Fransiska, salah satu penonton asal Jerman di acara festival musik “Performing Indonesia” yang pernah diadakan di Smithsonian, Washington, DC mengatakan “Suara gamelan sangat menarik.”
Selain Fransiska ternyata banyak penonton lain yang terpesona ketika melihat banyak warga Amerika dengan bangganya ikut tampil dan memainkan kgamelan sambil mengenakan pakaian tradisional Indonesia seperti dilansir dari pikiranrakyat.com.
Gamelan Jawa sudah diperkenalkan oleh mendiang Mantle Hood, seorang ahli musik Amerika, yang membuat program gamelan Jawa dan Bali di University of California at Los Angeles (UCLA), setelah mempelajari gamelan secara langsung di Indonesia.
Tak berselang lama kemudian ia mengundang beberapa pengajar gamelan dari Indonesia, salah satunya Hardja Susilo dari Yogyakarta yang saat ini menjadi guru gamelan di Hawaii.
Sejak itulah berbagai Universitas di AS, seperti Wesleyan, University of California, Berkeley, Cornell, Yale dan Harvard mulai mengikuti jejak UCLA dengan mengadakan kelas gamelan di kampusnya. Ketika sebuah kampus memiliki instrumen gamelan, hal tersebut pun dianggap sebuah hal yang bergengsi bagi mereka.
“Gamelan menjadi satu tanda atau simbol eksklusif,” kata Andrew Clay McGraw (39), dosen jurusan Etnomusikologi di University of Richmond, Virginia, di mana tersedia mata kuliah gamelan yang juga diajarnya.
Beberapa diantara mahasiswa yang mengambil kelas gamelan meskipun dari latar belakang jurusan yang berbeda mengakui bahwa mereka jatuh cinta saat itu juga setelah mendengar suara alunan gamelan.
Andrew mengatakan bahwa orang Amerika menganggap bahwa gamelan merupakan sebuah hal yang berbeda sehingga dianggap keren karena merupakan hal yang baru bagi mereka meskpun sebetulnya di Indonesia sudah 1000 tahun yang lalu. Andrew pun memaklumi jika anak-anak Indonesia kurang tertarik pada gamelan karena mereka sudah pernah tahun sebelumnya sementara berbeda bagi orang Amerika yang menganggap gamelan sebuah hal yang baru. [noe/liputanislam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar