam mempercayai seorang nabi. Semestinya nabi memiliki hubungan khusus dengan Tuhan selain itu dia juga harus memiliki ilmu ilahiah yang tak terbatas. Keilmuan yang membuktikan keterkaitan dia sebagai seorang wakil dan utusan Tuhan.
bersambung......
Minggu, 06 Juli 2008
Pendidikan Holistik Berbudaya Nusantara
Posted by prayudi on 16 October, 2007
{Sebuah pengantar menarik dari penyelenggaraan simposium pendidikan yang diselenggarakan oleh National Integration Movement (NIM), sebuah pencerahan dibalik sekian banyak PR pendidikan nasional kita……}
Ketika sebuah negara seperti Indonesia sedang terpuruk, hampir semua
sepakat untuk menyoroti Pendidikan sebagai salah satu biang keladi utama. Tapi, apakah semua sudah sepakat dan sepaham tentang apa itu Pendidikan? Apakah Pendidikan itu sama seperti ketrampilan atau keahlian di sebuah bidang tertentu? Apakah Pendidikan itu berarti paham pemikiran logika dan sistematis, yang hanya mengandalkan fungsi otak kiri saja? Apakah Pendidikan hanyalah sebuah sarana untuk mendapatkan Ijazah formal dan pekerjaan agar dapat membiayai diri sendiri (dan keluarga) untuk hidup layak?
Di Indonesia, masalah pendidikan sudah sangat pelik. Dari kurangnya komitmen politik pemerintah untuk memenuhi anggaran pendidikan minimal 20% dari total anggaran pendapatan dan belanja negara sesuai amanat Undang-Undang Dasar sampai ditudingnya Departemen Pendidikan sebagai salah satu sarang utama korupsi. Dari mewah fasilitas sekolah dan mahalnya biaya pendidikan sampai begitu banyaknya bangunan sekolah yang hampir roboh dimakan usia atau korupsi. Dari pendidikan yang disisipi indoktrinasi pemahaman tertentu sampai pendidikan disamakan dengan sekedar transfer Ilmu Pengetahuan semata. Jadi apakah pendidikan itu? Sistem pendidikan seperti apakah yang cocok diterapkan di Indonesia ini?
Pendidikan bukanlah (hanya) transfer of knowledge
Ada sebuah penelitian di Amerika Serikat yang melaporkan bahwa, peran otak kiri, yang berkaitan dengan logika dan intelektual, pada keberhasilan seseorang dalam mencapai kesuksesan hanya 4%. Porsi terbesar untuk mencapai kesuksesan yakni 96% didominasi peran otak kanan yang berkaitan dengan kreativitas dan inovasi.
Sayangnya, pola pendidikan yang dapat membantu perkembangan otak kanan kurang diperhatikan di Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan emosi dan kepribadian yang dapat menuntun seseorang menjadi manusia arif dan bijaksana menjadi terlalaikan. Padahal, untuk bisa membangun suatu bangsa yang kuat diperlukan orang yang tidak hanya berintelektual tinggi, tetapi juga peka terhadap kondisi yang terjadi. Selain itu, bangsa Indonesia pun memerlukan orang yang punya kebijaksanaan tinggi untuk dapat menghadapi segala persoalan dengan tepat. Keseimbangan antara fungsi otak kiri dan otak kanan sangat ditentukan oleh pola pendidikan jenis apakah yang diterima seorang murid.
Tapi pola pendidikan ideal seperti ini sangat langka di Indonesia yang cenderung lebih mengarah pada transfer of knowledge daripada pendidikan dalam arti membimbing seorang anak didik menjadi manusia yang mengenal dirinya sendiri tapi peka terhadap apa yang terjadi dengan lingkungan sekitar dirinya.
Pendidikan bukanlah Indoktrinisasi Pemahaman
Di Indonesia banyak sekali lembaga pendidikan yang didirikan oleh lembaga-lembaga agama dengan tujuan secara langsung maupun tidak langsung untuk menanamkan doktrin-doktrin agama dalam benak anak didik dari usia muda. Hal ini patut disesalkan karena dikhawatirkan kelak anak-anak tersebut tidak mampu mengapresiasi keberagaman yang diciptakan oleh Tuhan di dunia ini. Diperparah pula oleh timbulnya perda-perda syariat yang seakan melegalisir pemisahan bagi para siswa di sekolah. Dan, hasilnya adalah konflik antar agama, konflik
horisontal antar kelompok masyarakat hanya karena berbeda dengan dirinya. Perbedaan yang semestinya menjadi rahmat keberagaman bagi umat manusia, malah menjadi kutukan dan penyebab perang di antara umat manusia.
Pendidikan bukanlah hanya untuk orang kaya saja
Sekolah favorit selalu menjadi incaran orangtua murid untuk menyekolahkan anaknya di sana. Kenapa? Karena dengan bersekolah di sekolah favorit maka kemungkinan besar, sang murid akan mudah mendapatkan pekerjaan yang layak di masyarakat dan menjadi kaya. Jadi apakah kita berpendidikan hanya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak? Bila jawabannya tidak, tapi kenyataannya bahwa banyak sekolah-sekolah yang menawarkan fasilitas dan kelas ketrampilan tambahan menjadi sekolah-sekolah favorit walaupun bertarif sangat mahal. Dan, hanya orang-orang kaya saja yang mampu menyekolahkan anak-anaknya di sana karena banyak juga perusahaan yang hanya mau mempekerjakan para lulusan dari sekolah-sekolah favorit saja. Pola pikiran seperti ini hanya menimbulkan ekses-ekses bahwa hanya orang kaya saja yang mampu mendapatkan pendidikan. Jelas ini bertentangan dengan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, sila ke-2 dari Pancasila.
Program Televisi (TV) yang tidak mendidik
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, menyatakan bahwa penduduk Indonesia yang berumur lebih dari 10 tahun menonton televisi adalah sebanyak 85.86%, dibandingkan 40.26% yang mendengarkan radio dan 23.46% yang membaca surat kabar. TV telah menjadi salah satu media yang paling mudah memberikan informasi kepada masyarakat dan mendidik masyarakat.
Celakanya, program-program TV negara ini dipenuhi hal-hal berbau klenik, perdukunan, kekerasan, budaya instan, pola hidup konsumtif, dll. Sehingga tidak mengherankan bila masyarakat kita mudah sekali ditipu oleh sms-sms berhadiah karena ingin cepat kaya (budaya instan), oleh iklan-iklan yang menimbulkan keinginan berbelanja barang-barang yang tidak diperlukan (konsumtif), bertikai dengan kekerasan karena berbeda, dan mudah dibodohkan oleh cerita-cerita gaib ilmu perdukunan.
Solusi : Pendidikan Holistik berbasis budaya Nusantara
Pendidikan holistik adalah pendidikan yang bertujuan memberi kebebasan anak didik untuk mengembangkan diri tidak saja secara intelektual, tapi juga memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga secara keseluruhan sehingga tercipta manusia Indonesia yang berkarakter kuat yang mampu mengangkat harkat bangsa. Mewujudkan manusia merdeka seperti ungkapan Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, "Manusia merdeka yaitu manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri."
Bila sekarang Pendidikan Barat memperkenalkan istilah PQ, IQ, EQ, SQ, tapi Budaya Nusantara mengenal istilah Sembah Raga, Sembah Rasa dan Sembah Cipta dari karya agung Kitab Wedhatama karya KGPA Mangkunegara IV sejak abad ke-19
Pendidikan yang baik akan menempa seorang siswa agar mampu hidup mandiri tanpa tergantung orang lain dan sebenarnya, negara Indonesia tidak perlu mengadopsi kurikulum pendidikan bangsa lain, yang belum tentu cocok diterapkan di Indonesia, tapi cukup mengembangkan sistem
pendidikan nasional yang mampu membentuk karakter manusia Indonesia seutuhnya. Salah satunya adalah Pelajaran Budi Pekerti seperti yang pernah diterapkan dalam kurikulum nasional oleh Bapak Ki Hajar Dewantara, pendiri Perguruan Taman Siswa.
Prinsip dasar dalam pendidikan Taman Siswa yang sudah tidak asing di
telinga kita adalah:
Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan kita memberi contoh)
Ing Madya Mangun Karso (di tengah membangun prakarsa dan bekerja sama)
Tut Wuri Handayani (di belakang memberi daya-semangat dan
dorongan).
Inilah pendidikan holistik berbasis budaya Nusantara yang perlu dikembalikan semangat dan kearifannya bagi pendidikan siswa-siswa, generasi penerus bangsa.
Powered by Qumana
lebih jelas klik prayudi.wordpress.com
{Sebuah pengantar menarik dari penyelenggaraan simposium pendidikan yang diselenggarakan oleh National Integration Movement (NIM), sebuah pencerahan dibalik sekian banyak PR pendidikan nasional kita……}
Ketika sebuah negara seperti Indonesia sedang terpuruk, hampir semua
sepakat untuk menyoroti Pendidikan sebagai salah satu biang keladi utama. Tapi, apakah semua sudah sepakat dan sepaham tentang apa itu Pendidikan? Apakah Pendidikan itu sama seperti ketrampilan atau keahlian di sebuah bidang tertentu? Apakah Pendidikan itu berarti paham pemikiran logika dan sistematis, yang hanya mengandalkan fungsi otak kiri saja? Apakah Pendidikan hanyalah sebuah sarana untuk mendapatkan Ijazah formal dan pekerjaan agar dapat membiayai diri sendiri (dan keluarga) untuk hidup layak?
Di Indonesia, masalah pendidikan sudah sangat pelik. Dari kurangnya komitmen politik pemerintah untuk memenuhi anggaran pendidikan minimal 20% dari total anggaran pendapatan dan belanja negara sesuai amanat Undang-Undang Dasar sampai ditudingnya Departemen Pendidikan sebagai salah satu sarang utama korupsi. Dari mewah fasilitas sekolah dan mahalnya biaya pendidikan sampai begitu banyaknya bangunan sekolah yang hampir roboh dimakan usia atau korupsi. Dari pendidikan yang disisipi indoktrinasi pemahaman tertentu sampai pendidikan disamakan dengan sekedar transfer Ilmu Pengetahuan semata. Jadi apakah pendidikan itu? Sistem pendidikan seperti apakah yang cocok diterapkan di Indonesia ini?
Pendidikan bukanlah (hanya) transfer of knowledge
Ada sebuah penelitian di Amerika Serikat yang melaporkan bahwa, peran otak kiri, yang berkaitan dengan logika dan intelektual, pada keberhasilan seseorang dalam mencapai kesuksesan hanya 4%. Porsi terbesar untuk mencapai kesuksesan yakni 96% didominasi peran otak kanan yang berkaitan dengan kreativitas dan inovasi.
Sayangnya, pola pendidikan yang dapat membantu perkembangan otak kanan kurang diperhatikan di Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan emosi dan kepribadian yang dapat menuntun seseorang menjadi manusia arif dan bijaksana menjadi terlalaikan. Padahal, untuk bisa membangun suatu bangsa yang kuat diperlukan orang yang tidak hanya berintelektual tinggi, tetapi juga peka terhadap kondisi yang terjadi. Selain itu, bangsa Indonesia pun memerlukan orang yang punya kebijaksanaan tinggi untuk dapat menghadapi segala persoalan dengan tepat. Keseimbangan antara fungsi otak kiri dan otak kanan sangat ditentukan oleh pola pendidikan jenis apakah yang diterima seorang murid.
Tapi pola pendidikan ideal seperti ini sangat langka di Indonesia yang cenderung lebih mengarah pada transfer of knowledge daripada pendidikan dalam arti membimbing seorang anak didik menjadi manusia yang mengenal dirinya sendiri tapi peka terhadap apa yang terjadi dengan lingkungan sekitar dirinya.
Pendidikan bukanlah Indoktrinisasi Pemahaman
Di Indonesia banyak sekali lembaga pendidikan yang didirikan oleh lembaga-lembaga agama dengan tujuan secara langsung maupun tidak langsung untuk menanamkan doktrin-doktrin agama dalam benak anak didik dari usia muda. Hal ini patut disesalkan karena dikhawatirkan kelak anak-anak tersebut tidak mampu mengapresiasi keberagaman yang diciptakan oleh Tuhan di dunia ini. Diperparah pula oleh timbulnya perda-perda syariat yang seakan melegalisir pemisahan bagi para siswa di sekolah. Dan, hasilnya adalah konflik antar agama, konflik
horisontal antar kelompok masyarakat hanya karena berbeda dengan dirinya. Perbedaan yang semestinya menjadi rahmat keberagaman bagi umat manusia, malah menjadi kutukan dan penyebab perang di antara umat manusia.
Pendidikan bukanlah hanya untuk orang kaya saja
Sekolah favorit selalu menjadi incaran orangtua murid untuk menyekolahkan anaknya di sana. Kenapa? Karena dengan bersekolah di sekolah favorit maka kemungkinan besar, sang murid akan mudah mendapatkan pekerjaan yang layak di masyarakat dan menjadi kaya. Jadi apakah kita berpendidikan hanya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak? Bila jawabannya tidak, tapi kenyataannya bahwa banyak sekolah-sekolah yang menawarkan fasilitas dan kelas ketrampilan tambahan menjadi sekolah-sekolah favorit walaupun bertarif sangat mahal. Dan, hanya orang-orang kaya saja yang mampu menyekolahkan anak-anaknya di sana karena banyak juga perusahaan yang hanya mau mempekerjakan para lulusan dari sekolah-sekolah favorit saja. Pola pikiran seperti ini hanya menimbulkan ekses-ekses bahwa hanya orang kaya saja yang mampu mendapatkan pendidikan. Jelas ini bertentangan dengan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, sila ke-2 dari Pancasila.
Program Televisi (TV) yang tidak mendidik
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, menyatakan bahwa penduduk Indonesia yang berumur lebih dari 10 tahun menonton televisi adalah sebanyak 85.86%, dibandingkan 40.26% yang mendengarkan radio dan 23.46% yang membaca surat kabar. TV telah menjadi salah satu media yang paling mudah memberikan informasi kepada masyarakat dan mendidik masyarakat.
Celakanya, program-program TV negara ini dipenuhi hal-hal berbau klenik, perdukunan, kekerasan, budaya instan, pola hidup konsumtif, dll. Sehingga tidak mengherankan bila masyarakat kita mudah sekali ditipu oleh sms-sms berhadiah karena ingin cepat kaya (budaya instan), oleh iklan-iklan yang menimbulkan keinginan berbelanja barang-barang yang tidak diperlukan (konsumtif), bertikai dengan kekerasan karena berbeda, dan mudah dibodohkan oleh cerita-cerita gaib ilmu perdukunan.
Solusi : Pendidikan Holistik berbasis budaya Nusantara
Pendidikan holistik adalah pendidikan yang bertujuan memberi kebebasan anak didik untuk mengembangkan diri tidak saja secara intelektual, tapi juga memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga secara keseluruhan sehingga tercipta manusia Indonesia yang berkarakter kuat yang mampu mengangkat harkat bangsa. Mewujudkan manusia merdeka seperti ungkapan Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, "Manusia merdeka yaitu manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri."
Bila sekarang Pendidikan Barat memperkenalkan istilah PQ, IQ, EQ, SQ, tapi Budaya Nusantara mengenal istilah Sembah Raga, Sembah Rasa dan Sembah Cipta dari karya agung Kitab Wedhatama karya KGPA Mangkunegara IV sejak abad ke-19
Pendidikan yang baik akan menempa seorang siswa agar mampu hidup mandiri tanpa tergantung orang lain dan sebenarnya, negara Indonesia tidak perlu mengadopsi kurikulum pendidikan bangsa lain, yang belum tentu cocok diterapkan di Indonesia, tapi cukup mengembangkan sistem
pendidikan nasional yang mampu membentuk karakter manusia Indonesia seutuhnya. Salah satunya adalah Pelajaran Budi Pekerti seperti yang pernah diterapkan dalam kurikulum nasional oleh Bapak Ki Hajar Dewantara, pendiri Perguruan Taman Siswa.
Prinsip dasar dalam pendidikan Taman Siswa yang sudah tidak asing di
telinga kita adalah:
Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan kita memberi contoh)
Ing Madya Mangun Karso (di tengah membangun prakarsa dan bekerja sama)
Tut Wuri Handayani (di belakang memberi daya-semangat dan
dorongan).
Inilah pendidikan holistik berbasis budaya Nusantara yang perlu dikembalikan semangat dan kearifannya bagi pendidikan siswa-siswa, generasi penerus bangsa.
Powered by Qumana
lebih jelas klik prayudi.wordpress.com
Tokoh Pendidikan anak
C © updated 04052005
Nama: Seto Mulyadi (Kak Seto)
Lahir:
Klaten, Jawa Tengah, 28 Agustus 1951
Agama:
Islam
Ayah/Ibu:
Mulyadi Effendy/Mariati
Istri:
Deviana
Anak:
- Eka Putri Duta Sari
- Bimo Dwi Putra Utama
- Shelomita Kartika Putri Maharani
- Nindya Putri Catur Permatasari
Pendidikan:
- SD Ngepos, Klaten (1963)
- SMK, Klaten (1966)
- SMA St. Louis, Surabaya (1969)
- Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (S1, 1981)
- Program Pascasarjana Universitas Indonesia (Magister bidang psikologi, 1989)
- Program Pascasarjana Universitas Indonesia (doktor bidang psikologi, 1993)
Karir:
- Ketua Pelaksana Pembangunan Istana Anak-Anak Taman Mini Indonesia Indonesia (1983)
- Pendiri dan Ketua Yayasan Mutiara Indonesia (1982-sekarang)
- Pendiri dan Ketua Umum Yayasan Nakula Sadewa (1984-sekarang)
- Dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, Jakarta (1994-1997)
- Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak (1998-sekarang)
Kegiatan Lain:
- Sekretaris Jenderal Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia (1983-1985)
- Director at-large International Council of Psychologists (1985)
- Anggota International Society for Twins Studies (1985-sekarang)
- Anggota Creative Education Foundation (1993-sekarang)
- Anggota World Council for Gifted & Talented Children (1994-sekarang)
Buku:
Anakku, Sahabat, dan Guruku (1997)
Penghargaan:
- Orang Muda Berkarya Indonesia, kategori Pengabdian pada Dunia Anak-anak dari Presiden RI (1987)
- The Outstanding Young Person of the World, Amsterdam; kategori Contribution to World Peace, dari Jaycess International (1987)
- Peace Messenger Award, New York, dari Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar (1987)
- The Golden Balloon Award, New York; kategori Social Activity dari World Children’s Day Foundation & Unicef (1989)
Alamat Rumah/Kantor:
Jalan Taman Cirendeu Permai 13, Jakarta 15419
Sumber:
Dari berbagai sumber terutama Tempo dan Republika
Dr. Seto Mulyadi, Psi,Msi.
Sahabat Anak-anak
Kedekatannya dengan dunia anak membuat dia begitu dikenal sebagai sahabat dan pendidik anak-anak. Namun, tidak banyak yang tahu kalau peraih The Outstanding Young Person of the World 1987 ini pernah melalui getirnya hidup menjadi pembantu rumah tangga, tukang batu, dan tukang semir sepatu di Blok M.
Seto Mulyadi yang kemudian dikenal sebagai Kak Seto pada awalnya bercita-cita menjadi dokter. Manusia berencana tapi Tuhan yang menentukan. Seto malah mendedikasikan hidupnya demi kemajuan anak-anak.
Pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 28 Agustus 1951 ini memiliki saudara kembar, dr. Kresna Mulyadi dan seorang kakak yang menjadi anggota ABRI. Ketika masih kecil, Seto termasuk anak nakal dan tidak bisa diam. ''Saya ini bengal,'' katanya.
Akibat kebengalannya, Seto pernah jatuh saat bermain sampai kening kirinya sobek. Untuk menutupi bekas jahitan, potongan rambutnya dibuat ala The Beatles. Sampai dewasa, ketika sudah menjadi Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi tetap setia dengan model rambutnya.
Perjalanan hidup Seto di masa muda penuh liku yang pahit. Ayahnya, Mulyadi - direktur perusahaan perkebunan negara di Klaten - meninggal pada 1966 saat Seto masih berusia 14 tahun. Ekonomi keluarganya pun mulai kembang-kempis. Untuk mengatasi tekanan ekonomi ini, Seto terpaksa dititipkan ke rumah bibinya di Surabaya, bersama kakak dan saudara kembarnya, Kresna. Di sana, Seto melanjutkan sekolahnya di SMA St. Louis Surabaya.
Demi meringankan beban bibinya, juga untuk memenuhi biaya sekolah, Tong - panggilan akrab Seto dalam keluarganya – nyambi jadi pengasong di jalan-jalan selepas sekolah. Ia aktif pula mengisi sebuah rubrik untuk anak-anak di majalah terbitan Surabaya, Bahagia. “Di situ saya mulai memakai nama Kak Seto,” ujarnya. Sejak itulah, dan sampai sekarang, ia dikenal dengan panggilan Kak Seto.
Walau sekolah sambil bekerja, Seto tetap bisa aktif di OSIS bersama kembarannya. Bahkan rapornya selalu bagus. Lulus SMA, ia bercita-cita melanjutkan studinya di Fakultas Kedokteran. Tapi, cita-citanya menjadi dokter kandas, tatkala tak diterima di fakultas kedokteran, baik di Universitas Airlangga maupun Universitas Indonesia. Sementara Kresna diterima di kedokteran dan kakaknya, Ma’ruf, masuk Akabri.
Diam-diam, Seto memendam kekecewaan. “Hidup seperti itu membuat saya tertekan hingga akhirnya saya memutuskan meninggalkan rumah dan pergi ke Jakarta,” tuturnya. Subuh, 27 Maret 1970, ia pun berangkat tanpa pamit, hanya meninggalkan surat kepada ibunya.
Tiba di Jakarta sebagai penganggur yang luntang-lantung, Seto menumpang di garasi milik keluarga temannya, yang kebetulan ia kenal di kereta. Tidur beralaskan dua keset yang digabung, ia hidup sehari-hari dari penghasilan sebagai tukang batu, serta sesekali menulis di majalah Si Kuncung. Sembari bekerja serabutan dia kemudian mendaftar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tahun berikutnya. Tapi, seperti halnya kala di Surabaya, kali ini pun kegagalan kembali menyertainya.
Seto kemudian mencoba melamar pekerjaan ke hotel-hotel. Namun, akhirnya ia malah menjadi tukang cuci dan pel suatu keluarga yang kebetulan mempunyai anak cacat. Seto, yang juga bertugas merawat anak tersebut, harus bersedia menempati ''kamar'' bekas kandang ayam yang berhadapan dengan WC. ''Baunya minta ampun,'' ia mengenang.
“Waktu baru di Jakarta, saya mulai dari bawah, ya, saya kerja jadi pembantu rumah tangga, jadi tukang batu, jadi tukang semir sepatu di Blok M,” kenang Seto. “Berat sekali keadaan waktu itu, dibentak-bentak dan dimarahi oleh tuan saya,” lanjut pria yang merasa tenang bila dekat ibunya ini. Hingga suatu ketika, di rumah tempatnya menumpang, ia tertarik pada acara yang diasuh Bu Kasur di TVRI.
Satu hal, kalau melihat orang lain mampu melakukan sesuatu, Seto selalu berpikir, ''Ah, saya juga bisa.'' Lalu dicarinyalah rumah Bu Kasur, dengan niat ngenger (berguru). Pak Kasur, yang menerimanya, membawanya ke Taman Kanak-Kanak Situ Lembang, Jakarta Pusat. “Akhirnya saya jadi asisten Pak Kasur,” tutur Seto.
Kegagalannya masuk ke Fakultas Kedokteran UI, membuatnya putar haluan dengan memasuki Fakultas Psikologi UI, atas saran dari Pak Kasur. Dua tahun kemudian, ia masih membantu Pak Kasur, sambil menjadi pembantu dan pengasuh anak di rumah Direktur Bank Indonesia, saat itu, Soeksmono Martokoesoemo.
Bersama Pak Kasur, Seto bisa menumpahkan “obsesi” masa kecilnya: kecintaan pada anak-anak - sesuatu yang berawal dari kerinduan datangnya seorang adik, setelah adiknya yang masih tiga tahun meninggal. Pilihannya pun makin mantap di saat mengasuh acara Aneka Ria Taman Kanak-Kanak di TVRI, bersama Henny Purwonegoro. Seto mendongeng, belajar sambil bernyanyi, bermain sulap bersama anak-anak.
Ilmu Pak Kasur ia gabungkan dengan kemahirannya bermain sulap, yang sudah ia pelajari sejak masih SD, melalui buku. Teknik mendongeng, menurut pengagum Mahatma Gandhi serta Napoleon ini, ia peroleh dari penulis dan penutur cerita anak-anak, Soekanto S.A., ditambah dengan pengalamannya sendiri.
Dengan bonekanya Si Komo berikut lagunya, ia pun makin lekat dengan anak-anak. Dan, ekonominya pun mulai membaik, hingga setelah menggondol gelar sarjana psikologi, Seto mengundurkan diri dari keluarga Soeksmono.
Saat masih duduk di bangku kuliah, 1983, Seto mendapat kepercayaan Ibu Tien Soeharto untuk mengetuai pelaksanaan pembangunan Istana Anak-Anak di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Bahkan kelompok bermain Istana Anak-anak di yang dikembangkannya, di luar dugaan, memiliki peminat yang cukup banyak. Kini, pengembangan kelompok bermain yang bernaung di bawah Yayasan Mutiara Indonesia itu sudah menyebar di berbagai cabang di Jakarta dan sekitarnya. Bahkan, sampai di Bandung.
Pada 1987, Seto menikahi Deviana – yang usianya terpaut 20 tahun – gadis yang dicintainya. Tepat pada hari pernikahan, di saat tamu berdatangan, pengantin baru Seto-Devi melaksanakan nazarnya: mendongeng di panti asuhan.
Dengan membaiknya keadaan ekonomi, Seto membeli rumah tinggal di kawasan Cireundeu tetapi tidak ia nikmati sendiri. Sebagian dimanfaatkan untuk sarana bermain anak-anak. Di lahan seluas 2.000 meter persegi itu ada perosotan atau ayunan, ruang kelas, kolam renang mini, laiknya taman kanak-kanak. Semua ruangan didekorasi dengan warna-warna yang ceria dan benar-benar membuat anak-anak merasa di alam fantasi mereka.
Di situlah keempat buah hatinya, Eka Putri Duta Sari, Bimo Dwi Putra Utama, Shelomita Kartika Putri Maharani, dan Nindya Putri Catur Permatasari menikmati masa kecilnya. ''Sebenarnya, tujuan membuat halaman yang luas adalah supaya anak-anak aktif bermain, menikmati alam dengan bebas serta lepas,'' jelasnya, pada kesempatan lain. ''Bila anak-anak terlalu dikekang, akibatnya seperti kuda liar.''
Di dalam keluarga, dia menjadikan anak-anaknya sebagai sahabat dan guru. Hubungannya dengan buah hatinya itu sudah dituangkan dalam buku, 'Anakku, Sahabatku, dan Guruku' (1997). Di buku itu dia menuliskan betapa anak dapat menjadi sahabat dalam berbagi masalah. Anak juga bisa menjadi guru untuk belajar tentang kreativitas, spontanitas, kebebasan berpikir, pemaaf, tidak pendendam, dan mempunyai kasih sayang yang tulus.
Kendati begitu, dia masih saja mengaku tidak selalu tahu tentang anak. Dalam kaitan ini, mantan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, Jakarta (1994-1997) ini pernah menuturkan, ''Saya bukan tahu segala hal tentang anak-anak, tapi berusaha untuk tahu tentang mereka.'' Untuk itu, ''Saya memiliki senjata rendah hati, tidak pernah merasa paling berkuasa di keluarga, menghormati mereka sehingga mereka terbuka kepada saya.''
Kedekatannya dengan anak-anak, boleh jadi, membuat Seto kian merasakan kebutuhan untuk perkembangan anak. Dia pun mengharapkan agar anak-anak dipenuhi hak-hak mereka: hak memperoleh suasana gembira, hak bermain, dan hak untuk tumbuh dan berkembang dalam suasana tenang, tanpa merasa tertekan.
Kreativitas dan ide Seto makin cemerlang dengan mendirikan sekolah TK Mutiara Indonesia. Juga membentuk Yayasan Nakula-Sadewa yang menghimpun anak-anak kembar yang berasal dari keluarga kurang mampu. Sebagai pakar psikologi anak yang bergelar doktor, selain menjadi dosen di Universitas Tarumanegara, Jakarta, ia kerap menjadi pembicara dalam seminar, menulis artikel, dan buku.
Atas pengabdiannya pada dunia anak-anak, yang sampai kapan pun akan terus dilakukannya, Seto telah dianugerahi sejumlah penghargaan. Antara lain Orang Muda Berkarya Indonesia, kategori Pengabdian pada Dunia Anak-anak dari Presiden RI (1987), The Outstanding Young Person of the World, Amsterdam; kategori Contribution to World Peace, dari Jaycess International (1987), Peace Messenger Award, New York, dari Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar (1987) dan The Golden Balloon Award, New York; kategori Social Activity dari World Children’s Day Foundation & Unicef (1989). Kemudian, walau tak pernah terlintas dalam benaknya, sejak 1998, Seto dipercaya menjadi Ketua Komnas Perlindungan Anak (KPA).
Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Komnas Perlindungan Anak (KPA), Seto semakin giat berkarya membela anak-anak. Pasca bencana Tsunami di Aceh misalnya, ia bersama pemerintah merealisasikan pembentukan Trauma Center. Pendirian Trauma Center ini ditujukan untuk menangani gangguan traumatis pada anak-anak Aceh yang menjadi korban bencana alam dahsyat tersebut. Apa yang paling cepat membantu menyembuhkan trauma anak? "Adanya cinta, perhatian, dan dunia indah untuk bermain," kata Seto.
Seto yang mempunyai motto: bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai anak-anak ini berharap supaya semua orang menganggap setiap hari adalah hari anak. “Bukan cuma tanggal 23 Juli saja, tapi setiap hari adalah hari untuk anak,” kata Seto. “Sehingga anak-anak Indonesia sekarang, apalagi yang terpinggirkan, bisa memperoleh hak-haknya sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan baik dan menjadi putra-putri bangsa yang terbaik untuk bangsanya,” ujarnya lagi. ►mlp
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia
Nama: Seto Mulyadi (Kak Seto)
Lahir:
Klaten, Jawa Tengah, 28 Agustus 1951
Agama:
Islam
Ayah/Ibu:
Mulyadi Effendy/Mariati
Istri:
Deviana
Anak:
- Eka Putri Duta Sari
- Bimo Dwi Putra Utama
- Shelomita Kartika Putri Maharani
- Nindya Putri Catur Permatasari
Pendidikan:
- SD Ngepos, Klaten (1963)
- SMK, Klaten (1966)
- SMA St. Louis, Surabaya (1969)
- Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (S1, 1981)
- Program Pascasarjana Universitas Indonesia (Magister bidang psikologi, 1989)
- Program Pascasarjana Universitas Indonesia (doktor bidang psikologi, 1993)
Karir:
- Ketua Pelaksana Pembangunan Istana Anak-Anak Taman Mini Indonesia Indonesia (1983)
- Pendiri dan Ketua Yayasan Mutiara Indonesia (1982-sekarang)
- Pendiri dan Ketua Umum Yayasan Nakula Sadewa (1984-sekarang)
- Dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, Jakarta (1994-1997)
- Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak (1998-sekarang)
Kegiatan Lain:
- Sekretaris Jenderal Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia (1983-1985)
- Director at-large International Council of Psychologists (1985)
- Anggota International Society for Twins Studies (1985-sekarang)
- Anggota Creative Education Foundation (1993-sekarang)
- Anggota World Council for Gifted & Talented Children (1994-sekarang)
Buku:
Anakku, Sahabat, dan Guruku (1997)
Penghargaan:
- Orang Muda Berkarya Indonesia, kategori Pengabdian pada Dunia Anak-anak dari Presiden RI (1987)
- The Outstanding Young Person of the World, Amsterdam; kategori Contribution to World Peace, dari Jaycess International (1987)
- Peace Messenger Award, New York, dari Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar (1987)
- The Golden Balloon Award, New York; kategori Social Activity dari World Children’s Day Foundation & Unicef (1989)
Alamat Rumah/Kantor:
Jalan Taman Cirendeu Permai 13, Jakarta 15419
Sumber:
Dari berbagai sumber terutama Tempo dan Republika
Dr. Seto Mulyadi, Psi,Msi.
Sahabat Anak-anak
Kedekatannya dengan dunia anak membuat dia begitu dikenal sebagai sahabat dan pendidik anak-anak. Namun, tidak banyak yang tahu kalau peraih The Outstanding Young Person of the World 1987 ini pernah melalui getirnya hidup menjadi pembantu rumah tangga, tukang batu, dan tukang semir sepatu di Blok M.
Seto Mulyadi yang kemudian dikenal sebagai Kak Seto pada awalnya bercita-cita menjadi dokter. Manusia berencana tapi Tuhan yang menentukan. Seto malah mendedikasikan hidupnya demi kemajuan anak-anak.
Pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 28 Agustus 1951 ini memiliki saudara kembar, dr. Kresna Mulyadi dan seorang kakak yang menjadi anggota ABRI. Ketika masih kecil, Seto termasuk anak nakal dan tidak bisa diam. ''Saya ini bengal,'' katanya.
Akibat kebengalannya, Seto pernah jatuh saat bermain sampai kening kirinya sobek. Untuk menutupi bekas jahitan, potongan rambutnya dibuat ala The Beatles. Sampai dewasa, ketika sudah menjadi Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi tetap setia dengan model rambutnya.
Perjalanan hidup Seto di masa muda penuh liku yang pahit. Ayahnya, Mulyadi - direktur perusahaan perkebunan negara di Klaten - meninggal pada 1966 saat Seto masih berusia 14 tahun. Ekonomi keluarganya pun mulai kembang-kempis. Untuk mengatasi tekanan ekonomi ini, Seto terpaksa dititipkan ke rumah bibinya di Surabaya, bersama kakak dan saudara kembarnya, Kresna. Di sana, Seto melanjutkan sekolahnya di SMA St. Louis Surabaya.
Demi meringankan beban bibinya, juga untuk memenuhi biaya sekolah, Tong - panggilan akrab Seto dalam keluarganya – nyambi jadi pengasong di jalan-jalan selepas sekolah. Ia aktif pula mengisi sebuah rubrik untuk anak-anak di majalah terbitan Surabaya, Bahagia. “Di situ saya mulai memakai nama Kak Seto,” ujarnya. Sejak itulah, dan sampai sekarang, ia dikenal dengan panggilan Kak Seto.
Walau sekolah sambil bekerja, Seto tetap bisa aktif di OSIS bersama kembarannya. Bahkan rapornya selalu bagus. Lulus SMA, ia bercita-cita melanjutkan studinya di Fakultas Kedokteran. Tapi, cita-citanya menjadi dokter kandas, tatkala tak diterima di fakultas kedokteran, baik di Universitas Airlangga maupun Universitas Indonesia. Sementara Kresna diterima di kedokteran dan kakaknya, Ma’ruf, masuk Akabri.
Diam-diam, Seto memendam kekecewaan. “Hidup seperti itu membuat saya tertekan hingga akhirnya saya memutuskan meninggalkan rumah dan pergi ke Jakarta,” tuturnya. Subuh, 27 Maret 1970, ia pun berangkat tanpa pamit, hanya meninggalkan surat kepada ibunya.
Tiba di Jakarta sebagai penganggur yang luntang-lantung, Seto menumpang di garasi milik keluarga temannya, yang kebetulan ia kenal di kereta. Tidur beralaskan dua keset yang digabung, ia hidup sehari-hari dari penghasilan sebagai tukang batu, serta sesekali menulis di majalah Si Kuncung. Sembari bekerja serabutan dia kemudian mendaftar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tahun berikutnya. Tapi, seperti halnya kala di Surabaya, kali ini pun kegagalan kembali menyertainya.
Seto kemudian mencoba melamar pekerjaan ke hotel-hotel. Namun, akhirnya ia malah menjadi tukang cuci dan pel suatu keluarga yang kebetulan mempunyai anak cacat. Seto, yang juga bertugas merawat anak tersebut, harus bersedia menempati ''kamar'' bekas kandang ayam yang berhadapan dengan WC. ''Baunya minta ampun,'' ia mengenang.
“Waktu baru di Jakarta, saya mulai dari bawah, ya, saya kerja jadi pembantu rumah tangga, jadi tukang batu, jadi tukang semir sepatu di Blok M,” kenang Seto. “Berat sekali keadaan waktu itu, dibentak-bentak dan dimarahi oleh tuan saya,” lanjut pria yang merasa tenang bila dekat ibunya ini. Hingga suatu ketika, di rumah tempatnya menumpang, ia tertarik pada acara yang diasuh Bu Kasur di TVRI.
Satu hal, kalau melihat orang lain mampu melakukan sesuatu, Seto selalu berpikir, ''Ah, saya juga bisa.'' Lalu dicarinyalah rumah Bu Kasur, dengan niat ngenger (berguru). Pak Kasur, yang menerimanya, membawanya ke Taman Kanak-Kanak Situ Lembang, Jakarta Pusat. “Akhirnya saya jadi asisten Pak Kasur,” tutur Seto.
Kegagalannya masuk ke Fakultas Kedokteran UI, membuatnya putar haluan dengan memasuki Fakultas Psikologi UI, atas saran dari Pak Kasur. Dua tahun kemudian, ia masih membantu Pak Kasur, sambil menjadi pembantu dan pengasuh anak di rumah Direktur Bank Indonesia, saat itu, Soeksmono Martokoesoemo.
Bersama Pak Kasur, Seto bisa menumpahkan “obsesi” masa kecilnya: kecintaan pada anak-anak - sesuatu yang berawal dari kerinduan datangnya seorang adik, setelah adiknya yang masih tiga tahun meninggal. Pilihannya pun makin mantap di saat mengasuh acara Aneka Ria Taman Kanak-Kanak di TVRI, bersama Henny Purwonegoro. Seto mendongeng, belajar sambil bernyanyi, bermain sulap bersama anak-anak.
Ilmu Pak Kasur ia gabungkan dengan kemahirannya bermain sulap, yang sudah ia pelajari sejak masih SD, melalui buku. Teknik mendongeng, menurut pengagum Mahatma Gandhi serta Napoleon ini, ia peroleh dari penulis dan penutur cerita anak-anak, Soekanto S.A., ditambah dengan pengalamannya sendiri.
Dengan bonekanya Si Komo berikut lagunya, ia pun makin lekat dengan anak-anak. Dan, ekonominya pun mulai membaik, hingga setelah menggondol gelar sarjana psikologi, Seto mengundurkan diri dari keluarga Soeksmono.
Saat masih duduk di bangku kuliah, 1983, Seto mendapat kepercayaan Ibu Tien Soeharto untuk mengetuai pelaksanaan pembangunan Istana Anak-Anak di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Bahkan kelompok bermain Istana Anak-anak di yang dikembangkannya, di luar dugaan, memiliki peminat yang cukup banyak. Kini, pengembangan kelompok bermain yang bernaung di bawah Yayasan Mutiara Indonesia itu sudah menyebar di berbagai cabang di Jakarta dan sekitarnya. Bahkan, sampai di Bandung.
Pada 1987, Seto menikahi Deviana – yang usianya terpaut 20 tahun – gadis yang dicintainya. Tepat pada hari pernikahan, di saat tamu berdatangan, pengantin baru Seto-Devi melaksanakan nazarnya: mendongeng di panti asuhan.
Dengan membaiknya keadaan ekonomi, Seto membeli rumah tinggal di kawasan Cireundeu tetapi tidak ia nikmati sendiri. Sebagian dimanfaatkan untuk sarana bermain anak-anak. Di lahan seluas 2.000 meter persegi itu ada perosotan atau ayunan, ruang kelas, kolam renang mini, laiknya taman kanak-kanak. Semua ruangan didekorasi dengan warna-warna yang ceria dan benar-benar membuat anak-anak merasa di alam fantasi mereka.
Di situlah keempat buah hatinya, Eka Putri Duta Sari, Bimo Dwi Putra Utama, Shelomita Kartika Putri Maharani, dan Nindya Putri Catur Permatasari menikmati masa kecilnya. ''Sebenarnya, tujuan membuat halaman yang luas adalah supaya anak-anak aktif bermain, menikmati alam dengan bebas serta lepas,'' jelasnya, pada kesempatan lain. ''Bila anak-anak terlalu dikekang, akibatnya seperti kuda liar.''
Di dalam keluarga, dia menjadikan anak-anaknya sebagai sahabat dan guru. Hubungannya dengan buah hatinya itu sudah dituangkan dalam buku, 'Anakku, Sahabatku, dan Guruku' (1997). Di buku itu dia menuliskan betapa anak dapat menjadi sahabat dalam berbagi masalah. Anak juga bisa menjadi guru untuk belajar tentang kreativitas, spontanitas, kebebasan berpikir, pemaaf, tidak pendendam, dan mempunyai kasih sayang yang tulus.
Kendati begitu, dia masih saja mengaku tidak selalu tahu tentang anak. Dalam kaitan ini, mantan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, Jakarta (1994-1997) ini pernah menuturkan, ''Saya bukan tahu segala hal tentang anak-anak, tapi berusaha untuk tahu tentang mereka.'' Untuk itu, ''Saya memiliki senjata rendah hati, tidak pernah merasa paling berkuasa di keluarga, menghormati mereka sehingga mereka terbuka kepada saya.''
Kedekatannya dengan anak-anak, boleh jadi, membuat Seto kian merasakan kebutuhan untuk perkembangan anak. Dia pun mengharapkan agar anak-anak dipenuhi hak-hak mereka: hak memperoleh suasana gembira, hak bermain, dan hak untuk tumbuh dan berkembang dalam suasana tenang, tanpa merasa tertekan.
Kreativitas dan ide Seto makin cemerlang dengan mendirikan sekolah TK Mutiara Indonesia. Juga membentuk Yayasan Nakula-Sadewa yang menghimpun anak-anak kembar yang berasal dari keluarga kurang mampu. Sebagai pakar psikologi anak yang bergelar doktor, selain menjadi dosen di Universitas Tarumanegara, Jakarta, ia kerap menjadi pembicara dalam seminar, menulis artikel, dan buku.
Atas pengabdiannya pada dunia anak-anak, yang sampai kapan pun akan terus dilakukannya, Seto telah dianugerahi sejumlah penghargaan. Antara lain Orang Muda Berkarya Indonesia, kategori Pengabdian pada Dunia Anak-anak dari Presiden RI (1987), The Outstanding Young Person of the World, Amsterdam; kategori Contribution to World Peace, dari Jaycess International (1987), Peace Messenger Award, New York, dari Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar (1987) dan The Golden Balloon Award, New York; kategori Social Activity dari World Children’s Day Foundation & Unicef (1989). Kemudian, walau tak pernah terlintas dalam benaknya, sejak 1998, Seto dipercaya menjadi Ketua Komnas Perlindungan Anak (KPA).
Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Komnas Perlindungan Anak (KPA), Seto semakin giat berkarya membela anak-anak. Pasca bencana Tsunami di Aceh misalnya, ia bersama pemerintah merealisasikan pembentukan Trauma Center. Pendirian Trauma Center ini ditujukan untuk menangani gangguan traumatis pada anak-anak Aceh yang menjadi korban bencana alam dahsyat tersebut. Apa yang paling cepat membantu menyembuhkan trauma anak? "Adanya cinta, perhatian, dan dunia indah untuk bermain," kata Seto.
Seto yang mempunyai motto: bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai anak-anak ini berharap supaya semua orang menganggap setiap hari adalah hari anak. “Bukan cuma tanggal 23 Juli saja, tapi setiap hari adalah hari untuk anak,” kata Seto. “Sehingga anak-anak Indonesia sekarang, apalagi yang terpinggirkan, bisa memperoleh hak-haknya sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan baik dan menjadi putra-putri bangsa yang terbaik untuk bangsanya,” ujarnya lagi. ►mlp
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia
Ngeliirik Orang Pinter,Usia 25 Tahun Mengajar S-3
Nama:Prof Nelson Tansu, Ph.D
Lahir:
Medan, 20 Oktober 1977
Orang Tua:
Iskandar Tansu (Ayah) / Lily Auw (Ibu)
Saudara:
Tony Tansu (abang) dan Inge Tansu (adik). Keduanya lulusan Ohio State University (OSU).
Pekerjaan:
Assistant Professor, Department of Electrical and Computer Engineering
Center for Optical Technologies, P. C. Rossin College of Engineering and Applied Science, Lehigh University
Tema Utama Penelitian:
Optoelectronic Devices for Optical and Free-Space Communications, and Quantum Nano-Photonic Material and Devices for Quantum Information Processing”
Pendidikan:
- Ph.D. in Electrical Engineering, University of Wisconsin-Madison, 1998 - Mei 2003
- B.S. in Applied Mathematics, Electrical Engineering, and Physics, University of Wisconsin-Madison, 1995 - 1998
- SMA Sutomo 1 (Medan, North Sumatra, Indonesia), 1992 - 1995
Penghargaan:
- Finalis Tim Olimpiade Fisika 2005
- Lulusan terbaik SMA Sutomo 1, Medan
- Tau Beta Pi Engineering Honors (1998), University of Wisconsin-Madison
- WARF Graduate University Fellowships (Graduate School, University of Wisconsin-Madison)
- VILAS Graduate University Fellowships (Graduate School, University of Wisconsin-Madison)
- Graduate Dissertator Travel Funding Award (Graduate School, University of Wisconsin-Madison)
- The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Award-1st Prize (University of Wisconsin-Madison)
- Sigma Xi Scientific Research Society Honors (2004), Lehigh University
Who’s Who in Science and Engineering (since 2005), Inducted in 2004.
Organisasi Profesi:
- Institute of Electrical and Electronics Engineers, Laser and Electro-Optics Society (IEEE-LEOS)
- The International Society for Optical Engineering (SPIE)
- Optical Society of America (OSA)
- Tau Beta Pi Engineering Honor Society
Aktivitas Profesional:
- Technical Program Committee Member - The 7th Joint Conference on Information Sciences (JCIS) 2003 - The 2nd Symposium on Photonics, Networking and Computing (PNC) 2003, Cary, NC, USA, September 2003.
Jurnal:
- IEEE Photonic Technology Letters (published by IEEE Lasers and Electro-Optics Society)
- IEEE Journal of Quantum Electronics (published by IEEE Lasers and Electro-Optics Society)
- IEEE Journal of Selected Topics in Quantum Electronics (published by IEEE Lasers and Electro-Optics Society)
- IEE Electronics Letters (published by IEE, UK)
- IOP Semiconductor Science and Technology (published by Institute of Physics, Bristol, UK)
E-mail:
tansu@lehigh.edu
Sumber:
Berbagai sumber, di antaranya JawaPos dan Gatra
Prof Nelson Tansu, Ph.D.
Usia 25 Tahun Mengajar S-3
Dia asli orang Indonesia yang prestasinya diakui dunia internasional. Pria kelahiran Medan 20 Oktober 1977, ini sudah meraih 11 penghargaan dan memiliki tiga hak paten atas penemuan risetnya. Pada usia 25 tahun ia telah berhasil meraih gelar PhD di University of Wisconsin, Madison, dan kemudian langsung mengajar mahasiswa S-3.
Dia menjadi profesor di universitas ternama Amerika, Lehigh University, Pensilvania, mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3), bahkan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer.
Lebih dari 84 hasil riset maupun karya tulisnya dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah internasional. Sering diundang menjadi pembicara utama di berbagai seminar, konferensi dan pertemuan intelektual, terutama di Washington DC.
Selain itu, dia sering datang ke berbagai kota lain di AS dan luar AS seperti Kanada, sejumlah negara di Eropa, dan Asia. Yang mengagumkan, sudah ada tiga penemuan ilmiahnya yang dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers.
Di bidang itu, ia mengembangkan teknologi yang mencakup semiconductor lasers, quantum well dan quantum dot lasers, quantum intersubband lasers, InGaAsN quantum well dan quantum dots, type-II quantum well lasers, dan GaN/AlGaN/InGaN semiconductor nanostructure optoelectronic devices. Teknologi tersebut diterapkan dalam aplikasi di bidang optical communication, biochemical sensors, sistem deteksi untuk senjata, dan lainnya.
Meski sudah hampir satu dekade ia berada di AS, hingga sekarang ia masih memegang paspor hijau berlambang garuda. Pria ganteng kelahiran Medan, 20 Oktober 1977, ini mengaku mencintai Indonesia. Ia tidak malu mengakui bahwa Indonesia adalah tanah kelahirannya. "Saya sangat cinta tanah kelahiran saya. Dan saya selalu ingin melakukan yang terbaik untuk Indonesia," katanya serius. "Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan merupakan bangsa yang mampu bersaing dengan bangsa-bangsa besar lainnya. Tentu saja jika bangsa kita terus bekerja keras," kata Nelson lagi.
Nelson Tansu adalah anak kedua di antara tiga bersaudara buah hati pasangan Iskandar Tansu dan Lily Auw yang berdomisili di Medan, Sumatera Utara. Kedua orang tua Nelson adalah pebisnis percetakan di Medan. Mereka adalah lulusan universitas di Jerman. Abang Nelson, Tony Tansu, adalah master dari Ohio, AS. Begitu juga adiknya, Inge Tansu, adalah lulusan Ohio State University (OSU). Tampak jelas bahwa Nelson memang berasal dari lingkungan keluarga berpendidikan.
Dalam perjalanan hidup dan karirnya, ia mengakui mendapat dukungan yang besar dari keluarga terutama kedua orang tua dan kakeknya. "Mereka menanamkan mengenai pentingnya pendidikan sejak saya masih kecil sekali," ujarnya.
Ketika Nelson masih SD, kedua orang tuanya sering membanding-bandingkan Nelson dengan beberapa sepupunya yang sudah doktor. Perbandingan tersebut sebenarnya kurang pas. Sebab, para sepupu Nelson itu jauh di atas usianya. Ada yang 20 tahun lebih tua. Tapi, Nelson kecil menganggapnya serius dan bertekad keras mengimbangi sekaligus melampauinya.
Waktu akhirnya menjawab imipian Nelson tersebut. "Jadi, terima kasih buat kedua orang tua saya. Saya memang orang yang suka dengan banyak tantangan. Kita jadi terpacu, gitu," ungkapnya. Nelson mengaku, mendiang kakeknya dulu juga ikut memicu semangat serta disiplin belajarnya. "Almarhum kakek saya itu orang yang sangat baik, namun agak keras. Tetapi, karena kerasnya, saya malah menjadi lebih tekun dan berusaha sesempurna mungkin mencapai standar tertinggi dalam melakukan sesuatu," jelasnya.
Saat usia SD itu pulalah, Nelson kecil gemar membaca biografi para ilmuwan-fisikawan AS dan Eropa. Selain Albert Einstein yang menjadi pujaannya, nama-nama besar seperti Werner Heisenberg, Richard Feynman, dan Murray Gell-Mann ternyata sudah diakrabinya. "Mereka hebat. Dari bacaan tersebut, saya benar-benar terkejut, tergugah dengan prestasi para fisikawan luar biasa itu. Ada yang usianya muda sekali ketika meraih PhD, jadi profesor, dan ada pula yang berhasil menemukan teori yang luar biasa. Mereka masih muda ketika itu," jelas Nelson penuh kagum.
Berkat kegemarannya membaca itu, sejak kecil Nelson sudah mempunyai cita-cita yang besar. "Sejak SD kelas 3 atau kelas 4 di Medan, saya selalu ingin menjadi profesor di universitas di Amerika Serikat. Ini benar-benar saya cita-citakan sejak kecil," ujarnya dengan wajah serius.
Seiring dengan perjalanan waktu, Nelson meniti tangga pendidikan mengejar cita-cita masa kecilnya. Sebelum bertolak ke Amerika, lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan 1995 ini lolos menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia. Sukses ini membuat dirinya mendapat tawaran beasiswa dari Bohn's Scholarships untuk kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan fisika di Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat.
Masuk kampus September 1995, laki-laki berdarah Tionghoa ini menyandang gelar bachelor of science hanya dalam tempo dua tahun lebih sembilan bulan. Predikatnya pun summa cum laude. Setelah merampungkan S-1-nya di bidang applied mathematics, electrical engineering, and physics pada 1998, ia kebanjiran tawaran beasiswa dari berbagai perguruan tinggi top di Amerika. Meski ada tawaran dari universitas yang peringkatnya lebih tinggi, ia memilih tetap tinggal di Universitas Wisconsin dan meraih gelar doktor di bidang electrical engineering pada Mei 2003.
Selama bersekolah di sana, berkat beasiswa yang diperolehnya, orang tua Nelson hanya membiayai hingga tingkat S-1. Selebihnya berkat kerja keras dan prestasi Nelson sendiri. Biaya kuliah tingkat doktor hingga segala keperluan kuliah dan kehidupannya ditanggung lewat beasiswa universitas. "Beasiswa yang saya peroleh sudah lebih dari cukup untuk membiayai semua kuliah dan kebutuhan di universitas," katanya.
Selama menggarap program doktornya, Nelson terus mengukir prestasi. Berbagai penghargaan dikoleksinya, antara lain WARF Graduate University Fellowships dan Graduate Dissertator Travel Funding Award. Bahkan, penelitan doktornya di bidang photonics, optoelectronics, dan semiconductor nanostructires meraih penghargaan tertinggi di departemennya, yakni The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award.
Setelah menyandang gelar doktor, Nelson mendapat tawaran menjadi asisten profesor dari berbagai penjuru universitas di Amerika. Peluang menggiurkan ini menjauhkan minatnya untuk kembali ke Tanah Air. Akhirnya, awal 2003, di usianya yang ke-25, ia memilih Lehigh University, dan menyandang gelar asisten profesor di bidang electrical and computer engineering. Di AS, itu merupakan gelar untuk guru besar baru di perguruan tinggi. "Walaupun saya adalah profesor di jurusan electrical and computer engineering, riset saya sebenarnya lebih condong ke arah fisika terapan dan quantum electronics," jelasnya.
Lehigh University merupakan sebuah universitas unggulan di bidang teknik dan fisika di kawasan East Coast, Negeri Paman Sam. Ia berhasil menyisihkan 300 doktor yang kehebatannya tidak diragukan lagi. "Seleksinya ketat sekali, sedangkan posisi yang diperebutkan hanya satu," ujarnya menggambarkan situasi saat itu.
Lelaki penggemar buah-buahan dan masakan Padang itu mengaku lega dan beruntung karena dirinya yang terpilih. Menurut Nelson, dari segi gaji dan materi, menjadi profesor di kampus top seperti yang dia alami sekarang sudah cukup lumayan. Berapa sih lumayannya? "Sangat bersainglah. Gaji profesor di universitas private terkemuka di Amerika Serikat adalah sangat kompetitif dibandingkan dengan gaji industri. Jadi, cukup baguslah, he...he...he...," katanya, menyelipkan senyum.
Sebagai intelektual muda, dia menjalani kehidupannya dengan tiada hari tanpa membaca, menulis, serta melakukan riset. Tentunya, dia juga menyiapkan materi serta bahan kuliah bagi para mahasiswanya. Kesibukannya itu bertumpu pada tiga hal yakni yakni, learning, teaching, and researching.
Boleh jadi, tak ada waktu sedikit pun yang dilalui Nelson dengan santai. Di sana, 24 jam sehari dilaluinya dengan segala aktivitas ilmiah. Waktu yang tersisa tak lebih dari istirahat tidur 4-5 jam per hari.
Selama mengajar di kampus, karena wajahnya yang masih muda, tak sedikit insan kampus yang menganggapnya sebagai mahasiswa S-1 atau program master. Dia dikira sebagai mahasiswa umumnya. Namun, bagi yang mengenalnya, terutama kalangan universitas atau jurusannya mengajar, begitu bertemu dirinya, mereka selalu menyapanya hormat: Prof Tansu.
"Di semester Fall 2003, saya mengajar kelas untuk tingkat PhD tentang physics and applications of photonics crystals. Di semester Spring 2004, sekarang, saya mengajar kelas untuk mahasiswa senior dan master tentang semiconductor device physics. Begitulah," ungkap Nelson menjawab soal kegiatan mengajarnya.
Selama September hingga Desember atau semester Fall 2004, dia mengajar kelas untuk tingkat PhD tentang applied quantum mechanics for semiconductor nanotechnology. "Selain mengajar kelas-kelas di universitas, saya membimbing beberapa mahasiswa PhD dan post-doctoral research fellow di Lehigh University ini," jelasnya saat ditanya mengenai kesibukan lainnya di kampus.
Tansu yang Lain
Meski namanya sudah banyak dikenal di seluruh dunia, hanya sedikit yang tahu bahwa guru besar muda ini berasal dari Indonesia. Di sejumlah kesempatan, banyak yang menganggap Nelson adalah orang Turki yang ada hubungan famili dengan mantan PM Turki Tansu Ciller.
Ada pula yang mengira bahwa Nelson adalah orang Asia Timur, tepatnya Jepang atau Tiongkok. Yang lebih seru, beberapa universitas di Jepang malah terang-terangan melamar Nelson dan meminta dia "kembali" mengajar di Jepang.
Seakan-akan Nelson memang orang sana dan pernah mengajar di Negeri Sakura itu. Dilihat dari nama, wajar jika kekeliruan itu terjadi. Begitu juga wajah Nelson yang seperti orang Jepang. Lebih-lebih di Amerika banyak profesor yang keturunan atau berasal dari Asia Timur dan sangat jarang yang berasal dari Indonesia.
Nelson pun hanya senyum-senyum atas segala kekeliruan terhadap dirinya. "Biasanya saya langsung mengoreksi. Saya jelaskan ke mereka bahwa saya asli Indonesia. Mereka memang agak terkejut sih karena memang mungkin jarang ada profesor asal aslinya dari Indonesia," jelas Nelson.
Tansu sendiri sesungguhnya bukan marga kalangan Tionghoa. Memang, nenek moyang Nelson dulu Hokkien, dan marganya adalah Tan. Tapi, ketika lahir, Nelson sudah diberi nama belakang "Tansu", sebagaimana ayahnya, Iskandar Tansu. "Saya suka dengan nama Tansu, kok," kata Nelson dengan nada bangga.
Rebutan Berbagai Universitas
Berkat prestasi Nelson Tansu yang luar biasa, ia sempat menjadi incaran dan malah "rebutan" kalangan universitas AS dan mancanegara. Ada yang menawari jabatan associate professor yang lebih tinggi daripada yang dia sandang sekarang (assistant professor). Ada pula yang menawari gaji dan fasilitas yang lebih heboh daripada Lehigh University.
Tawaran-tawaran menggiurkan itu datang dari AS, Kanada, Jerman, dan Taiwan serta berasal dari kampus-kampus top.
Semua datang sebelum maupun sesudah Nelson resmi mengajar di Lehigh University. Tapi, segalanya lewat begitu saja. Nelson memilih konsisten, loyal, dan komit dengan universitas di Pennsylvania itu. Tapi, tentu ada pertimbangan khusus yang lain.
"Saya memilih ini karena Lehigh memberikan dana research yang sangat signifikan untuk bidang saya, semiconductor nanostructure optoelectronic devices. Lehigh juga memiliki leaderships yang sangat kuat dan ambisinya tinggi menaikkan reputasinya dengan memiliki para profesor paling berpotensi dan ternama untuk melakukan riset berkelas dunia," papar pengagum John Bardeen, fisikawan pemenang Nobel itu.
Nelson mengaku memilih universitas luar negeri sebagai wadah kiprah ilmiahnya karena semata-mata iklim keilmuan di sana sangat kondusif. Di sana ia bisa memanfaatkan fasilitas laboratorium yang lengkap, mengakses informasi dari perangkat berteknologi canggih, dan melahap buku-buku terbaru di perpustakaan.
Peran dan keberadaan para ilmuwan sangat dihargai dan dihormati di sana. Selain itu, fasilitas riset yang sangat ia butuhkan juga menunjang komitmennya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi negara dan dunia.
Walaupun dikelilingi oleh berbagai fasilitas yang lengkap, hidup di perantauan membuatnya harus memendam rindu pada keluarga, teman, dan makanan khas Indonesia. Namun, kerinduan itu terobati dengan peluang berkarya yang lebih besar dan gaji yang cukup di universitas swasta ternama seperti tempatnya bekerja.
Ia memang tak mau menyebut angkanya. Tapi, sebagai gambaran, kata Nelson, rata-rata US$ 10.000 per bulan plus fasilitas kesehatan. "Jumlah ini cukup kompetitif dengan gaji yang ditawarkan dunia industri," kata ilmuwan muda yang rajin memberi ceramah di berbagai universitas di Amerika dan Eropa ini.
Meski memilih menetap di Amerika, ahli semikonduktor untuk serat optik ini mengaku akan mempertimbangkan dengan serius kalau pemerintah sungguh-sungguh membutuhkannya.
Ditanya soal pacar, Nelson tersipu-sipu dan mengaku belum punya. Padahal, secara fisik, dengan tinggi 173 cm, berat 67 kg, dan wajah yang cakep khas Asia, Nelson mestinya mudah menggaet (atau malah digaet) cewek Amerika.
"Ha... ha... ha.... Pertama, saya ini nggak ganteng ya. Tapi, begini, mungkin karena memang belum ketemu yang cocok dan jodoh saja. Saya sih, kalau bisa, ya dengan orang Indonesia-lah. Saya sih nggak melihat orang berdasarkan kriteria macem-macem. Yang penting orangnya baik, pintar, bermoral, pengertian, dan mendukung," paparnya panjang lebar sambil tersipu malu. ►e-ti/atur
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesi
Lahir:
Medan, 20 Oktober 1977
Orang Tua:
Iskandar Tansu (Ayah) / Lily Auw (Ibu)
Saudara:
Tony Tansu (abang) dan Inge Tansu (adik). Keduanya lulusan Ohio State University (OSU).
Pekerjaan:
Assistant Professor, Department of Electrical and Computer Engineering
Center for Optical Technologies, P. C. Rossin College of Engineering and Applied Science, Lehigh University
Tema Utama Penelitian:
Optoelectronic Devices for Optical and Free-Space Communications, and Quantum Nano-Photonic Material and Devices for Quantum Information Processing”
Pendidikan:
- Ph.D. in Electrical Engineering, University of Wisconsin-Madison, 1998 - Mei 2003
- B.S. in Applied Mathematics, Electrical Engineering, and Physics, University of Wisconsin-Madison, 1995 - 1998
- SMA Sutomo 1 (Medan, North Sumatra, Indonesia), 1992 - 1995
Penghargaan:
- Finalis Tim Olimpiade Fisika 2005
- Lulusan terbaik SMA Sutomo 1, Medan
- Tau Beta Pi Engineering Honors (1998), University of Wisconsin-Madison
- WARF Graduate University Fellowships (Graduate School, University of Wisconsin-Madison)
- VILAS Graduate University Fellowships (Graduate School, University of Wisconsin-Madison)
- Graduate Dissertator Travel Funding Award (Graduate School, University of Wisconsin-Madison)
- The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Award-1st Prize (University of Wisconsin-Madison)
- Sigma Xi Scientific Research Society Honors (2004), Lehigh University
Who’s Who in Science and Engineering (since 2005), Inducted in 2004.
Organisasi Profesi:
- Institute of Electrical and Electronics Engineers, Laser and Electro-Optics Society (IEEE-LEOS)
- The International Society for Optical Engineering (SPIE)
- Optical Society of America (OSA)
- Tau Beta Pi Engineering Honor Society
Aktivitas Profesional:
- Technical Program Committee Member - The 7th Joint Conference on Information Sciences (JCIS) 2003 - The 2nd Symposium on Photonics, Networking and Computing (PNC) 2003, Cary, NC, USA, September 2003.
Jurnal:
- IEEE Photonic Technology Letters (published by IEEE Lasers and Electro-Optics Society)
- IEEE Journal of Quantum Electronics (published by IEEE Lasers and Electro-Optics Society)
- IEEE Journal of Selected Topics in Quantum Electronics (published by IEEE Lasers and Electro-Optics Society)
- IEE Electronics Letters (published by IEE, UK)
- IOP Semiconductor Science and Technology (published by Institute of Physics, Bristol, UK)
E-mail:
tansu@lehigh.edu
Sumber:
Berbagai sumber, di antaranya JawaPos dan Gatra
Prof Nelson Tansu, Ph.D.
Usia 25 Tahun Mengajar S-3
Dia asli orang Indonesia yang prestasinya diakui dunia internasional. Pria kelahiran Medan 20 Oktober 1977, ini sudah meraih 11 penghargaan dan memiliki tiga hak paten atas penemuan risetnya. Pada usia 25 tahun ia telah berhasil meraih gelar PhD di University of Wisconsin, Madison, dan kemudian langsung mengajar mahasiswa S-3.
Dia menjadi profesor di universitas ternama Amerika, Lehigh University, Pensilvania, mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3), bahkan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer.
Lebih dari 84 hasil riset maupun karya tulisnya dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah internasional. Sering diundang menjadi pembicara utama di berbagai seminar, konferensi dan pertemuan intelektual, terutama di Washington DC.
Selain itu, dia sering datang ke berbagai kota lain di AS dan luar AS seperti Kanada, sejumlah negara di Eropa, dan Asia. Yang mengagumkan, sudah ada tiga penemuan ilmiahnya yang dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers.
Di bidang itu, ia mengembangkan teknologi yang mencakup semiconductor lasers, quantum well dan quantum dot lasers, quantum intersubband lasers, InGaAsN quantum well dan quantum dots, type-II quantum well lasers, dan GaN/AlGaN/InGaN semiconductor nanostructure optoelectronic devices. Teknologi tersebut diterapkan dalam aplikasi di bidang optical communication, biochemical sensors, sistem deteksi untuk senjata, dan lainnya.
Meski sudah hampir satu dekade ia berada di AS, hingga sekarang ia masih memegang paspor hijau berlambang garuda. Pria ganteng kelahiran Medan, 20 Oktober 1977, ini mengaku mencintai Indonesia. Ia tidak malu mengakui bahwa Indonesia adalah tanah kelahirannya. "Saya sangat cinta tanah kelahiran saya. Dan saya selalu ingin melakukan yang terbaik untuk Indonesia," katanya serius. "Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan merupakan bangsa yang mampu bersaing dengan bangsa-bangsa besar lainnya. Tentu saja jika bangsa kita terus bekerja keras," kata Nelson lagi.
Nelson Tansu adalah anak kedua di antara tiga bersaudara buah hati pasangan Iskandar Tansu dan Lily Auw yang berdomisili di Medan, Sumatera Utara. Kedua orang tua Nelson adalah pebisnis percetakan di Medan. Mereka adalah lulusan universitas di Jerman. Abang Nelson, Tony Tansu, adalah master dari Ohio, AS. Begitu juga adiknya, Inge Tansu, adalah lulusan Ohio State University (OSU). Tampak jelas bahwa Nelson memang berasal dari lingkungan keluarga berpendidikan.
Dalam perjalanan hidup dan karirnya, ia mengakui mendapat dukungan yang besar dari keluarga terutama kedua orang tua dan kakeknya. "Mereka menanamkan mengenai pentingnya pendidikan sejak saya masih kecil sekali," ujarnya.
Ketika Nelson masih SD, kedua orang tuanya sering membanding-bandingkan Nelson dengan beberapa sepupunya yang sudah doktor. Perbandingan tersebut sebenarnya kurang pas. Sebab, para sepupu Nelson itu jauh di atas usianya. Ada yang 20 tahun lebih tua. Tapi, Nelson kecil menganggapnya serius dan bertekad keras mengimbangi sekaligus melampauinya.
Waktu akhirnya menjawab imipian Nelson tersebut. "Jadi, terima kasih buat kedua orang tua saya. Saya memang orang yang suka dengan banyak tantangan. Kita jadi terpacu, gitu," ungkapnya. Nelson mengaku, mendiang kakeknya dulu juga ikut memicu semangat serta disiplin belajarnya. "Almarhum kakek saya itu orang yang sangat baik, namun agak keras. Tetapi, karena kerasnya, saya malah menjadi lebih tekun dan berusaha sesempurna mungkin mencapai standar tertinggi dalam melakukan sesuatu," jelasnya.
Saat usia SD itu pulalah, Nelson kecil gemar membaca biografi para ilmuwan-fisikawan AS dan Eropa. Selain Albert Einstein yang menjadi pujaannya, nama-nama besar seperti Werner Heisenberg, Richard Feynman, dan Murray Gell-Mann ternyata sudah diakrabinya. "Mereka hebat. Dari bacaan tersebut, saya benar-benar terkejut, tergugah dengan prestasi para fisikawan luar biasa itu. Ada yang usianya muda sekali ketika meraih PhD, jadi profesor, dan ada pula yang berhasil menemukan teori yang luar biasa. Mereka masih muda ketika itu," jelas Nelson penuh kagum.
Berkat kegemarannya membaca itu, sejak kecil Nelson sudah mempunyai cita-cita yang besar. "Sejak SD kelas 3 atau kelas 4 di Medan, saya selalu ingin menjadi profesor di universitas di Amerika Serikat. Ini benar-benar saya cita-citakan sejak kecil," ujarnya dengan wajah serius.
Seiring dengan perjalanan waktu, Nelson meniti tangga pendidikan mengejar cita-cita masa kecilnya. Sebelum bertolak ke Amerika, lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan 1995 ini lolos menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia. Sukses ini membuat dirinya mendapat tawaran beasiswa dari Bohn's Scholarships untuk kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan fisika di Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat.
Masuk kampus September 1995, laki-laki berdarah Tionghoa ini menyandang gelar bachelor of science hanya dalam tempo dua tahun lebih sembilan bulan. Predikatnya pun summa cum laude. Setelah merampungkan S-1-nya di bidang applied mathematics, electrical engineering, and physics pada 1998, ia kebanjiran tawaran beasiswa dari berbagai perguruan tinggi top di Amerika. Meski ada tawaran dari universitas yang peringkatnya lebih tinggi, ia memilih tetap tinggal di Universitas Wisconsin dan meraih gelar doktor di bidang electrical engineering pada Mei 2003.
Selama bersekolah di sana, berkat beasiswa yang diperolehnya, orang tua Nelson hanya membiayai hingga tingkat S-1. Selebihnya berkat kerja keras dan prestasi Nelson sendiri. Biaya kuliah tingkat doktor hingga segala keperluan kuliah dan kehidupannya ditanggung lewat beasiswa universitas. "Beasiswa yang saya peroleh sudah lebih dari cukup untuk membiayai semua kuliah dan kebutuhan di universitas," katanya.
Selama menggarap program doktornya, Nelson terus mengukir prestasi. Berbagai penghargaan dikoleksinya, antara lain WARF Graduate University Fellowships dan Graduate Dissertator Travel Funding Award. Bahkan, penelitan doktornya di bidang photonics, optoelectronics, dan semiconductor nanostructires meraih penghargaan tertinggi di departemennya, yakni The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award.
Setelah menyandang gelar doktor, Nelson mendapat tawaran menjadi asisten profesor dari berbagai penjuru universitas di Amerika. Peluang menggiurkan ini menjauhkan minatnya untuk kembali ke Tanah Air. Akhirnya, awal 2003, di usianya yang ke-25, ia memilih Lehigh University, dan menyandang gelar asisten profesor di bidang electrical and computer engineering. Di AS, itu merupakan gelar untuk guru besar baru di perguruan tinggi. "Walaupun saya adalah profesor di jurusan electrical and computer engineering, riset saya sebenarnya lebih condong ke arah fisika terapan dan quantum electronics," jelasnya.
Lehigh University merupakan sebuah universitas unggulan di bidang teknik dan fisika di kawasan East Coast, Negeri Paman Sam. Ia berhasil menyisihkan 300 doktor yang kehebatannya tidak diragukan lagi. "Seleksinya ketat sekali, sedangkan posisi yang diperebutkan hanya satu," ujarnya menggambarkan situasi saat itu.
Lelaki penggemar buah-buahan dan masakan Padang itu mengaku lega dan beruntung karena dirinya yang terpilih. Menurut Nelson, dari segi gaji dan materi, menjadi profesor di kampus top seperti yang dia alami sekarang sudah cukup lumayan. Berapa sih lumayannya? "Sangat bersainglah. Gaji profesor di universitas private terkemuka di Amerika Serikat adalah sangat kompetitif dibandingkan dengan gaji industri. Jadi, cukup baguslah, he...he...he...," katanya, menyelipkan senyum.
Sebagai intelektual muda, dia menjalani kehidupannya dengan tiada hari tanpa membaca, menulis, serta melakukan riset. Tentunya, dia juga menyiapkan materi serta bahan kuliah bagi para mahasiswanya. Kesibukannya itu bertumpu pada tiga hal yakni yakni, learning, teaching, and researching.
Boleh jadi, tak ada waktu sedikit pun yang dilalui Nelson dengan santai. Di sana, 24 jam sehari dilaluinya dengan segala aktivitas ilmiah. Waktu yang tersisa tak lebih dari istirahat tidur 4-5 jam per hari.
Selama mengajar di kampus, karena wajahnya yang masih muda, tak sedikit insan kampus yang menganggapnya sebagai mahasiswa S-1 atau program master. Dia dikira sebagai mahasiswa umumnya. Namun, bagi yang mengenalnya, terutama kalangan universitas atau jurusannya mengajar, begitu bertemu dirinya, mereka selalu menyapanya hormat: Prof Tansu.
"Di semester Fall 2003, saya mengajar kelas untuk tingkat PhD tentang physics and applications of photonics crystals. Di semester Spring 2004, sekarang, saya mengajar kelas untuk mahasiswa senior dan master tentang semiconductor device physics. Begitulah," ungkap Nelson menjawab soal kegiatan mengajarnya.
Selama September hingga Desember atau semester Fall 2004, dia mengajar kelas untuk tingkat PhD tentang applied quantum mechanics for semiconductor nanotechnology. "Selain mengajar kelas-kelas di universitas, saya membimbing beberapa mahasiswa PhD dan post-doctoral research fellow di Lehigh University ini," jelasnya saat ditanya mengenai kesibukan lainnya di kampus.
Tansu yang Lain
Meski namanya sudah banyak dikenal di seluruh dunia, hanya sedikit yang tahu bahwa guru besar muda ini berasal dari Indonesia. Di sejumlah kesempatan, banyak yang menganggap Nelson adalah orang Turki yang ada hubungan famili dengan mantan PM Turki Tansu Ciller.
Ada pula yang mengira bahwa Nelson adalah orang Asia Timur, tepatnya Jepang atau Tiongkok. Yang lebih seru, beberapa universitas di Jepang malah terang-terangan melamar Nelson dan meminta dia "kembali" mengajar di Jepang.
Seakan-akan Nelson memang orang sana dan pernah mengajar di Negeri Sakura itu. Dilihat dari nama, wajar jika kekeliruan itu terjadi. Begitu juga wajah Nelson yang seperti orang Jepang. Lebih-lebih di Amerika banyak profesor yang keturunan atau berasal dari Asia Timur dan sangat jarang yang berasal dari Indonesia.
Nelson pun hanya senyum-senyum atas segala kekeliruan terhadap dirinya. "Biasanya saya langsung mengoreksi. Saya jelaskan ke mereka bahwa saya asli Indonesia. Mereka memang agak terkejut sih karena memang mungkin jarang ada profesor asal aslinya dari Indonesia," jelas Nelson.
Tansu sendiri sesungguhnya bukan marga kalangan Tionghoa. Memang, nenek moyang Nelson dulu Hokkien, dan marganya adalah Tan. Tapi, ketika lahir, Nelson sudah diberi nama belakang "Tansu", sebagaimana ayahnya, Iskandar Tansu. "Saya suka dengan nama Tansu, kok," kata Nelson dengan nada bangga.
Rebutan Berbagai Universitas
Berkat prestasi Nelson Tansu yang luar biasa, ia sempat menjadi incaran dan malah "rebutan" kalangan universitas AS dan mancanegara. Ada yang menawari jabatan associate professor yang lebih tinggi daripada yang dia sandang sekarang (assistant professor). Ada pula yang menawari gaji dan fasilitas yang lebih heboh daripada Lehigh University.
Tawaran-tawaran menggiurkan itu datang dari AS, Kanada, Jerman, dan Taiwan serta berasal dari kampus-kampus top.
Semua datang sebelum maupun sesudah Nelson resmi mengajar di Lehigh University. Tapi, segalanya lewat begitu saja. Nelson memilih konsisten, loyal, dan komit dengan universitas di Pennsylvania itu. Tapi, tentu ada pertimbangan khusus yang lain.
"Saya memilih ini karena Lehigh memberikan dana research yang sangat signifikan untuk bidang saya, semiconductor nanostructure optoelectronic devices. Lehigh juga memiliki leaderships yang sangat kuat dan ambisinya tinggi menaikkan reputasinya dengan memiliki para profesor paling berpotensi dan ternama untuk melakukan riset berkelas dunia," papar pengagum John Bardeen, fisikawan pemenang Nobel itu.
Nelson mengaku memilih universitas luar negeri sebagai wadah kiprah ilmiahnya karena semata-mata iklim keilmuan di sana sangat kondusif. Di sana ia bisa memanfaatkan fasilitas laboratorium yang lengkap, mengakses informasi dari perangkat berteknologi canggih, dan melahap buku-buku terbaru di perpustakaan.
Peran dan keberadaan para ilmuwan sangat dihargai dan dihormati di sana. Selain itu, fasilitas riset yang sangat ia butuhkan juga menunjang komitmennya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi negara dan dunia.
Walaupun dikelilingi oleh berbagai fasilitas yang lengkap, hidup di perantauan membuatnya harus memendam rindu pada keluarga, teman, dan makanan khas Indonesia. Namun, kerinduan itu terobati dengan peluang berkarya yang lebih besar dan gaji yang cukup di universitas swasta ternama seperti tempatnya bekerja.
Ia memang tak mau menyebut angkanya. Tapi, sebagai gambaran, kata Nelson, rata-rata US$ 10.000 per bulan plus fasilitas kesehatan. "Jumlah ini cukup kompetitif dengan gaji yang ditawarkan dunia industri," kata ilmuwan muda yang rajin memberi ceramah di berbagai universitas di Amerika dan Eropa ini.
Meski memilih menetap di Amerika, ahli semikonduktor untuk serat optik ini mengaku akan mempertimbangkan dengan serius kalau pemerintah sungguh-sungguh membutuhkannya.
Ditanya soal pacar, Nelson tersipu-sipu dan mengaku belum punya. Padahal, secara fisik, dengan tinggi 173 cm, berat 67 kg, dan wajah yang cakep khas Asia, Nelson mestinya mudah menggaet (atau malah digaet) cewek Amerika.
"Ha... ha... ha.... Pertama, saya ini nggak ganteng ya. Tapi, begini, mungkin karena memang belum ketemu yang cocok dan jodoh saja. Saya sih, kalau bisa, ya dengan orang Indonesia-lah. Saya sih nggak melihat orang berdasarkan kriteria macem-macem. Yang penting orangnya baik, pintar, bermoral, pengertian, dan mendukung," paparnya panjang lebar sambil tersipu malu. ►e-ti/atur
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesi
lagi menghayal niee........
Untuk seorang yang kini belum aku ketahui dari mana, seperti apa, dan hanya mungkin aku temui kalau aku belum menemu mati di kemudian nanti. Harapanku semoga pertemuan denganmu dalam bingkai ikatan adalah anugrah terindah untuk bersama menggapai titik-titik keagungan. Semoga pertemuan itu adalah ungkap sepakat penuh ilmu juga pengkajian, bukan hanya sekadar hiasan nafsu yang diperturutkan.
Sungguh aku berharap engkau berkenan berkata dalam keterusterangan untuk apapun yang kau inginkan, aku yakin semua pinta sudah difikir dan diramu dalam ribu timbang, karenanya tentu akan kulaku dengan ikhlash untuk meneruskan, semoga Allah berkenan beri kemudahan.Saat ini aku belum tahu seperti apa adaku kala bertemu denganmu. Semoga keberadaanku itu akan mengingatkanmu dari akhirat tujuan terakhir, begitu juga keberadaanmu semoga menjadikanku bertambah dekat pada Sang pemilik kiamat.Entah mengapa beberapa hari ini aku terpicu memikirkan tentang sosok keberadaanmu. Hingga akhirnya ku ambil pucuk simpul, banyak hal harus aku persiapkan hingga aku mampu berada untuk bertemu denganmu, bertemu dengan seorang bani hawa yang menjadi tanggunganku, kau kekasih titipan Allah, Rosul, Aimmah dan dua orang tua kecintaanmu.
Yang aku tahu hanyalah laki-laki mulia yang akan mampu memuliakan keberadaan istri mereka, hina siapapun dia yang menghinakan istrinya. Karenanya semoga nanti aku mampu menghantarkan pada kemuliaan atas keberadaanmu di sisiku.Semoga kita siap berjuang mengarungi samudra coba dan bergunung-gunung rintangan hingga kita mampu memberi para penerus, pembela, dan penyebar kebenaran di tengah-tengah masyarakat. Semua itu tidaklah mungkin mampu kita laku ketika kita tidak bersungguh dalam mensiapkan diri dan hati dengan penuh ilmu juga baiknya prilaku. Satu kita harus paham bahwa dunia anak-anak yang kita didik tidaklah sama dengan dunia kita dulu. Adalah dzalim ketika kita mendidik mereka dengan masa lalu kita. Istriku, adalah baik kala kita mau menghias rumah tangga kita dengan Al-Qur’an dan tegaknya bangunan sholat, serta kita bina iklim kasih sayang, keterbukaan dengan kebebasan berkomunikasi didalamnya rumah tangga kita.Istriku kini kita adalah satu, aku punya kesempatan berjihad dengan melakukan yang terbaik bagimu juga para pewarisku, begitu juga untukmu, sekarang terbentang kesempatan bagimu untuk berjihad sebagai seorang istri.
Adalah kematian mulia yang akan kita cecap kala mati dalam keikhlasan menjalankan semua kewajiban yang ada dalam tanggungan kita. Kini kita merajut sunah Rosulullah, semoga beliau memberi syafa’at atas langkah yang kita tempuh, separuh agama kita ambil tapi setengah itu tidaklah akan terambil kalau kita salah dalam mempersiapkan niatan hati, dengan niatan apakah kita mengambil langkah ini? Semoga kita sudah benar dalam menyiapkan hati. Semoga kala kau baca tulisan ini, kita sudah teramat sadar diri dan kita sudah cukup bekal untuk mengarung padang tandus yang kini membentang di hadapan mata, bukit tinggi yang menantang di mana setelahnya kita akan turun diantara dua piihan apakah surga seperti yang kita harapkan, ataukah neraka yang teramat kita takutkan. Semoga kebersamaan kita menjadikan kita salah satu dari pencapai ridha-Nya.
Duhai belahan hati, engkau adalah pilihan tempat hatiku ingin menambatkan hati untuk menapaki titian Rabbani. Kini kau menjadi seorang istri adalah baik bagimu mensiap diri untuk menjadi seorang ibu, namun Allah Maha Segalanya kiranya kita belum mampu menerima amanat seorang putri atau putra tentulah kita harus bertawakal, karena hanya para ibu yang memahami seni keibuan saja yang pantas untuk menerima amanat seorang anak.Memang begitu berat hidup berumah tangga tanpa ada seorang putra atau putri namun semua pasti ada hikmahnya. Dialah Allah yang Maha Tahu siapa-siapa yang paling berhak untuk menerima titipan amanat.
Kini hatiku ku satukan dengan hatimu semoga kita bersama dalam arah tujuan, andai kita mendapat putra setelah lama menunggu tetaplah kita tidak boleh memanjakannya secara berlebih, perlakuan wajar kita akan membantu pertumbuhan ruh, moral spiritualnya. Begitu juga dengan apa yang harus kita berikan berupa kasih sayang, kita harus memberinya jangan sampai ia kekurangan.Duhai kekasih, ketika kita menjadi orang tua di saat yang sama kita juga menjadi seorang pendidik, seorang pendidik mau tidak mau harus tahu bagaimana cara mendidik. Apapun yang kita lakukan, kita bicarakan kita ekspresikan juga apapun perlakuan yang kita berikan kepada anak kita adalah wujud didikan kita.Anak kita selalu mengalami perkembangan. Sebagai seorang pendidik kita harus tahu dan tanggap kepada mereka. Sebagai misal saat mereka masih bayi kondisi kognitif mereka adalah sensori motori, dia cenderung menggunakan aktifitas motori dan gerakan.
Dengan cara itu mereka berusaha memahami segala sesuatu. Ketika sudah bisa berjalan dia mulai memanipulasi objek-objek di luar dirinya dan dia mulai tahu bahwa ketika benda tidak tampak maka benda itu tidak ada.Ketika kita tidak tanggap dengan kondisi perkembangan mental spiritual maupun perkembangan fisik anak, hal itu akan menjadi penghambat bagi perkembangan mereka, adalah dzalim kalau kita seperti itu. Memang sungguh berat untuk menunaikan semua itu, tapi bukankah anak adalah amanat dari Allah, dia datang kepangkuan kita sebagai ujud kepercayaan Allah kepda kita. Anak datang dalam keadaan suci dari segala noda dan cela, sepantasnya kita menjaganya sekuat tenaga dengan tangan kita.
Istriku, sebagai orang tua kita juga di tuntut untuk memberi bimbingan untuk putra putri kita tentang beberapa hal, kita harus membimbing pemikiran mereka jangan sampai mereka kebingungan dan salah dalam menetukan jalan serta menempatkan jalan pemikiran. Kita harus membimbing mereka sehingga dalam berfikir mereka selalu bersandar pada akal mereka. Kita harus membimbing ruhaniah mereka sebagaimana kita harus peduli dengan jasmaniyah mereka. Bimbingan ruhaniah sangat penting dan hal ini tidak mungkin bisa kita lakukan kecuali kita berdua sudah termasuk dari orang-orang yang sudah mampu mendidik ruhaniah diri.Orang-orang mulia tidak pernah lepas dari sifat kesederhanaan. Kalau kita ingin anak-anak kita termasuk golongan mereka maka selayaknya kita perkenalkan nilai-nilai kesederhanaan di lingkungan kehidupan anak-anak kita yaitu dalam keluarga kita.
Duhai istriku belahan hati dan jiwaku, kitapun harus membimbing anak kita tentang kebudayaan, tentang bahasa yang menjadi sarana untuk bertukar informasi dimana dengan itu kita akan lebih mudah untuk menyampaikan ajaran-ajaran kebenaran.Adalah baik ketika kita bimbing mereka dengan tata cara bersosialisasi, baik dengan keluarga, saudara, tetangga, teman, ataupun masyarakat umum. Bimbingan akhlak yang kita berikan akan menentukan apakah anak kita akan menjadi seorang pendusta, curang atau orang yang jujur. Jadi orang yang senantiasa berkata baik atau berkata buruk. Berlaku sopan ataupun sebaliknya. Ahlak yang terbentuk dimasa kecil mereka akan menjadi landasan dasar terbentuknya akhlak mulia di masa depan ketika menjadi orang dewasa. Karena kita harus benar-benar memperhatikannya.Duhai kecintaanku, kita berdua adalah pusat informasi di hadapan mereka, akal mereka sedemikian terbuka sehingga apapun informasi yang ada didepan mereka akan mereka serap begitu saja, kita harus menjalinkan mereka dengan dunia mereka agar mereka tidak merasa terasingkan dan bisa memanfaatkan semua itu dengan bijak serta berpandangan semua itu hanya sekedar sarana bukan merupakan tujuan.
Sebagai pusat informasi kita harus menjelaskan posisi anak kita dialam semesta ini, bahwa dia sebagai manusia mengarungi kehidupan ini dengan usia yang terbatas. Kita picu mereka untuk menggapai tujuan haqiqi dan menjadikan mereka memiliki rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan itu (akhirat), kita harus berupaya untuk mencari cara yang terbaik agar anak kita berwawasan luas tentang kehidupan ini dan bahwa semua alam jagat raya adalah ciptaan Allah yang nantinya akan lenyap.Diatas pundak kita berdualah kewajiban untuk mengenalkan kehidupan keluarga, kita harus mendidik bagaimana menjadi orang tua, menjadi saudara, paman dan juga tentang tata cara hubungan suami istri dalam islam, putri kita olehmu dan putra kita melaluiku.
Wahai kekasih, nilai moral anak-anak kita tidaklah bisa kita paksakan, anak-anak kita punya kemampuan menilai, mempertimbangkan, dan menerima prinsip-prinsip hidupnya sendiri. Pada usia tiga tahun dia sudah mulai membentuk nilai akhlak dan prilaku, kita berdua adalah contoh hidup, kita merupakan tauladan namun mereka lebih banyak hidup bersamamu, mereka akan meniru semua prilakumu sebab belum mampu membeda-bedakan.Prilaku dan kebiasaanmu akan mengalir pada anak-anak kita seperti darah dalam urat nadi. Hal itu akan bentuk pribadi yang khas yang akan mereka bawa sepanjang hidup, karena itulah kualitas ruh yang kita miliki setelah kita mendapat amanah dari Allah akan sangat berpengaruh terhadap potensi yang kita titipkan pada anak-anak kita.Duhai dambaan, semakin engkau dekat dengan mereka maka semakin besar peniruan mereka padamu, peniruan mereka adalah ujud dari keingintahuan mereka yang besar, mereka menirumu karena engkau adalah idola bagi mereka, mereka ingin mendapatkan pujianmu dan mencari perhatian dengan menirukan apa yang engkau laku. Prilakumu adalah sebuah objek yang tak pernah terlepas dari pandangan dan perhatian anak-anak kita.
Telinga dan mata anak-anak kita bagaikan sebuah gerbang yang senantiasa terbuka lebar dan otak mereka selalu siap untuk merekam apapun apa yang mereka dapat. Semua keadaan ini adalah kesempatan besar bagi engkau untuk menjadikan mereka penjaga kesucian fitrah, peniti jalan kebenaran ataukah sebaliknyaDuhai istriku ketika engkau tidak tegar dalam menghadapi permasalahan di hadapan anak-anak kita. Hal itu akan bentuk mereka generasi yang sensitif, mudah tersinggung dan terus dilanda kegelisahan. Selain itu adalah tidak mungkin mendidik seorang anak menjadi seorang berwatak muali sedang ibunya sendiri adalah seorang pengecut, pemarah, pemalas, kikir dan semacamnya.
Anak-anak kita akan kebingungan dan bahkan kehilangan keinginan untuk meniru engkau, disaat mereka mengetahui engkau tidak ikhlas dalam berperilaku serta berkpribadian ganda. Memang semua ini adalah sesuatu yang berat namun jangan sampai engkau meninggalkan hak-hak yang selayaknya didapat sebagai seorang istri. Karena itu wahai istriku janganlah engkau enggan untuk mengutarakan apa-apa yang engkau perlukan sebab adalah dzalim aku sebagai suamimu tidak mempedulikan semua itu. Akupun ingin menunaikan kewajibanku sebagai seorang suami serta membantumu untuk menunaikan tugas-tugas mulia itu. Aku tidak akan pernah berhenti untuk mendukung langkah- langkah jihadmu. Aku tahu sebagai manusia biasa kitapun harus berjihad diri baik didunia lahir dengan senantiasa bertafakur, berusaha memupuk tekad, mengkondisikan diri, mengawasi diri, menghisab dan menilai diri serta senantiasa berdzikir mengingat Allah dengan segala kedalaman ma’na jihad diri secara dzahir itu. Selain itu kita juga dituntut untuk berjihad secara bathini, kita harus mengendalikan semua kekuatan bathin yang diamanahkan Allah kepada kita, amanah yang berupa naluri kemanusiaan, kekuatan khayal, dan imanjinasi ataupun yang lain. Kita juga harus berusaha mengenali keadaan jiwa kita, adakah didalamnya terdapat penyakit moral? Ketika kita menemukan itu marilah kita bersama mencari penawar dari penyakit yang menjadi penyebab kekotoran hati para manusia itu.
Istriku semua itu adalah sebuah perjuangan karenanya yakinlah bahwa semua perjuangan ini adalah langkah-langkah menuju keridhaan Allah sehingga sekirannya kita harus menghadap Allah ditengah perjalanan dalam perjuangan itu kita tidak akan mati secara sia-sia, semoga kita selalu dalam keridhaannya. Duhai kekasih, semua jihad diri baik secara dzahiri maupun bathini yang sedang kita perjuangkan akan sangat mendukung setiap langkah yang kita kayuh dalam mendidik putra–putri kita nantinya. Istriku, seandainya amanat dari Allah adalah seorang anak perempuan maka disaat itu engkau dituntut untuk bisa mengajarinya bagaimana menjadi seorang ibu. Seorang anak perempuan lebih cenderung meniru ibunya dibanding anak laki-laki. Ditangan engkaulah kelak ia akan menjadi ibu tauladan atau sebaliknya. Dari engkau ia belajar bagaimana mejadi seorang ibu rumah tangga, cara mengurus rumah tangga, mengurus anak dan mendidiknya. Dari engkau ia hanya sekedar menerima dan mencontoh langsung tanpa mempertimbangkan alasan apa dibalik perilaku itu dan kemudian merekamnya dalam benak.
Istriku, seorang anak lebih mudah menerima ide-ide awal sebagai aspek kepribadian dari orang-orang terdekatnya. Ide-ide itu adalah fondasi awal kepribadian dan ruhani mereka, karena itu engkau mempunyai kesempatan untuk membimbing dan mengarahkan pemikiran, prilaku, harapan dan cita-cita serta sifat moral dan sosial anak-anak kita sehingga setiap langkah yang engkau pilih seiring pertumbuhan mereka akan memberi pengaruh yang besar pada anak-anak kita. Istriku, anak kita akan mulai menggunakan akal dipenghujung tahun kedua, saat itu anak kita sudah berusaha menyelesaikan persoalanya sendiri dan berusaha terlebih dahulu tanpa meminta tolong pada orang lain. Pada usia tiga tahun walau masih terbatas anak kita akan mulai berfikir, sebagai orang tua kita harus membimbingnya agar cara berfikir anak kita terjaga dan terbentuk dengan baik serta sedikit demi sedikit mampu melakukan sebuah perbandingan. Pada usia ini dia mampu menguraikan dan menjelaskan sejumlah hal, biasanya dia akan sering bertanya perihal sesuatu yang aneh atau yang menurutnya ganjil.
Dibawah bimbingan kita anak kita akan belajar untuk berkata baik, berlaku jujur dan sopan atau sebaliknya. Istriku, rumah kita adalah tempat untuk membangun fondasi bangunan serta kepribadian akhlak anak-anak kita. Duhai cahaya mata, duhai penyejuk hati. Kepribadian anak-anak kita sudah terbentuk sejak dalam rahim, disitu terjadi perkembangan kepribadian diamana seorang ibu berpengaruh besar secara tidak langsung dalam perkembangan tersebut.
Perkembangan dalam pengaruh besar sang ibu ini terus berlangsung hingga dia terlahir dan hingga dia disapih. Pada masa-masa itu semua pola pikir, makanan, tindakan, dan cara bergaul yang engkau pilih akan memberi pengaruh besar pada bentuk bangunan kepribadian anak kita. Istriku, banyak hal yang kita harapkan nantinya bisa dimiliki anak-anak kita. Engkau dan aku hanya sekadar mengingatkan bahwa disaat kita mendidik kita harus sadar bahwa anak kita bukanlah kelinci percobaan. Keluasan ilmu kita berperan besar didalamnya. Kita harus menjaga keseimbangan naluri dan fitrah kita baik amarah, kasih sayang, pemanjaan atau naluri sebagai orang tua yang lain. Jangan sampai ia merasa sombong terhadap apa yang ia atau kita miliki, kita harus adil baik pada anak kita yang laki-laki ataupun yang perempuan. Kita harus sesuaikan pendidikan kita sesuai jenis kelamin mereka. Ketika anak-anak kita sudah terbiasa dalam kebaikan dan pada akhirnya dia merasa butuh terhadapnya berarti pendidikan kita telah berhasil.
Dalam pemberian pendidikan, kita semestinya memberi mereka kebebasan memilih, kebebasan itu akan menjadikan mereka lebih bersemangat menjalani pilihan yang telah mereka ambil. Walau sebagai orang tua kita tetap mengawasi mereka. Seorang anak yang baru lahir kadar intelegensitasnya masih terbatas, dia merasa asing dengan dunia yang baru ia temui, keterasingan itu dapat terputus dengan bantuan seorang ibu yang senantiasa memberikan bimbingan secara langsung atau tidak langsung terhadap anak-anaknya. Hanya sosok ibu yang memiliki ruhani yang tumbuh subur saja yang bisa membantu anak–anak mereka keluar dari keterasingan itu. Sebagai orangtua kita harus benar-benar mengenal anak-anak kita, kita harus mencari tahu kebutuhan-kebutuhan yang sangat mereka perlukan. Ada hal yang perlu kita perhatikan bahwa anak-anak kita adakalanya juga akan merasakan suatu kejenuhan. Pada kondisi demikian kita dituntut berperan menjadi pendorong bagi mereka, salah satunya dengan menghargai karya mereka dan memberikan hadiah atas prestasi mereka.
Istriku, dalam memberikan hadiah sebaiknya kita juga mengkaitkannya dengan pendidikan, hadiah itu bisa kita rupakan apapun namun tetap bermanfaat bagi anak-anak kita dan jangan sampai pemberian hadiah itu kita lakukan dengan alasan karena anak kita mau meninggalkan suatu keburukan. Sikap semacam ini sama halnya dengan mengajari mereka bahwa kalau tidak diberi hadiah itu berarti kita meperbolehkan mereka melakukan kebrukan tersebut. Anak kecil sangat identik dengan permainan maupun mainan. Permainan merupakan sarana pendidikan yang baik dan cukup efisien sebab ketika seorang anak belajar dengan metode semacam itu niscaya akan lebih mudah dalam memahami, sebab saat itu dia belajar dengan otak kanan. Dengan permainan kita bisa menanamkan arti penting dari berusaha, sifat pantang menyerah, serta pelajaran adanya kekalahan dan kemenangan. Sebagai orang tua kita dituntut selektif dalam memilihkan permainan sebab kekeliruan dalam memilih bisa berakibat pada tercerabutnya akal dan ruhani anak kita. Istriku, dalam kehidupan adakalanya kita menemui adanya suatu ketimpangan. Dalam kehidupan rumah tangga kita, hal itu juga bukan tidak mungkin terjadi, namun ketika kita sama-sama mengenakan konsep yang sudah digariskan oleh Allah niscaya hal itu dapat dengan mudah untuk dihindari. Anak kita dengan ketidaktahuan mereka suatu ketika akan melakukan kekeliruan, istriku ketika hal itu terjadi kita harus berlaku bijak, kita tidak boleh bersikap kasar, selayaknya kita menasehati mereka dengan kasih sayang dan penuh rasa empati sehingga kepada mereka kita tidak bertindak sebagai seorang hakim yang menghakimi dan anak kita sedang dihukum karena suatu dosa.
Nasehat yang baik adalah nasehat yang selaras dengan cara berfikir mereka, nasehat dengan cara memberi masukan dan kritikan akan lebih baik dari bentakan, teguran keras, apalagi dengan ancaman berupa sangsi secara material. dengan ini anak tidak akan berusaha mencari tempat perlarian sebagai tempat perlindungan. Duhai istriku ketika kita harus memberi hukuman pada anak kita, kita harus berfikir seribu kali sebelumnya, pemberian hukuman merupakan langkah terakhir dalam pendidikan. Seandainya kita harus memberi hukuman kita juga harus memberi pengertian serta alasan megapa kita melakukan itu. Hukuman yang kita berikan bukan alat untuk membuat ia jera tapi sekedar upaya dalam pendidikan bagi mereka. Perlu kita pahami juga bahwa tindakan mencegah itu lebih baik dari pada harus mengobati, jadi sebelum kita melihat anak kita melakukan suatu pelanggaran sebelumnya sudah kita antisipasi dengan memberi pengertian. Hukuman tidak harus berupa pukulan, dengan diam dan sesekali memandang penuh arti pada mereka bisa lebih berarti. Istriku, ketika kita keliru dalam memberi hukuman hal itu bisa menyebabkan hubungan kita dengan mereka menjadi renggang, Hukuman boleh diberikan ketika mereka melakukan dengan sengaja dan mengetahui akibat dari kekeliruannya itu.
Istriku, dalam memberi hukuman kitapun harus pandai dalam bersikap, jangan sampai ketika aku sedang memberi hukuman engkau menyiapkan diri sebagai tempat perlindungan dengan memberikan pembelaan. Sikap itu akan menjadikan hukuman tidak ada arti dan merusak kepribadian anak kita. Dia akan merasa aman untuk melakukan hal yang sama nantinya. Ketika memberi hukuman kita tempatkan anak kita antara takut dan harap serta kita tidak perlu memaksa anak kita untuk meminta maaf. Istriku, kita baru saja bertemu namun kiranya tidak salah kalau aku mengingatkanmu akan kematian, dzikir akan kematian akan menjadikan kita dekat dengan Allah dan selanjutnya kita akan menjaga dan meningkatkan kualitas diri kita, sebab kematian datang dengan tiba-tiba sesuai keinginan pemilik-Nya, walau sebenarnya dengan segala kurang dan dosa aku merasa belum siap menghadapi kematian mungkin engkaupun sama namun andai kematian itu datang pada salah satu diantara kita maka kita harus yakin bahwa memang seperti itulah kemestian dari Allah.
Istriku andai kematian datang kepadaku terlebih dulu maka akan bertambah berat juang yang harus engkau lakukan dalam mendidik anak kita, seorang anak yang ditinggalkan ayahnya dimasa mereka masih kecil akan merasakan keterasingan, penderitaan, mudah gelisah dan besedih. Ketika saat itu engkau tidak sesuai dalam mensikapi, hal itu bisa menjadikan mereka mejadi seorang pembangkang dan keras kepala. Istriku, saat itu engkau dituntut menjadi ibu yang penyayang dan seorang pengganti peran seorang ayah yang bijak dan tegas. Seorang anak yang ditinggalkan ayah mereka biasanya akan merasa terbebaskan dari segenap tuntutan hidup serta berusaha meninggalkan seluruh tanggung jawab dan kewajibannya. Karenanya adalah bijak untuk menghindarkan mereka dari lingkungan yang berbahaya atau tidak mendukung bagi kebaikan mereka. Disitu engkau dituntut mampu mengukuhkan spiritualitas anak. Kejelian dalam pendidikan sangat penting sebab pembiaran pada kesalahan pertama akan menjadikannya sulit untuk dirubah. Istriku, ada kemungkinan kedua yaitu engkau mendahului aku. Semoga kita berdua termasuk orang-orang yang siap dalam menghadapi kematian. Istriku kehilangan seorang ibu bagi seorang anak merupakan sesuatu yang besar dan berat, walau bagaimanapun kedudukan engkau disisi mereka tidak mungkin dapat tergantikan oleh siapapun. Mereka akan sangat merindukanmu karena mereka lebih dekat denganmu. Mereka akan merasakan kesendirian yang mendalam, terus dalam kegelisahan, tak pernah lepas dari khayalan tentang limpah kasih dan kehangatan yang pernah engkau berikan. Bagi mereka kehilangan seorang ibu adalah kehilangan seluruh dunianya. Mereka akan terus merindukan kasih sayangmu. Andai semua itu benar-benar terjadi semoga ada kemudahan bagi kita untuk membimbing mereka ikhwal kematian bahwa kitapun akan mati sebagaimana semua akan mati juga nantinya. Semoga kita mampu membimbing mereka tentang ma’na hidup, tujuan hidup dan bahwa kehidupan ini bukanlah kehidupan yang sebenarnya, ada kehidupan yang lebih haqiqi yaitu kehidupan setelah kematian di akhirat nanti.
Istriku, kala itu terjadi aku harus memulihkan rasa percaya diri mereka dan mensiapkan diri untuk mencurahkan kasih sayang untuk mereka, lebih memperhatikan mereka dan berusaha menjadi sandaran bagi merka. Duhai sandaran jiwa, pernikahan hanyalah sekadar sarana, ia layaknya sebuah sampan yang akan kita gunakan untuk mengarungi samudra luas yang penuh dengan badai cobaan dan gelombang dahsyat yang bisa menenggelamkan atau bahkan memecah sampan kecil itu. Sampan itu harus kita jaga sekuat tenaga. Kita kuatkan temali rasa saling mengerti dan memahami diantara kita dan kita rekatkan diawal dan ditengah perjalanan kita sehingga sampan itu akan terus terjaga. Keberadaan seorang anak tidak ubahnya seperti obor dan penghangat sampan kecil itu. Semestinya sebagaimana sang Rasul teladan telah mencontohkan, dihadapan anak kita, kita semestinya bisa menjadi seorang sahabat. Kita harus tanggap untuk mendengar keluh kesah mereka dan ada kalanya kita perlu menggantikan posisi teman-teman anak kita, walau kebutuhan alami ini sebenarnya tidak mungkin bisa diganti dengan yang lain. Dengan ini seorang anak akan menjadi lebih terbuka pada kita dan kita akan lebih mudah memahami mereka.
Duhai cahaya mata, anak kita juga butuh teman sebaya, dengan temannya itu dia akan mengukur kemampuan diri, belajar tentang kehidupan sosial dan konsep kebersamaan, pada saat mereka bermain bersama, kebutuhan ruhani mereka sebagai seorang anak akan terpenuhi. Bagi seorang anak teman adalah pembanding dan sarana untuk memahami diri. Bersama mereka kematangan sosial dan fisik anak akan lebih cepat. Sebagai orang tua tidak ada salahnya ketika sekali-kali kita mengundang teman-teman anak kita sehingga kita bisa tahu mana yang baik akhlaknya dan mana yang buruk. Disitu kita bisa berusaha memberi masukan kepada mereka dan berkomunikasi dengan orang tua dari anak-anak yang kurang baik akhlaknya agar nantinya sama-sama terjaga. Istriku, dalam mengarung samudra ada kemungkinan kita berselisih pendapat tentang arah sampan yang kita tumpangi, terlebih kalau kita kurang bisa memahami kekurangan kelebihan kita masing-masing. Ketika salah satu dari kita ada yang salah faham dengan pilihan atau tindakan yang dilakukan hal itu bisa mejadi penyebab adanya pertengkaran. Pertengkaran yang kita lakukan dihadapan anak-anak kita akan berpengaruh buruk bagi mereka terlebih jika kita libatkan dalam pertengkaran itu, karena itu kita harus pandai–pandai mencari solusi dalam mensikapi segala masalah yang kita hadapi. Duhai istriku aku hanya sekadar mengingatkan bahwa sebenarnya pernikahan adalah sebuah sarana untuk menyatukan perbedaan, semua ketidakcocokan, ketidaksesuaian biasanya akan lebih tampak setelah lahir anak pertama. Kelahiran seorang anak menjadi awal dinamika dalam kehidupan rumah tangga. Kita sebagaimana manusia yang lain tidak mungkin mampu berlaku bijaksana ketika akar kecintan pada dunia masih kuat mengakar, syahwat dan hawa nafsu masih kita perturutkan, kita tidak mampu menyeimbangkan kekuatan diri dalam urusan yang tiada berfaedah dan kita tak henti melakukan akhlak tercela. Karena itu wahai istriku kita harus bersama–sama membenahi diri dan meluruskan niatan hati kita.
Hanyalah Allah yang mengetahui kekotoran hati kita, kita hanya bisa membaca kebiasaan buruk yang masih melekat dalam keseharian kita. Dengan kesungguhan dan bersandarkan pada rasa cinta pada Allah serta para manusia terkasih semoga ada kemudahan. Usia kita yang masih muda adalah sebuiah modal yang besar, pengaruh pada hati dan pembentukan batin akan lebih mudah karena hati seorang pemuda masih lembut dan sederhana. Setiap sifat baik dan buruk memasuki hati seorang pemuda dengan cepat, gamblang dan mengakar kuat. Istriku, kita tidak pernah berhak untuk membanggakan iman, moral dan prilaku kita dimana karena kebanggaan itu kita tidak berhati-hati dalam memilih lingkungan. Dalam lingkungan yang buruk Secara tidak sadar bisa saja kita terbawa dalam perbuatan tercela. Hal itu akan berpengaruh baik dalam perbuatan, ucapan atau kebiasaan kita yang lain. Ucapan-ucapan orang lain yang sering melewati telinga kita cukup kuat menjadaikan kita berkeinginan untuk mengucapkan hal yang sama. Lingkungan yang tidak tepat akan menjadikan kita orang-orang yang jauh dari rasa tanggung jawab, pemalas, pengecut atau bahkan bersikap brutal dan tidak mengindahkan posisi sebagai orangtua yang selayaknya menjadi contoh. Duhai penghias ruh, seperti apakah anak yang akan kita persembahkan kepada masyarakat dan agama kita kalau kita tidak memilki kualitas ruhani, dengan rendahnya nilai ruhani bahtera rumah tangga kita akan rusak porak poranda. sebab hati dan jiwa kita telah tertutup hijab pekat dan tebal. Duhai sisih diantara karunia, aku ucapkan selamat datang atas kedatanganmu. Semoga tiada ada kekecewaan karena engkau menjadikan aku sebagai pilihanmu, hanya pada Allah aku bersandar. Mari berjuang, jalan ke akhirat teramat sulit dan penuh kesukaran, mari bersama mendulang keridhaan.
Sungguh aku berharap engkau berkenan berkata dalam keterusterangan untuk apapun yang kau inginkan, aku yakin semua pinta sudah difikir dan diramu dalam ribu timbang, karenanya tentu akan kulaku dengan ikhlash untuk meneruskan, semoga Allah berkenan beri kemudahan.Saat ini aku belum tahu seperti apa adaku kala bertemu denganmu. Semoga keberadaanku itu akan mengingatkanmu dari akhirat tujuan terakhir, begitu juga keberadaanmu semoga menjadikanku bertambah dekat pada Sang pemilik kiamat.Entah mengapa beberapa hari ini aku terpicu memikirkan tentang sosok keberadaanmu. Hingga akhirnya ku ambil pucuk simpul, banyak hal harus aku persiapkan hingga aku mampu berada untuk bertemu denganmu, bertemu dengan seorang bani hawa yang menjadi tanggunganku, kau kekasih titipan Allah, Rosul, Aimmah dan dua orang tua kecintaanmu.
Yang aku tahu hanyalah laki-laki mulia yang akan mampu memuliakan keberadaan istri mereka, hina siapapun dia yang menghinakan istrinya. Karenanya semoga nanti aku mampu menghantarkan pada kemuliaan atas keberadaanmu di sisiku.Semoga kita siap berjuang mengarungi samudra coba dan bergunung-gunung rintangan hingga kita mampu memberi para penerus, pembela, dan penyebar kebenaran di tengah-tengah masyarakat. Semua itu tidaklah mungkin mampu kita laku ketika kita tidak bersungguh dalam mensiapkan diri dan hati dengan penuh ilmu juga baiknya prilaku. Satu kita harus paham bahwa dunia anak-anak yang kita didik tidaklah sama dengan dunia kita dulu. Adalah dzalim ketika kita mendidik mereka dengan masa lalu kita. Istriku, adalah baik kala kita mau menghias rumah tangga kita dengan Al-Qur’an dan tegaknya bangunan sholat, serta kita bina iklim kasih sayang, keterbukaan dengan kebebasan berkomunikasi didalamnya rumah tangga kita.Istriku kini kita adalah satu, aku punya kesempatan berjihad dengan melakukan yang terbaik bagimu juga para pewarisku, begitu juga untukmu, sekarang terbentang kesempatan bagimu untuk berjihad sebagai seorang istri.
Adalah kematian mulia yang akan kita cecap kala mati dalam keikhlasan menjalankan semua kewajiban yang ada dalam tanggungan kita. Kini kita merajut sunah Rosulullah, semoga beliau memberi syafa’at atas langkah yang kita tempuh, separuh agama kita ambil tapi setengah itu tidaklah akan terambil kalau kita salah dalam mempersiapkan niatan hati, dengan niatan apakah kita mengambil langkah ini? Semoga kita sudah benar dalam menyiapkan hati. Semoga kala kau baca tulisan ini, kita sudah teramat sadar diri dan kita sudah cukup bekal untuk mengarung padang tandus yang kini membentang di hadapan mata, bukit tinggi yang menantang di mana setelahnya kita akan turun diantara dua piihan apakah surga seperti yang kita harapkan, ataukah neraka yang teramat kita takutkan. Semoga kebersamaan kita menjadikan kita salah satu dari pencapai ridha-Nya.
Duhai belahan hati, engkau adalah pilihan tempat hatiku ingin menambatkan hati untuk menapaki titian Rabbani. Kini kau menjadi seorang istri adalah baik bagimu mensiap diri untuk menjadi seorang ibu, namun Allah Maha Segalanya kiranya kita belum mampu menerima amanat seorang putri atau putra tentulah kita harus bertawakal, karena hanya para ibu yang memahami seni keibuan saja yang pantas untuk menerima amanat seorang anak.Memang begitu berat hidup berumah tangga tanpa ada seorang putra atau putri namun semua pasti ada hikmahnya. Dialah Allah yang Maha Tahu siapa-siapa yang paling berhak untuk menerima titipan amanat.
Kini hatiku ku satukan dengan hatimu semoga kita bersama dalam arah tujuan, andai kita mendapat putra setelah lama menunggu tetaplah kita tidak boleh memanjakannya secara berlebih, perlakuan wajar kita akan membantu pertumbuhan ruh, moral spiritualnya. Begitu juga dengan apa yang harus kita berikan berupa kasih sayang, kita harus memberinya jangan sampai ia kekurangan.Duhai kekasih, ketika kita menjadi orang tua di saat yang sama kita juga menjadi seorang pendidik, seorang pendidik mau tidak mau harus tahu bagaimana cara mendidik. Apapun yang kita lakukan, kita bicarakan kita ekspresikan juga apapun perlakuan yang kita berikan kepada anak kita adalah wujud didikan kita.Anak kita selalu mengalami perkembangan. Sebagai seorang pendidik kita harus tahu dan tanggap kepada mereka. Sebagai misal saat mereka masih bayi kondisi kognitif mereka adalah sensori motori, dia cenderung menggunakan aktifitas motori dan gerakan.
Dengan cara itu mereka berusaha memahami segala sesuatu. Ketika sudah bisa berjalan dia mulai memanipulasi objek-objek di luar dirinya dan dia mulai tahu bahwa ketika benda tidak tampak maka benda itu tidak ada.Ketika kita tidak tanggap dengan kondisi perkembangan mental spiritual maupun perkembangan fisik anak, hal itu akan menjadi penghambat bagi perkembangan mereka, adalah dzalim kalau kita seperti itu. Memang sungguh berat untuk menunaikan semua itu, tapi bukankah anak adalah amanat dari Allah, dia datang kepangkuan kita sebagai ujud kepercayaan Allah kepda kita. Anak datang dalam keadaan suci dari segala noda dan cela, sepantasnya kita menjaganya sekuat tenaga dengan tangan kita.
Istriku, sebagai orang tua kita juga di tuntut untuk memberi bimbingan untuk putra putri kita tentang beberapa hal, kita harus membimbing pemikiran mereka jangan sampai mereka kebingungan dan salah dalam menetukan jalan serta menempatkan jalan pemikiran. Kita harus membimbing mereka sehingga dalam berfikir mereka selalu bersandar pada akal mereka. Kita harus membimbing ruhaniah mereka sebagaimana kita harus peduli dengan jasmaniyah mereka. Bimbingan ruhaniah sangat penting dan hal ini tidak mungkin bisa kita lakukan kecuali kita berdua sudah termasuk dari orang-orang yang sudah mampu mendidik ruhaniah diri.Orang-orang mulia tidak pernah lepas dari sifat kesederhanaan. Kalau kita ingin anak-anak kita termasuk golongan mereka maka selayaknya kita perkenalkan nilai-nilai kesederhanaan di lingkungan kehidupan anak-anak kita yaitu dalam keluarga kita.
Duhai istriku belahan hati dan jiwaku, kitapun harus membimbing anak kita tentang kebudayaan, tentang bahasa yang menjadi sarana untuk bertukar informasi dimana dengan itu kita akan lebih mudah untuk menyampaikan ajaran-ajaran kebenaran.Adalah baik ketika kita bimbing mereka dengan tata cara bersosialisasi, baik dengan keluarga, saudara, tetangga, teman, ataupun masyarakat umum. Bimbingan akhlak yang kita berikan akan menentukan apakah anak kita akan menjadi seorang pendusta, curang atau orang yang jujur. Jadi orang yang senantiasa berkata baik atau berkata buruk. Berlaku sopan ataupun sebaliknya. Ahlak yang terbentuk dimasa kecil mereka akan menjadi landasan dasar terbentuknya akhlak mulia di masa depan ketika menjadi orang dewasa. Karena kita harus benar-benar memperhatikannya.Duhai kecintaanku, kita berdua adalah pusat informasi di hadapan mereka, akal mereka sedemikian terbuka sehingga apapun informasi yang ada didepan mereka akan mereka serap begitu saja, kita harus menjalinkan mereka dengan dunia mereka agar mereka tidak merasa terasingkan dan bisa memanfaatkan semua itu dengan bijak serta berpandangan semua itu hanya sekedar sarana bukan merupakan tujuan.
Sebagai pusat informasi kita harus menjelaskan posisi anak kita dialam semesta ini, bahwa dia sebagai manusia mengarungi kehidupan ini dengan usia yang terbatas. Kita picu mereka untuk menggapai tujuan haqiqi dan menjadikan mereka memiliki rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan itu (akhirat), kita harus berupaya untuk mencari cara yang terbaik agar anak kita berwawasan luas tentang kehidupan ini dan bahwa semua alam jagat raya adalah ciptaan Allah yang nantinya akan lenyap.Diatas pundak kita berdualah kewajiban untuk mengenalkan kehidupan keluarga, kita harus mendidik bagaimana menjadi orang tua, menjadi saudara, paman dan juga tentang tata cara hubungan suami istri dalam islam, putri kita olehmu dan putra kita melaluiku.
Wahai kekasih, nilai moral anak-anak kita tidaklah bisa kita paksakan, anak-anak kita punya kemampuan menilai, mempertimbangkan, dan menerima prinsip-prinsip hidupnya sendiri. Pada usia tiga tahun dia sudah mulai membentuk nilai akhlak dan prilaku, kita berdua adalah contoh hidup, kita merupakan tauladan namun mereka lebih banyak hidup bersamamu, mereka akan meniru semua prilakumu sebab belum mampu membeda-bedakan.Prilaku dan kebiasaanmu akan mengalir pada anak-anak kita seperti darah dalam urat nadi. Hal itu akan bentuk pribadi yang khas yang akan mereka bawa sepanjang hidup, karena itulah kualitas ruh yang kita miliki setelah kita mendapat amanah dari Allah akan sangat berpengaruh terhadap potensi yang kita titipkan pada anak-anak kita.Duhai dambaan, semakin engkau dekat dengan mereka maka semakin besar peniruan mereka padamu, peniruan mereka adalah ujud dari keingintahuan mereka yang besar, mereka menirumu karena engkau adalah idola bagi mereka, mereka ingin mendapatkan pujianmu dan mencari perhatian dengan menirukan apa yang engkau laku. Prilakumu adalah sebuah objek yang tak pernah terlepas dari pandangan dan perhatian anak-anak kita.
Telinga dan mata anak-anak kita bagaikan sebuah gerbang yang senantiasa terbuka lebar dan otak mereka selalu siap untuk merekam apapun apa yang mereka dapat. Semua keadaan ini adalah kesempatan besar bagi engkau untuk menjadikan mereka penjaga kesucian fitrah, peniti jalan kebenaran ataukah sebaliknyaDuhai istriku ketika engkau tidak tegar dalam menghadapi permasalahan di hadapan anak-anak kita. Hal itu akan bentuk mereka generasi yang sensitif, mudah tersinggung dan terus dilanda kegelisahan. Selain itu adalah tidak mungkin mendidik seorang anak menjadi seorang berwatak muali sedang ibunya sendiri adalah seorang pengecut, pemarah, pemalas, kikir dan semacamnya.
Anak-anak kita akan kebingungan dan bahkan kehilangan keinginan untuk meniru engkau, disaat mereka mengetahui engkau tidak ikhlas dalam berperilaku serta berkpribadian ganda. Memang semua ini adalah sesuatu yang berat namun jangan sampai engkau meninggalkan hak-hak yang selayaknya didapat sebagai seorang istri. Karena itu wahai istriku janganlah engkau enggan untuk mengutarakan apa-apa yang engkau perlukan sebab adalah dzalim aku sebagai suamimu tidak mempedulikan semua itu. Akupun ingin menunaikan kewajibanku sebagai seorang suami serta membantumu untuk menunaikan tugas-tugas mulia itu. Aku tidak akan pernah berhenti untuk mendukung langkah- langkah jihadmu. Aku tahu sebagai manusia biasa kitapun harus berjihad diri baik didunia lahir dengan senantiasa bertafakur, berusaha memupuk tekad, mengkondisikan diri, mengawasi diri, menghisab dan menilai diri serta senantiasa berdzikir mengingat Allah dengan segala kedalaman ma’na jihad diri secara dzahir itu. Selain itu kita juga dituntut untuk berjihad secara bathini, kita harus mengendalikan semua kekuatan bathin yang diamanahkan Allah kepada kita, amanah yang berupa naluri kemanusiaan, kekuatan khayal, dan imanjinasi ataupun yang lain. Kita juga harus berusaha mengenali keadaan jiwa kita, adakah didalamnya terdapat penyakit moral? Ketika kita menemukan itu marilah kita bersama mencari penawar dari penyakit yang menjadi penyebab kekotoran hati para manusia itu.
Istriku semua itu adalah sebuah perjuangan karenanya yakinlah bahwa semua perjuangan ini adalah langkah-langkah menuju keridhaan Allah sehingga sekirannya kita harus menghadap Allah ditengah perjalanan dalam perjuangan itu kita tidak akan mati secara sia-sia, semoga kita selalu dalam keridhaannya. Duhai kekasih, semua jihad diri baik secara dzahiri maupun bathini yang sedang kita perjuangkan akan sangat mendukung setiap langkah yang kita kayuh dalam mendidik putra–putri kita nantinya. Istriku, seandainya amanat dari Allah adalah seorang anak perempuan maka disaat itu engkau dituntut untuk bisa mengajarinya bagaimana menjadi seorang ibu. Seorang anak perempuan lebih cenderung meniru ibunya dibanding anak laki-laki. Ditangan engkaulah kelak ia akan menjadi ibu tauladan atau sebaliknya. Dari engkau ia belajar bagaimana mejadi seorang ibu rumah tangga, cara mengurus rumah tangga, mengurus anak dan mendidiknya. Dari engkau ia hanya sekedar menerima dan mencontoh langsung tanpa mempertimbangkan alasan apa dibalik perilaku itu dan kemudian merekamnya dalam benak.
Istriku, seorang anak lebih mudah menerima ide-ide awal sebagai aspek kepribadian dari orang-orang terdekatnya. Ide-ide itu adalah fondasi awal kepribadian dan ruhani mereka, karena itu engkau mempunyai kesempatan untuk membimbing dan mengarahkan pemikiran, prilaku, harapan dan cita-cita serta sifat moral dan sosial anak-anak kita sehingga setiap langkah yang engkau pilih seiring pertumbuhan mereka akan memberi pengaruh yang besar pada anak-anak kita. Istriku, anak kita akan mulai menggunakan akal dipenghujung tahun kedua, saat itu anak kita sudah berusaha menyelesaikan persoalanya sendiri dan berusaha terlebih dahulu tanpa meminta tolong pada orang lain. Pada usia tiga tahun walau masih terbatas anak kita akan mulai berfikir, sebagai orang tua kita harus membimbingnya agar cara berfikir anak kita terjaga dan terbentuk dengan baik serta sedikit demi sedikit mampu melakukan sebuah perbandingan. Pada usia ini dia mampu menguraikan dan menjelaskan sejumlah hal, biasanya dia akan sering bertanya perihal sesuatu yang aneh atau yang menurutnya ganjil.
Dibawah bimbingan kita anak kita akan belajar untuk berkata baik, berlaku jujur dan sopan atau sebaliknya. Istriku, rumah kita adalah tempat untuk membangun fondasi bangunan serta kepribadian akhlak anak-anak kita. Duhai cahaya mata, duhai penyejuk hati. Kepribadian anak-anak kita sudah terbentuk sejak dalam rahim, disitu terjadi perkembangan kepribadian diamana seorang ibu berpengaruh besar secara tidak langsung dalam perkembangan tersebut.
Perkembangan dalam pengaruh besar sang ibu ini terus berlangsung hingga dia terlahir dan hingga dia disapih. Pada masa-masa itu semua pola pikir, makanan, tindakan, dan cara bergaul yang engkau pilih akan memberi pengaruh besar pada bentuk bangunan kepribadian anak kita. Istriku, banyak hal yang kita harapkan nantinya bisa dimiliki anak-anak kita. Engkau dan aku hanya sekadar mengingatkan bahwa disaat kita mendidik kita harus sadar bahwa anak kita bukanlah kelinci percobaan. Keluasan ilmu kita berperan besar didalamnya. Kita harus menjaga keseimbangan naluri dan fitrah kita baik amarah, kasih sayang, pemanjaan atau naluri sebagai orang tua yang lain. Jangan sampai ia merasa sombong terhadap apa yang ia atau kita miliki, kita harus adil baik pada anak kita yang laki-laki ataupun yang perempuan. Kita harus sesuaikan pendidikan kita sesuai jenis kelamin mereka. Ketika anak-anak kita sudah terbiasa dalam kebaikan dan pada akhirnya dia merasa butuh terhadapnya berarti pendidikan kita telah berhasil.
Dalam pemberian pendidikan, kita semestinya memberi mereka kebebasan memilih, kebebasan itu akan menjadikan mereka lebih bersemangat menjalani pilihan yang telah mereka ambil. Walau sebagai orang tua kita tetap mengawasi mereka. Seorang anak yang baru lahir kadar intelegensitasnya masih terbatas, dia merasa asing dengan dunia yang baru ia temui, keterasingan itu dapat terputus dengan bantuan seorang ibu yang senantiasa memberikan bimbingan secara langsung atau tidak langsung terhadap anak-anaknya. Hanya sosok ibu yang memiliki ruhani yang tumbuh subur saja yang bisa membantu anak–anak mereka keluar dari keterasingan itu. Sebagai orangtua kita harus benar-benar mengenal anak-anak kita, kita harus mencari tahu kebutuhan-kebutuhan yang sangat mereka perlukan. Ada hal yang perlu kita perhatikan bahwa anak-anak kita adakalanya juga akan merasakan suatu kejenuhan. Pada kondisi demikian kita dituntut berperan menjadi pendorong bagi mereka, salah satunya dengan menghargai karya mereka dan memberikan hadiah atas prestasi mereka.
Istriku, dalam memberikan hadiah sebaiknya kita juga mengkaitkannya dengan pendidikan, hadiah itu bisa kita rupakan apapun namun tetap bermanfaat bagi anak-anak kita dan jangan sampai pemberian hadiah itu kita lakukan dengan alasan karena anak kita mau meninggalkan suatu keburukan. Sikap semacam ini sama halnya dengan mengajari mereka bahwa kalau tidak diberi hadiah itu berarti kita meperbolehkan mereka melakukan kebrukan tersebut. Anak kecil sangat identik dengan permainan maupun mainan. Permainan merupakan sarana pendidikan yang baik dan cukup efisien sebab ketika seorang anak belajar dengan metode semacam itu niscaya akan lebih mudah dalam memahami, sebab saat itu dia belajar dengan otak kanan. Dengan permainan kita bisa menanamkan arti penting dari berusaha, sifat pantang menyerah, serta pelajaran adanya kekalahan dan kemenangan. Sebagai orang tua kita dituntut selektif dalam memilihkan permainan sebab kekeliruan dalam memilih bisa berakibat pada tercerabutnya akal dan ruhani anak kita. Istriku, dalam kehidupan adakalanya kita menemui adanya suatu ketimpangan. Dalam kehidupan rumah tangga kita, hal itu juga bukan tidak mungkin terjadi, namun ketika kita sama-sama mengenakan konsep yang sudah digariskan oleh Allah niscaya hal itu dapat dengan mudah untuk dihindari. Anak kita dengan ketidaktahuan mereka suatu ketika akan melakukan kekeliruan, istriku ketika hal itu terjadi kita harus berlaku bijak, kita tidak boleh bersikap kasar, selayaknya kita menasehati mereka dengan kasih sayang dan penuh rasa empati sehingga kepada mereka kita tidak bertindak sebagai seorang hakim yang menghakimi dan anak kita sedang dihukum karena suatu dosa.
Nasehat yang baik adalah nasehat yang selaras dengan cara berfikir mereka, nasehat dengan cara memberi masukan dan kritikan akan lebih baik dari bentakan, teguran keras, apalagi dengan ancaman berupa sangsi secara material. dengan ini anak tidak akan berusaha mencari tempat perlarian sebagai tempat perlindungan. Duhai istriku ketika kita harus memberi hukuman pada anak kita, kita harus berfikir seribu kali sebelumnya, pemberian hukuman merupakan langkah terakhir dalam pendidikan. Seandainya kita harus memberi hukuman kita juga harus memberi pengertian serta alasan megapa kita melakukan itu. Hukuman yang kita berikan bukan alat untuk membuat ia jera tapi sekedar upaya dalam pendidikan bagi mereka. Perlu kita pahami juga bahwa tindakan mencegah itu lebih baik dari pada harus mengobati, jadi sebelum kita melihat anak kita melakukan suatu pelanggaran sebelumnya sudah kita antisipasi dengan memberi pengertian. Hukuman tidak harus berupa pukulan, dengan diam dan sesekali memandang penuh arti pada mereka bisa lebih berarti. Istriku, ketika kita keliru dalam memberi hukuman hal itu bisa menyebabkan hubungan kita dengan mereka menjadi renggang, Hukuman boleh diberikan ketika mereka melakukan dengan sengaja dan mengetahui akibat dari kekeliruannya itu.
Istriku, dalam memberi hukuman kitapun harus pandai dalam bersikap, jangan sampai ketika aku sedang memberi hukuman engkau menyiapkan diri sebagai tempat perlindungan dengan memberikan pembelaan. Sikap itu akan menjadikan hukuman tidak ada arti dan merusak kepribadian anak kita. Dia akan merasa aman untuk melakukan hal yang sama nantinya. Ketika memberi hukuman kita tempatkan anak kita antara takut dan harap serta kita tidak perlu memaksa anak kita untuk meminta maaf. Istriku, kita baru saja bertemu namun kiranya tidak salah kalau aku mengingatkanmu akan kematian, dzikir akan kematian akan menjadikan kita dekat dengan Allah dan selanjutnya kita akan menjaga dan meningkatkan kualitas diri kita, sebab kematian datang dengan tiba-tiba sesuai keinginan pemilik-Nya, walau sebenarnya dengan segala kurang dan dosa aku merasa belum siap menghadapi kematian mungkin engkaupun sama namun andai kematian itu datang pada salah satu diantara kita maka kita harus yakin bahwa memang seperti itulah kemestian dari Allah.
Istriku andai kematian datang kepadaku terlebih dulu maka akan bertambah berat juang yang harus engkau lakukan dalam mendidik anak kita, seorang anak yang ditinggalkan ayahnya dimasa mereka masih kecil akan merasakan keterasingan, penderitaan, mudah gelisah dan besedih. Ketika saat itu engkau tidak sesuai dalam mensikapi, hal itu bisa menjadikan mereka mejadi seorang pembangkang dan keras kepala. Istriku, saat itu engkau dituntut menjadi ibu yang penyayang dan seorang pengganti peran seorang ayah yang bijak dan tegas. Seorang anak yang ditinggalkan ayah mereka biasanya akan merasa terbebaskan dari segenap tuntutan hidup serta berusaha meninggalkan seluruh tanggung jawab dan kewajibannya. Karenanya adalah bijak untuk menghindarkan mereka dari lingkungan yang berbahaya atau tidak mendukung bagi kebaikan mereka. Disitu engkau dituntut mampu mengukuhkan spiritualitas anak. Kejelian dalam pendidikan sangat penting sebab pembiaran pada kesalahan pertama akan menjadikannya sulit untuk dirubah. Istriku, ada kemungkinan kedua yaitu engkau mendahului aku. Semoga kita berdua termasuk orang-orang yang siap dalam menghadapi kematian. Istriku kehilangan seorang ibu bagi seorang anak merupakan sesuatu yang besar dan berat, walau bagaimanapun kedudukan engkau disisi mereka tidak mungkin dapat tergantikan oleh siapapun. Mereka akan sangat merindukanmu karena mereka lebih dekat denganmu. Mereka akan merasakan kesendirian yang mendalam, terus dalam kegelisahan, tak pernah lepas dari khayalan tentang limpah kasih dan kehangatan yang pernah engkau berikan. Bagi mereka kehilangan seorang ibu adalah kehilangan seluruh dunianya. Mereka akan terus merindukan kasih sayangmu. Andai semua itu benar-benar terjadi semoga ada kemudahan bagi kita untuk membimbing mereka ikhwal kematian bahwa kitapun akan mati sebagaimana semua akan mati juga nantinya. Semoga kita mampu membimbing mereka tentang ma’na hidup, tujuan hidup dan bahwa kehidupan ini bukanlah kehidupan yang sebenarnya, ada kehidupan yang lebih haqiqi yaitu kehidupan setelah kematian di akhirat nanti.
Istriku, kala itu terjadi aku harus memulihkan rasa percaya diri mereka dan mensiapkan diri untuk mencurahkan kasih sayang untuk mereka, lebih memperhatikan mereka dan berusaha menjadi sandaran bagi merka. Duhai sandaran jiwa, pernikahan hanyalah sekadar sarana, ia layaknya sebuah sampan yang akan kita gunakan untuk mengarungi samudra luas yang penuh dengan badai cobaan dan gelombang dahsyat yang bisa menenggelamkan atau bahkan memecah sampan kecil itu. Sampan itu harus kita jaga sekuat tenaga. Kita kuatkan temali rasa saling mengerti dan memahami diantara kita dan kita rekatkan diawal dan ditengah perjalanan kita sehingga sampan itu akan terus terjaga. Keberadaan seorang anak tidak ubahnya seperti obor dan penghangat sampan kecil itu. Semestinya sebagaimana sang Rasul teladan telah mencontohkan, dihadapan anak kita, kita semestinya bisa menjadi seorang sahabat. Kita harus tanggap untuk mendengar keluh kesah mereka dan ada kalanya kita perlu menggantikan posisi teman-teman anak kita, walau kebutuhan alami ini sebenarnya tidak mungkin bisa diganti dengan yang lain. Dengan ini seorang anak akan menjadi lebih terbuka pada kita dan kita akan lebih mudah memahami mereka.
Duhai cahaya mata, anak kita juga butuh teman sebaya, dengan temannya itu dia akan mengukur kemampuan diri, belajar tentang kehidupan sosial dan konsep kebersamaan, pada saat mereka bermain bersama, kebutuhan ruhani mereka sebagai seorang anak akan terpenuhi. Bagi seorang anak teman adalah pembanding dan sarana untuk memahami diri. Bersama mereka kematangan sosial dan fisik anak akan lebih cepat. Sebagai orang tua tidak ada salahnya ketika sekali-kali kita mengundang teman-teman anak kita sehingga kita bisa tahu mana yang baik akhlaknya dan mana yang buruk. Disitu kita bisa berusaha memberi masukan kepada mereka dan berkomunikasi dengan orang tua dari anak-anak yang kurang baik akhlaknya agar nantinya sama-sama terjaga. Istriku, dalam mengarung samudra ada kemungkinan kita berselisih pendapat tentang arah sampan yang kita tumpangi, terlebih kalau kita kurang bisa memahami kekurangan kelebihan kita masing-masing. Ketika salah satu dari kita ada yang salah faham dengan pilihan atau tindakan yang dilakukan hal itu bisa mejadi penyebab adanya pertengkaran. Pertengkaran yang kita lakukan dihadapan anak-anak kita akan berpengaruh buruk bagi mereka terlebih jika kita libatkan dalam pertengkaran itu, karena itu kita harus pandai–pandai mencari solusi dalam mensikapi segala masalah yang kita hadapi. Duhai istriku aku hanya sekadar mengingatkan bahwa sebenarnya pernikahan adalah sebuah sarana untuk menyatukan perbedaan, semua ketidakcocokan, ketidaksesuaian biasanya akan lebih tampak setelah lahir anak pertama. Kelahiran seorang anak menjadi awal dinamika dalam kehidupan rumah tangga. Kita sebagaimana manusia yang lain tidak mungkin mampu berlaku bijaksana ketika akar kecintan pada dunia masih kuat mengakar, syahwat dan hawa nafsu masih kita perturutkan, kita tidak mampu menyeimbangkan kekuatan diri dalam urusan yang tiada berfaedah dan kita tak henti melakukan akhlak tercela. Karena itu wahai istriku kita harus bersama–sama membenahi diri dan meluruskan niatan hati kita.
Hanyalah Allah yang mengetahui kekotoran hati kita, kita hanya bisa membaca kebiasaan buruk yang masih melekat dalam keseharian kita. Dengan kesungguhan dan bersandarkan pada rasa cinta pada Allah serta para manusia terkasih semoga ada kemudahan. Usia kita yang masih muda adalah sebuiah modal yang besar, pengaruh pada hati dan pembentukan batin akan lebih mudah karena hati seorang pemuda masih lembut dan sederhana. Setiap sifat baik dan buruk memasuki hati seorang pemuda dengan cepat, gamblang dan mengakar kuat. Istriku, kita tidak pernah berhak untuk membanggakan iman, moral dan prilaku kita dimana karena kebanggaan itu kita tidak berhati-hati dalam memilih lingkungan. Dalam lingkungan yang buruk Secara tidak sadar bisa saja kita terbawa dalam perbuatan tercela. Hal itu akan berpengaruh baik dalam perbuatan, ucapan atau kebiasaan kita yang lain. Ucapan-ucapan orang lain yang sering melewati telinga kita cukup kuat menjadaikan kita berkeinginan untuk mengucapkan hal yang sama. Lingkungan yang tidak tepat akan menjadikan kita orang-orang yang jauh dari rasa tanggung jawab, pemalas, pengecut atau bahkan bersikap brutal dan tidak mengindahkan posisi sebagai orangtua yang selayaknya menjadi contoh. Duhai penghias ruh, seperti apakah anak yang akan kita persembahkan kepada masyarakat dan agama kita kalau kita tidak memilki kualitas ruhani, dengan rendahnya nilai ruhani bahtera rumah tangga kita akan rusak porak poranda. sebab hati dan jiwa kita telah tertutup hijab pekat dan tebal. Duhai sisih diantara karunia, aku ucapkan selamat datang atas kedatanganmu. Semoga tiada ada kekecewaan karena engkau menjadikan aku sebagai pilihanmu, hanya pada Allah aku bersandar. Mari berjuang, jalan ke akhirat teramat sulit dan penuh kesukaran, mari bersama mendulang keridhaan.
Pendidikan keluarga
Peranan Seorang Bapak Dalam Pendidikan Untuk Anak.
Bab 1 “Berbagi dalam Hal Kemanfaatan”
Kebutuhan untuk saling berbagi dalam perkara-perkara kehidupan dan urusan keluarga sangat perlu agar kasih sayang Ilahiah dalam keluarga tercipta, ketentraman serta ketenangan akan terwujud sempurna. Bukankah berbagi yang paling mulia adalah berbagi dalam ilmu? Semestinya antara suami istri tidak ada keengganan untuk saling belajar satu dengan yang lain.Rasul saww bersabda, ”Akal adalah menjaga pengalaman, dan sebaik-baik pengalaman adalah yang mamberikakan nasihat kepadamu (Almusawi, 2000). Beliau juga berkata, ”Ilmu sebagai jiwanya (akal)...” ketika seorang bapak mencarikan refrensi buku untuk mebuka cakrawala keluarga dia harus pandai memilih bacaan atau media masa yang berkualitas. “Sesungguhnya ilmu itu ada tiga, ayat yang jelas, sunah yang benar, dan kewajiban yang harus dilakukan”. Ayat yang jelas meliputi ilmu tauhid, usuludin, dan kajian-kajian tentang Sang Pencipta. Bagian kedua adalah imu yang terkait masalah keikhlasan, ilmu tentang kemulyaan manusia dan cara menggapainya, kehinaan manusia serta tata cara untuk menghindarinya. Ketiga adalah terkait dengan masalah fikih. Dijelaskan bahwa ilmu selain tiga golongan diatas adalah ilmu sebagai pelengkap semata ( Husain madzaheri, pintar mendidik anak). Sebagai seorang imam dalam keluarga seorang suami harus mengarahkan keluarganya terutama anak-anaknya sehingga mereka tidak menemui kesukaran untuk mendapatkan tiga jenis ilmu diatas.
Bab 2 “Penjagaan Dari Maksiat”
Semakin tinggi kesadaran akan pentingnya pengetahuan maka semangat untuk mencari ilmu akan semakin tinggi. “Tidak ada artinya ilmu tanpa amal, tidak ada artinya amal tanpa ikhlas....” Ilmu adalah sarana menuju kesempurnaan jadi ketika ilmu tidak digunakan atau dimanfaatkan maka fungsinya akan hilang atau tidak akan didapatkan hasil darinya. Semakin banyak keilmuan seseorang maka kewajiban yang harus dilakukan akan semakin banyak. Ketiga jenis Ilmu yang perlu dimiliki oleh seorang muslim akan menjadikan orang yang mempelajarinya menjadi faham dengan jalan kebenaran dan jalan keburukan, pelanggaran dari kewajiban yang sudah diketahui. Sehingga mampu membedakan dan bersungguh-sunguh menjalankannya perintah serta berusaha semaksimal mungkin menjauhinya laranganNya. Semua ketentuan yang sudah digariskan oleh Allah adalah tatanan yang akan menggiring manusia pada kesempurnaan. Allah adalah zat yang menciptakan manusia, jadi hanya Dialah yang mengetahui kapasitas dari yang diciptakan itu secara sempurna. Dengan keMaha Murahan dan limpah kasih-Nya manusia ditunjukkan pada hal-hal yang akan membawa mereka pada kemuliaan dan diperingatkan akan hal-hal yang dapat mejerumuskan manusia pada kesengsaraan. Allahlah yang mengetahui kelebihan dan kekurangan dari manusia secara sempurna. Islam memerintahkan manusia agar menjauhi tempat-tempat maksiat. Sangat indah perumpamaan tersebut, pernyataan yang memiliki nilai yang tinggi. Ungkapan dengan tujuan dan penuh dengan ajaran. Pernyataan tersebut tidak secara langsung menyuruh manusia menjauhi maksiat tapi lebih dari itu adalah agar menjauhi tempat-tempat maksiat, sebuah nilai diatas sebuah nilai dengan suatu penekanan yang jelas.
ada sebuah konsep yang menyatakan bahwa “mencegah itu lebih baik dari mengobati.” Perbuatan maksiat adalah suatu penyakit ruhani. bagi seorang bapak mencegah anak menjadi seseorang ahli maksiat akan lebih mudah dari merubah mereka menjadi lebh baik kembali setelah mereka terjerumus menjadi ahli maksiat. Upaya apakah yang bisa dilakukan untuk mejaga anak dari menjadi pelaku maksiat? Semua perbuatan anak adalah sebuah disain yang telah diukir dan dipahat pada mereka. Kepribadian para orang tua disini di awali dari seorang suami yang merupakan pimpinan keluarga, seorang suami menjadi tonggak awal pembenahan akhlak mulia dari keluarga, kebijakan yang dia ambil tidak jarang akan memberi pengaruh cara berpikir dari istri yang telah mempercayakan diri kepadanya, kepedulian para orang tua untuk mengajak anak mencari teladan yang sebenarnya akan sangat membantu, anak-anak butuh seorang publik figur sebagai idola yang menjadikan mereka bersemangat melakukan sesuatu. Sudah semestinya para orang tua memperkenalkan anak pada para pemilik pribadi mulia.Adalah kebahagiaan tak tertandingi ketika anak-anak menjadi para pencontoh manusia-manusia mulia, sosok suci dari segala cela. Anak-anak itu akan menjadi pencinta ilmu. Mereka akan berusaha semaksimal mungkin mendekati sumber-sumber pengetahuan. Mereka akan dekat dengan para kekasih Allah. Mereka akan mencintai Allah Dzat pemilik ilmu dan mereka akan menjadi orang yang dicintai oleh Allah.
Bab 3 “Menjadi Pemimpin”
Seorang pemimpin adalah orang yang paling khidmat pada orang-orang yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarga, dia harus berhidmat kepada istri juga anak-anaknya (memberikan yang terbaik). Rasul saww adalah orang yang memiliki kekayaan, dalam kehidupan beliau berhidmat kepada rakyat yang dipimpinnya, beliau tidak pernah terlena untuk menggunakan kekayaan itu untuk memanjakan diri. Beliau hidup penuh kesederhanaan. Rasul saww sangat memperhatikan rakyat-rakyat kecil. Sehingga orang-orang miskin tidak pernah sungkan makan bersama dengan pribadi besar ini. Mereka sangat dimanusiakan oleh Rasul saww. Karena merasa sebagai pencari nafkah beberapa orang suami bertindak sebagai diktator dalam keluarga. Dalam kehidupan rumah tangga dia suka memerintah dan meminta istrinya untuk menyiapkan kebutuhan pribadinya, sudah seberapa besarkah peran suami-suami yang sewenang-wenang itu untuk keluarga. Bukankah mencari nafkah memang sudah menjadi kewajiban yang harus dilakukan sebagai seorang suami. Mengapakah hal itu dijadikan alasan bahwa dia menjadi layak untuk dilayani. Jihad seorang istri adalah dengan berkhidmat pada suami mereka. Suami yang seperti apakah yang yang dimasud disini. Hanyalah suami berkepribadian mulia yang layak mendapat perlakuan semacam itu. Suami yang juga mau mengerti dan mau memahami keluarga baik istri maupun anak-anaknya. Ditangan suami dan istri yang bijaklah rumah tangga akan menjadi surga. Bersama berjuang saling menghargai, saling mengerti insyaAllah keluarga akan menjadi sakinah penuh dengan ketentraman. Dalam perjalanannya sebuah bahtera rumah tangga akan menemui permasalahan-permasalahan disebabkan perbedaan yang muncul. Pemimpin harus mampu mencari solusi, mampu memunculkan semangat mencari jawaban pemecahan, bukan menjadi penyebab dari adanya permasalahan. Pemimpin adalah penengah, ketika anak antara anggota keluarga sedang ada masalah jangan sampai ikut pada salah satu pihak tapi berusaha mencarikan solusi bagi keduannya. Dia harus punya kesiapan mental dan realistis menerima kenyataan. Salah satu penyebab munculnya permasalahan dalam keluarga adalah sikap yang suka membandingkan. Seorang suami yang suka membandingkan istrinya dengan wanita lain didepan istrinya secara langsung maka disaat yang sama dia sedang memecah pikiran dan mengahancurkan kejiwaan istrinya itu. Rasul saww. Bekata “ Yang paling baik diantara kamu adalah yang paling baik pada istrinya“. Bukankah ketika sang istri mau mengimbangi dengan sikap yang sama akan tercipta suatu pokok dasar yang kokoh sebagai pendukung tiang-tiang rumah tangga mereka? Kecacatan yang dimilliki istri atau anak kadang menjadi pemicu unutuk membandingkan mereka dengan yang lain. Seorang suami yang suka membandingkan anak mereka dengan anak lain yang lebih memiiki kesempurnaan adalah seorang bapak yang hendak membelenggu anak-anak mereka dengan keputusasaan, kemurungan, dan kerendahdirian. Membandingkan anak dengan anak lain yang kurang sempurna juga akan berakibat buruk. Sikap semacam itu akan mendidik anak menjadi seorang angkuh, sombong dan egois. Sikap membanding-bandingkan ini akan membentuk noktah-noktah cacat ruhani bagi anak atau istri yang diperbandingkan.
Bab 4 “Contoh Seorang Pemimpin”
Posisi sebagai seorang bapak sering menjadi tempat mengambil pelajaran anak dalam belajar menjadi seorang pemimpin, menjadi seorang pelindung, dan penjagaan terhadap komitment. Kepemimpianan seorang bapak didalam rumah tangga menjadi salah satu tolok ukur kepemimpinan dan sebagai pertimbangan bagi seorang anak disaat dia dituntut menjadi seorang pemimpin dalam kehidupannya.
Bab 5.“ Penghormatan Pada Sang Istri”
Keharmonisan yang terbentuk dalam keluarga akan sangat mendukung upaya pendidikan untuk anak. Penjagaan hubungan kepada istri adalah piranti penyokong terbesarnya.
Seorang wanita ketika telah menerima pinangan seorang pria maka kesempatan untuk mendapat perhatian berupa kasih sayang serta kemudahan yang lain dari keluarga sudah tidak sama sebagaimana ketika dia belum menerima pinangan. Ia ingin dihargai, dihormati. Para istri akan sangat berharap pada suaminya agar lebih menghormatinya lebih dari yang diberikan orang lain kepadanya. Penghormatan kepada istri tidak akan menjadikan suami lebih rendah bahkan hal itu akan menjadi bukti kecintaan dan kasih sayangnya pada sang istri. Ia akan sangat bahagia ketika suami yang ia cintai memanggilnya dengan nama yang ia sukai. Dengan memuliakan istri secara tidak langsung suami akan terjaga oleh istrinya, sang istri akan sangat menjaga rahasia sang suami maupun apa-apa yang dimiliki suaminya. Ketika dalam pertemuan dengan teman-temanya beberapa suami ada yang menggunakan istrinya sebagai bahan guyonan, pada saat diperlakukan seperti itu mungkin istri diam tapi bukan berarti dia suka diperlakukan seperti itu. Tidak ada satu istri pun berkenan diperlakukan semacam itu.
Jika suami menghormati istrinya, sang istri juga akan memberikan perilaku yang sama. Rasulallah saww. Menyatakan: ”Makin setia seseorang pada pada pasangannya, semakin banyak kebaikan hati yang diungkapkannya”.
Bab 1 “Berbagi dalam Hal Kemanfaatan”
Kebutuhan untuk saling berbagi dalam perkara-perkara kehidupan dan urusan keluarga sangat perlu agar kasih sayang Ilahiah dalam keluarga tercipta, ketentraman serta ketenangan akan terwujud sempurna. Bukankah berbagi yang paling mulia adalah berbagi dalam ilmu? Semestinya antara suami istri tidak ada keengganan untuk saling belajar satu dengan yang lain.Rasul saww bersabda, ”Akal adalah menjaga pengalaman, dan sebaik-baik pengalaman adalah yang mamberikakan nasihat kepadamu (Almusawi, 2000). Beliau juga berkata, ”Ilmu sebagai jiwanya (akal)...” ketika seorang bapak mencarikan refrensi buku untuk mebuka cakrawala keluarga dia harus pandai memilih bacaan atau media masa yang berkualitas. “Sesungguhnya ilmu itu ada tiga, ayat yang jelas, sunah yang benar, dan kewajiban yang harus dilakukan”. Ayat yang jelas meliputi ilmu tauhid, usuludin, dan kajian-kajian tentang Sang Pencipta. Bagian kedua adalah imu yang terkait masalah keikhlasan, ilmu tentang kemulyaan manusia dan cara menggapainya, kehinaan manusia serta tata cara untuk menghindarinya. Ketiga adalah terkait dengan masalah fikih. Dijelaskan bahwa ilmu selain tiga golongan diatas adalah ilmu sebagai pelengkap semata ( Husain madzaheri, pintar mendidik anak). Sebagai seorang imam dalam keluarga seorang suami harus mengarahkan keluarganya terutama anak-anaknya sehingga mereka tidak menemui kesukaran untuk mendapatkan tiga jenis ilmu diatas.
Bab 2 “Penjagaan Dari Maksiat”
Semakin tinggi kesadaran akan pentingnya pengetahuan maka semangat untuk mencari ilmu akan semakin tinggi. “Tidak ada artinya ilmu tanpa amal, tidak ada artinya amal tanpa ikhlas....” Ilmu adalah sarana menuju kesempurnaan jadi ketika ilmu tidak digunakan atau dimanfaatkan maka fungsinya akan hilang atau tidak akan didapatkan hasil darinya. Semakin banyak keilmuan seseorang maka kewajiban yang harus dilakukan akan semakin banyak. Ketiga jenis Ilmu yang perlu dimiliki oleh seorang muslim akan menjadikan orang yang mempelajarinya menjadi faham dengan jalan kebenaran dan jalan keburukan, pelanggaran dari kewajiban yang sudah diketahui. Sehingga mampu membedakan dan bersungguh-sunguh menjalankannya perintah serta berusaha semaksimal mungkin menjauhinya laranganNya. Semua ketentuan yang sudah digariskan oleh Allah adalah tatanan yang akan menggiring manusia pada kesempurnaan. Allah adalah zat yang menciptakan manusia, jadi hanya Dialah yang mengetahui kapasitas dari yang diciptakan itu secara sempurna. Dengan keMaha Murahan dan limpah kasih-Nya manusia ditunjukkan pada hal-hal yang akan membawa mereka pada kemuliaan dan diperingatkan akan hal-hal yang dapat mejerumuskan manusia pada kesengsaraan. Allahlah yang mengetahui kelebihan dan kekurangan dari manusia secara sempurna. Islam memerintahkan manusia agar menjauhi tempat-tempat maksiat. Sangat indah perumpamaan tersebut, pernyataan yang memiliki nilai yang tinggi. Ungkapan dengan tujuan dan penuh dengan ajaran. Pernyataan tersebut tidak secara langsung menyuruh manusia menjauhi maksiat tapi lebih dari itu adalah agar menjauhi tempat-tempat maksiat, sebuah nilai diatas sebuah nilai dengan suatu penekanan yang jelas.
ada sebuah konsep yang menyatakan bahwa “mencegah itu lebih baik dari mengobati.” Perbuatan maksiat adalah suatu penyakit ruhani. bagi seorang bapak mencegah anak menjadi seseorang ahli maksiat akan lebih mudah dari merubah mereka menjadi lebh baik kembali setelah mereka terjerumus menjadi ahli maksiat. Upaya apakah yang bisa dilakukan untuk mejaga anak dari menjadi pelaku maksiat? Semua perbuatan anak adalah sebuah disain yang telah diukir dan dipahat pada mereka. Kepribadian para orang tua disini di awali dari seorang suami yang merupakan pimpinan keluarga, seorang suami menjadi tonggak awal pembenahan akhlak mulia dari keluarga, kebijakan yang dia ambil tidak jarang akan memberi pengaruh cara berpikir dari istri yang telah mempercayakan diri kepadanya, kepedulian para orang tua untuk mengajak anak mencari teladan yang sebenarnya akan sangat membantu, anak-anak butuh seorang publik figur sebagai idola yang menjadikan mereka bersemangat melakukan sesuatu. Sudah semestinya para orang tua memperkenalkan anak pada para pemilik pribadi mulia.Adalah kebahagiaan tak tertandingi ketika anak-anak menjadi para pencontoh manusia-manusia mulia, sosok suci dari segala cela. Anak-anak itu akan menjadi pencinta ilmu. Mereka akan berusaha semaksimal mungkin mendekati sumber-sumber pengetahuan. Mereka akan dekat dengan para kekasih Allah. Mereka akan mencintai Allah Dzat pemilik ilmu dan mereka akan menjadi orang yang dicintai oleh Allah.
Bab 3 “Menjadi Pemimpin”
Seorang pemimpin adalah orang yang paling khidmat pada orang-orang yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarga, dia harus berhidmat kepada istri juga anak-anaknya (memberikan yang terbaik). Rasul saww adalah orang yang memiliki kekayaan, dalam kehidupan beliau berhidmat kepada rakyat yang dipimpinnya, beliau tidak pernah terlena untuk menggunakan kekayaan itu untuk memanjakan diri. Beliau hidup penuh kesederhanaan. Rasul saww sangat memperhatikan rakyat-rakyat kecil. Sehingga orang-orang miskin tidak pernah sungkan makan bersama dengan pribadi besar ini. Mereka sangat dimanusiakan oleh Rasul saww. Karena merasa sebagai pencari nafkah beberapa orang suami bertindak sebagai diktator dalam keluarga. Dalam kehidupan rumah tangga dia suka memerintah dan meminta istrinya untuk menyiapkan kebutuhan pribadinya, sudah seberapa besarkah peran suami-suami yang sewenang-wenang itu untuk keluarga. Bukankah mencari nafkah memang sudah menjadi kewajiban yang harus dilakukan sebagai seorang suami. Mengapakah hal itu dijadikan alasan bahwa dia menjadi layak untuk dilayani. Jihad seorang istri adalah dengan berkhidmat pada suami mereka. Suami yang seperti apakah yang yang dimasud disini. Hanyalah suami berkepribadian mulia yang layak mendapat perlakuan semacam itu. Suami yang juga mau mengerti dan mau memahami keluarga baik istri maupun anak-anaknya. Ditangan suami dan istri yang bijaklah rumah tangga akan menjadi surga. Bersama berjuang saling menghargai, saling mengerti insyaAllah keluarga akan menjadi sakinah penuh dengan ketentraman. Dalam perjalanannya sebuah bahtera rumah tangga akan menemui permasalahan-permasalahan disebabkan perbedaan yang muncul. Pemimpin harus mampu mencari solusi, mampu memunculkan semangat mencari jawaban pemecahan, bukan menjadi penyebab dari adanya permasalahan. Pemimpin adalah penengah, ketika anak antara anggota keluarga sedang ada masalah jangan sampai ikut pada salah satu pihak tapi berusaha mencarikan solusi bagi keduannya. Dia harus punya kesiapan mental dan realistis menerima kenyataan. Salah satu penyebab munculnya permasalahan dalam keluarga adalah sikap yang suka membandingkan. Seorang suami yang suka membandingkan istrinya dengan wanita lain didepan istrinya secara langsung maka disaat yang sama dia sedang memecah pikiran dan mengahancurkan kejiwaan istrinya itu. Rasul saww. Bekata “ Yang paling baik diantara kamu adalah yang paling baik pada istrinya“. Bukankah ketika sang istri mau mengimbangi dengan sikap yang sama akan tercipta suatu pokok dasar yang kokoh sebagai pendukung tiang-tiang rumah tangga mereka? Kecacatan yang dimilliki istri atau anak kadang menjadi pemicu unutuk membandingkan mereka dengan yang lain. Seorang suami yang suka membandingkan anak mereka dengan anak lain yang lebih memiiki kesempurnaan adalah seorang bapak yang hendak membelenggu anak-anak mereka dengan keputusasaan, kemurungan, dan kerendahdirian. Membandingkan anak dengan anak lain yang kurang sempurna juga akan berakibat buruk. Sikap semacam itu akan mendidik anak menjadi seorang angkuh, sombong dan egois. Sikap membanding-bandingkan ini akan membentuk noktah-noktah cacat ruhani bagi anak atau istri yang diperbandingkan.
Bab 4 “Contoh Seorang Pemimpin”
Posisi sebagai seorang bapak sering menjadi tempat mengambil pelajaran anak dalam belajar menjadi seorang pemimpin, menjadi seorang pelindung, dan penjagaan terhadap komitment. Kepemimpianan seorang bapak didalam rumah tangga menjadi salah satu tolok ukur kepemimpinan dan sebagai pertimbangan bagi seorang anak disaat dia dituntut menjadi seorang pemimpin dalam kehidupannya.
Bab 5.“ Penghormatan Pada Sang Istri”
Keharmonisan yang terbentuk dalam keluarga akan sangat mendukung upaya pendidikan untuk anak. Penjagaan hubungan kepada istri adalah piranti penyokong terbesarnya.
Seorang wanita ketika telah menerima pinangan seorang pria maka kesempatan untuk mendapat perhatian berupa kasih sayang serta kemudahan yang lain dari keluarga sudah tidak sama sebagaimana ketika dia belum menerima pinangan. Ia ingin dihargai, dihormati. Para istri akan sangat berharap pada suaminya agar lebih menghormatinya lebih dari yang diberikan orang lain kepadanya. Penghormatan kepada istri tidak akan menjadikan suami lebih rendah bahkan hal itu akan menjadi bukti kecintaan dan kasih sayangnya pada sang istri. Ia akan sangat bahagia ketika suami yang ia cintai memanggilnya dengan nama yang ia sukai. Dengan memuliakan istri secara tidak langsung suami akan terjaga oleh istrinya, sang istri akan sangat menjaga rahasia sang suami maupun apa-apa yang dimiliki suaminya. Ketika dalam pertemuan dengan teman-temanya beberapa suami ada yang menggunakan istrinya sebagai bahan guyonan, pada saat diperlakukan seperti itu mungkin istri diam tapi bukan berarti dia suka diperlakukan seperti itu. Tidak ada satu istri pun berkenan diperlakukan semacam itu.
Jika suami menghormati istrinya, sang istri juga akan memberikan perilaku yang sama. Rasulallah saww. Menyatakan: ”Makin setia seseorang pada pada pasangannya, semakin banyak kebaikan hati yang diungkapkannya”.
Langganan:
Postingan (Atom)