Sifat Tuhan
Pangkal Agama adalah ma'rifat(pengenalan) tentang dia. Kesempurnaan ma'rifat itu adalah membenarkan-Nya. Kesempurnaan (dalam)membenarkan-Nya adalah mengimani keesaan-Nya. Kesempurnaan keimanan itu adalah memandang (menilai bahwa)Dia Suci. Kesempuranaan Dalam Pensucian-Nya ialah menolak sifat-sifat-Nya karena setiap sifat merupakan bukti bahwa (sifat) itu berbeda dengan apa yang kepadanya hal itu disifatkan(yang disifati), dan setiap sesuatu yang kepadanya disifatkan berbeda dengan sifat itu.
Ketika ada yang mengatakan 'dalam apa Tuhan itu berada' berarti telah berpendapat bahwa dia menempati suatu ruang atau tempat. Segala yang bertempat berarti terbatasi oleh tempat itu. Sesungguhnya Dia sempurna tanpa batas dan tidak ada ungkapan lebih tinggi dari kesempurnaan yang tak terbatas ini. Sesuatu yang berada disuatu tempat berarti butuh dengan ruang, tuhan tidak butuh pada siapapun dan apapun, melainkan kepada-Nyalah setiap kebutuhan akan tercukupi. Dia adalah sebab yang tidak membutuhkan sebab yang lain. Dia maha kuasa, kekuasaan-Nya tidak terbatasi sama sekali (nahjul balaghah).
Ketika ada yang mengatakan Tuhan itu dua berarti telah menyekutukan-Nya ketika tuhan itu dua maka kekuasaan satu dari keduanya terbatas oleh kekuasaan yang lain, jadi keduanya tidak bisa disebut dengan Tuhan, karena kekuasaan keduanya terbatas. Jadi Tuhan tidak muingkin lebih dari satu.
Terus Tuhan itu siapa? Siapa namanya?Tuhan sebagai pencipta Manusia mengetahui secara terperinci kelebihan maupun keterbatasan yang dimiliki mereka. Dia dengan Kebijakan-Nya menyiapkan apa yang dibutuhkan oleh manusia sedemikian rupa sehingga mereka bisa mengenali Tuhan mereka. Serta mampu menapaki jejak menuju tujuan dari penciptaan manusia yaitu kemuliaan.
Apakah sarana itu? Aqal dan nabi adalah alat yang bisa menghantar manusia untuk mengenali siapa itu Tuhan. Para Nabi inilah sayap pelengkap bagi aqal manusia untuk dapat terbang menuju tangga-tangga kemuliaan
Aqal manusia itu terbatas, dengan aqal, manusia hanya bisa mengenali hal yang baik hal yang burukl. Dengan aqal, manusia hanya bisa mengetahui bahwa Tuhan itu memang ada dan esa serta memiliki semua kesempurnaan. Aqal tidak bisa mengenali siapa nama Tuhan, dia harus dibimbing. Pembimbing itu adalah para Nabi dan insan terpilih.
Aqal dan nabi adalah pasangan anggun yang saling melengkapi keduanya tidak ada pertentangan walau sedikit. dengan aqal manusia mengenali nabi, Mengenali seorang yang mengaku sebagai nabi bahwa dia adalah benar-benar seorang nabi atau bukan. Manusia bisa mengkaji manusia yang mengaku nabi dengan menggunakan aqal mereka. Ketika yang dibawa, dilakukan disampaikan orang yang mengaku nabi itu masuk aqal maka dia benar-benar nabi. Ketika tidak maka dia hanya mengaku-aku semata. Kepada nabi yang sesuai dengan akal inilah manusia bisa mendapatkan jawaban. Baik dengan bertanya atau dengan mengkaji kitab yang dia bawa.
mulla shadra 2
bag 2 lanjutan bab tingkatan
eksistensi.
Pada saat semua tingkatan dunia intelek dibangkitkan maka akan membangkitkan generasi baru sebagai efek. Yakni munculnya dunia idea. Walaupun eksistensi-eksistensi tersebut abstrak dan hampa materi, namun mereka memiliki sifat materialis seperti kuantitas, bentuk, dan lain-lain. Tingkatan selanjutnya adalah eksistensi-eksistensi dunia materi yang merupakan efek dari dunia idea. Eksistensi ini memiliki sifat kematerialismean. Dunia ini akan turun pada eksistensi paling rendah yang merupakan materi utama yang tidak memiliki aktualitas tetapi menerima aktualitas dan cenderung teraktualisasi. Ada beberapa tingkatan pada perjalanan lingkaran naik (ascent) dan itulah mengapa eksistensi yang paling rendah dapat naik pada tingkatan yang lebih tinggi.
Perjalanan Evolutif Eksistensi menuju Tuhan.
Mawlawi mengatakan bahwa seluruh eksistensi dialam raya ini termasuk materi merupakan efek Tuhan, jadi semua itu bergantung pada-Nya. Dan semestinya menerima rahmat eksistensi dari-Nya, sehingga akan muncul makhluk-makhluk yang lain setiap saat. Disisi lain prinsip pertentangan mengendalikan alam raya karena tiap bagian dunia saling bertentangan agar dapat mengikuti jalannya masing-masing menuju kesempurnaan. Pertentangan tersebut sebetulnya diperlukan bagi eksistensi-eksistensi tersebut yaitu dengan menerima eksistensi dari dunia yang lebih tinggi. Dengan demikian, mawlawi meyakini adanya perjalanan evolusi dunia dan manusia akan melalui proses tersebut, sehingga materi dan tubuh akan menjadi hewan, hewan dan apa yang dimakan oleh manusia akan menjadi bagian dari manusia, kemudian akan melalui perjalanan evolusi embrio dan mencapai tingkat dimana mereka akan menjadi suatu ciptaan yang memiliki eksistensi dan menerima ruh manusia yang turun dari dunia yang lebih tinggi yaitu Tuhan. Ruh tersebut akan melalui perjalanan evolusi dalam tubuh manusia sampai melewati dunia malaikat dan itulah proses naik yang dilalui untuk menuju tingkat eksistensi yang lebih tinggi.
Mulla Shadra meyakini adanya gerak substansial dan esensi memancar kepada seluruh eksistensi materi. Dan atas dasar ini ia mengatakan bahwa esensi dan realitas akan selalu menjadi baru setiap saat. Berdasarkan gerak substansial ini keseluruhan eksistensi didunia ini akan selalu bergantung pada Rahmat Tuhan dalam perjalanan menuju tingkat kesempurnaan. Disini seluruh gerak sedang mengalami evolusi materi melalui dunia dan akan terus berjalan menuju tingkat kesempurnaan yang lebih tinggi dengan keseluruhan esensi dan identitasnya. Proses ini juga terjadi di dunia materi termasuk ruh manusia yang pada awalnya memiliki eksistensi tubuh. Mulla shadra menekankan prinsip pertentangan dalam dunia materi sebagai landasan untuk menerima rahmat tuhan.
Dunia Makhluk Menuju Tuhan.
Mawlawi mengatakan bahwa segala sesuatu yang telah terpisah dari sumbernya pada akhirnya akan kembali pada sumbernya. Seluruh sifat kesempurnaan seperti kehidupan, pengetahuan, kekuatan dan sifat yang lain akan mengalir dalam diri seluruh eksistensi didunia dan akan menuju Tuhan dengan cinta, pengetahuan, dan kehidupan serta pada akhirnya akan kembali pada-Nya.
disini Mulla Shadra menyatakan bahwa seluruh eksistensi merupakan efek Tuhan. Efek tersebut merupakan tingkat yang lebih rendah yang merefleksikan kesempurnaan Tuhan berdasarkan kapasitas-Nya. Maka seluruh eksistensi akan disertai pengetahuan, kekuatan dan sifat yang lain merupakan kesempurnaan Tuhan. Salah satu sifat kesempurnaan Tuhan adalah cinta-Nya yaitu cinta Tuhan terhadap pengetahuan absolut yang mejadi penyebab penciptaan dunia dan terwujudnya manifestasi dari kesempurnaan-Nya kealam raya ini. Cinta ini menjadikan seluruh makhluk hidup mencintai kekuatan, pengetahuan, dalam aliran cinta pas makhluk tersadar untuk mencari pencapaian kesempurnaan yang kesempurnaan yang absolut yaitu Tuhan.
Komposisi Jiwa Dan Raga Manusia
Mulla Shadra meyakini bahwa jiwa pada awalnya berbentuk materi, namun kemudian akan berproses menuju kehidupan spiritual yaitu Jiwa yang diberkati dengan karakteristik tubuh dan kekuatan kemudian secara gradual melewati perjalanan esensi melewati materi, tumbuhan, hewan, hingga ia mencapai tingkat intelektualitas jiwa manusia dimana disetiap tingkatan akan menerima karakteristik khusus hingga tingkatan terakhir, yaitu tingkatan kemanusiaan manusia sempurna tertinggi.
Maulawi menilai bahwa tubuh bagaikan bayangan dari jiwa dia merupakan instrumental pengembangan jiwa dimana (disatu sisi) tubuh tergantung pada jiwa. Ruh dalam tubuh akan dipengaruhi oleh dunia materi sehingga ruh tersebut kembali keasalnya.
Karakteristik Konseptual Jiwa Manusia.
Menurut Mawlawi jiwa manusia memiliki beberapa tingkatan yaitu ruh, intelek, dan wahyu.
Ruh berada dibalik tubuh ditingkat inilah kelima indra manusia berada.
Intelek, tingkatan ini merupakan tingkatan suci dimana kebenaran metafisik dapat dipahami. Pada tingkatan ini manusia berada pada jalan yang lurus. ( manusia berjalan dengan aqal mereka)
Wahyu atau inspirasi batin. Ditingkatan ini manusia mampu menerima inspirasi dari dunia yang lebih tinggi. Dan membantu manusia yang lain guna memahami inspirasi tersebut.Dengan tiga kekuatan ini manusia mampu mencapai kesempurnaan baik dari aspek teori maupun prakteknya, yaitu kelima indra sebagai aspek materialnya mampu merefleksikan hakikat kebenaran pada diri manusia. Serta berperan sebagai instrumen dalam mencapai dunia yang lebih tinggi dengan menemukan kesadaran kehidupan spiritualnya. Mawlawi juga berpendapat bahwa kesempurnaan tertinggi hanya dapat dicapai manusia melalui konsep intuisi jadi tidak sekedar konsep intelektual dan persepsi mental semata.
Dalam masalah ini Mulla Shadra mendefinisikan kemampuan jiwa dalam beberapa kelompok.
a. Rasa ingin tahu(intelek material).
b. Kemampuan dalam aktualisasi oleh akusisi konsep utama dan penilaian.
c. Kemampuan berpikir yang telah ada sebelumnya. d. Dan tingkatan terakhir adalah intelek yang diperoleh, tempat dimana seluruh para ingin tahu diaktualisasikan. Ini adalah langkah awal manusia untuk mencapai keselarasan antara subjek dan objek. Disini intelek manusia menjadi bagian manusia itu sendiri. Dia juga menjelaskan bahwa masih ada tingkatan suci yang meniscayakan untuk mengambil kesimpulan tanpa (melalui) beberapa tingkatan sebelumnya.
Dalam pandangan Mulla Shadra intelektual, pengetahuan dan intuisi mistis merupakan aspek-aspek yang saling melengkapi. Manusia mampu menyempurnakan kemampuan teoritis mereka dengan menggunakan penalaran serta kemampuan intelektual sebagai dasar perjalanan spiritualnya demi menyempurnakan kemampuan praktisnya. Pada akhirnya manusia akan mencapai posisi manusia sempurna.
Tujuan Penciptaan dan Pentingnya Wakil Tuhan
Mawlawi mengatakan bahwa tujuan dari penciptaan adalah cinta Tuhan, yakni untuk memanivestasikan diri-Nya pada dunia yang lebih rendah. Dia berpendapat bahwa Tuhan menciptakan tingkatan eksistensi yang berbeda-beda sebagai manifestasi dan bukti akan eksistensi-Nya, sehingga eksistensi apapun merupakan manifestasi dan perwakilan diri-Nya berdasarkan kemampuan masing-masing. Manifestasinya yang sempurna tidak lain adalah manusia sempurna. Yaitu manusia yang menjadi mediator antara Diri-Nya dengan makhluk. Hal ini dikarenakan manusia sempurna mampu memantulkan hakikat kebenaran dengan lebih baik. Yang disebabkan oleh kedekatannya dengan Tuhan. Manusia sempurna telah mampu menyusun seluruh tingkatan didunia yang objektif. Dunia tanah, hewan, dan malaikat. Dia telah mencapai hakikat kebenaran.
Terkait tujuan penciptaan serta pentingnya wakil Tuhan Mulla Shadra berpendapat bahwa tujuan itu adalah untuk memanivestasikan dan memunculkan sifat-sifat dan nama-nama-Nya sesuai dengan kapasitas masing-masing eksistensi untuk menerima Rahmat-Nya. Rahmat yang memancar dan cinta-Nya pada eksistensi-Nya sendiri. Tuhan tidak memanivestasikan esensi kekuatan-Nya pada eksistensi yang bersifat mungkin (mumkinul wujud, keberadaannya bersifat mungkin). Karena itulah Dia merefleksikan diri-Nya pada wakil yang memiliki kemiripan yang sempurna seperti Tuhan dan disisi lain juga memiliki kemiripan dengan makhluk yang lebih rendah. Wakil yang mampu merefleksikan seluruh sifat dan Nama dan esensi Tuhan secara sempurna serta membawa Rahmat Tuhan kepada seluruh eksistensi yang lebih rendah. Wakil Tuhan itu adalah emanasi pertama atau ciptaan pertama Tuhan disaat proses turun (descent) yang menyatu dengan manusia sempurna, setelah ia melewati berbagai tingkatan untuk naik menyatu dengan Tuhan. Semua ini mungkin kerena sejak awal manusia sudah dibekali potensi yang lebih besar dari malaikat ataupun makhluk yang lain, sehingga manusia mampu melewati semua tingkatan makhluk bahkan tingkatan malaikat disinilah mengapa manusia mampu menerima kesempurnaan secara sempurna. Pada saat manusia mampu menghimpun semua tingkatan eksistensi dunia yang ada (dunia materi, idea dan dunia intelek) dalam dirinya maka manusia akan menjadi manifestasi dari keseluruhan sifat dan nama Tuhan.
Petualangan Menuju Tuhan
Mawlawi Rummi menyatakan bahwa perjalanan manusia menuju Tuhan yang merupakan kerelaan dimana eksistensi yang lain ada yang kembali karena keterpaksaan, hanya mungkin dilakukan dengan mengikuti jalan Tuhan, mengetahui hakikat pengetahuan dan penyucian jiwa. Refolusi spiritual jiwa yang terjadi pada perjalanan menuju Tuhan tidak lain adalah kebangkitan kembali, sementara eksistensi lainnya tidak mengalaminya. Bagi para petualang spiritual laku asketisme dengan membunuh(mengekang) keegoisan, nafsu dan keinginan akan membawa dirinya fana dalam eksistensi Tuhan, ketika petualang telah keluar dari mementingkan diri sendiri dan menghilangkan identitas dirinya maka sifat-sifat kepribadiannya menjadi sifat yang terkasih dan dan fana dalam Dirin-Nya.
Disini cinta menjadi pemercepat perjalanan pertualangan ini. Sebab cinta inilah yang membuat manusia sangat tertarik pada hakikat kebenaran. Kondisi yang sangat diidamkan oleh para petualang. Mungkin oleh eksistensi yang lain hal itu di anggap sebagai sesuatu yang menyedihkan namun tidak bagi manusia yang telah dipenuhi oleh cinta Tuhan. Dia tahu dengan siapa sedang bertemu, dia sedang bertemu dengan hakikat.
Mulla Shadra menjelaskan diperlukan empat perjalanan untuk mencapai kemampuan praktis.
1. Perjalanan makhluk menuju hakikat kebenaran. Pada saat manusia melihat sinar disiang hari dunia materi maka dia akan terikat untuk makan, minum dan yang lainnya. Dia akan terjebak dalam nafsu amarah dan yang lainnya seperti halnya hewan dan yang lainnya dan akhirnya tenggelam dalam keegoisan keinginan duniawi, akan terliput kegelapan yang akan menutupinya dari melihat Tuhan(hakikat kebenaran). Dengan terbangun dari seluruh keterikatan tersebut dan memusatkan perhatian pada pusat kebahagiaan spiritual maka dia telah mampu melalui tahap awal menuju kesempurnaan. Dia akan terbebas dari pemenuhan keinginan, kebodohan, perbudakan, nafsu dan keegoisan dan langkah ini akan membawanya menuju jalan hakikat. Dia akan memfokuskan perhatian pada-Nya dengan aktifitas religius yang menghantarkan kesucian hatinya. Pada akhirnya secara gradual dia akan menikmati indahnya cinta. Dengan mencintai hakikat dia akan melewati dunia materi dan melewati dunia idea. Disini akan muncul dunia surgawi baginya. Dia harus melewati dunia penuh keterbatasan itu dengan meningkatkan ibadah kepada Tuhan. Dengan hanya menempatkan cinta-Nya dalam dirinya. Dia tenggelam dalam mabuk cinta-Nya. Selanjutnya dia akan mampu memasuki dunia intelek, yaitu dunia malaikat. Pada awalnya dia hanya mampu mengenali bentuk-bentuk intelektual yang tampak bagi dirinya dalam waktu yang terbatas. Dan kemudian menghilang dan lama kelamaan dia mampu mengenali bentuk-bentuk intelek tersebut secara utuh. Dia mengaktualisasikan dalam jiwanya dan hakikat kebenaran akan tersingkap dalam dirinya. Eksistensinya fana dalam hakikat dan menyatu dengan-Nya inilah akhir perjalanan pertama.
2. Perjalanan dari hakikat menuju hakikat. Perjalanan ini dikendalikan oleh hakikat yang Maha Kuasa. Ini merupakan perjalanan dari esensi hakikat menuju kesempurnaan dan sifat-sifat-Nya setahap demi setahap. Sang petualang melalui intuisinya akan mampu mengenali sifat-sifat kesempurnaan tersebut. Dan dengan menghilangan sifat-sifatnya, perbuatan-perbuatan dan esensinya sendiri dan masuk dalam hakikat dia mencapai siklus wilayat. Lebih jauh lagi dia akan membaur dan tenggelam dalam kesatuan dalam Tuhan.
3. Perjalanan dari Hakikat menuju makhluk. Perjalanan ini merupakan perjalanan dari tingkatan penghilangan sifat dan sikap sebagai makhluk kepada tingkatan kesadaran menuju kehidupan ketuhanan yang mampu mengenali kembali dunia yang lebih rendah seperti dunia abstrak, dunia jiwa dan dunia materi. Disini ia juga memiliki bentuk-bentuk dunia tersebut dengan pengetahuan intuitif dan kemampuannya melihat hakikat sekaligus makhluk lainnya sehingga tetap mampu memberitahukan esensi sifat dan perbuatan Tuhan kepada para makhluk.
4. Perjalanan dari satu makhluk kepada makhluk lainnya melalui hakikat kebenaran. Dengan pengetahuan terkait keberagaman dunia dan penyebab kebahagian atau kemalangan manusia. Maka pada perjalanan ini manusia sempurna mulai membimbing, mengajari, dan mendidik manusia lain untuk mengenali Tuhannya. Apapun yang dilihatnya dia akan tetap mampu melihat hakikat melalui apa yang dilihatnya karena dia melihat segala sesuatu melalui bahaya hakikat kebenaran.
Mulla Shadra menyarankan bagi siapa yang ingin menyempurnakan kemampuan praktisnya melalui iman dan perbuatan baiknya maka dia harus menyucikan aspek lahirnya dengan melakukan aktifitas-aktifitas spiritual yang diwajibkan Tuhan seperti sholat, zakat, puasa, kegiatan kemanusiaan dan sebagainya. Selain itu dia juga harus mensucikan aspek batin dari segala hal buruk keinginan duniawi keegoisan, serta menghiasi jiwanya dengan sifat-sifat ketuhanan.
Manusia Sempurna Sebagai Mediator Rahmat Tuhan
Mawlawi berpendapat bahwa pada saat manusia sempurna telah mencapai Tuhan tanpa adanya mediator (untuk pencapaian itu) dan menjadi eksistensi yang tertinggi dan yang termulia yang berada disamping-Nya, maka seluruh rahmat Tuhan material atau spiritual akan diberikan kepada makhluk lain melalui dirinya. Disini Tuhan menghendaki dirinya menjadi asal dari seluruh sifat-sifat kesempurnaan makhluk seperti hidup, pengetahuan, kekuatan dan lainya. Sebab sifat-sifat ketuhanan telah terdapat pada diri sang perantara tersebut secara komprehensif. Manusia sempurna mampu mengendalikan alam raya atas nama Tuhan dan tentunya juga dikendalikan Tuhan serta dibawah bimbingan-Nya. Kesimpulannya tanpa manusia perantara ini maka akan sangat tidak mungkin eksis menjadi nyata. Manusia sempurna selalu dibutuhkan disetiap masa. Karena ini kita tahu bahwa mawlawi meyakini bahwa setelah Nabi Muhammad siklus wilayat belum benar-benar berakhir dan tugas manusia sempurnalah untuk melanjutkan siklus tersebut hingga hari kiamat. Mulla shadra mengatakan bahwa pada saat manusia sempurna telah menyatu dengan realitas emanasi pertama pada lingkaran naik (ascent), maka seluruh kesempurnaan akan mendatangi makhluk melalui dirinya. Dia adalah penyebab adanya kehidupan eksistensi dan seluruh sifat-sifat kesempurnaan pada makhluk yang lain seluruh makhluk ada karena dirinya.(perlu digaris bawahi bahwa ungkapan ini bukan berarti syirik karena sebab disini adalah sebab kedua yaitu sebab yang bergantung pada sebab yang lain, sebab yang tidak mematuhkan sebab itulah Tuhan _peringkas)
Manusia Sempurna Sebagai manifestasi Nama dan Sifat-Sifat Tuhan.
Maulawi berpendapat bahwa manusia sempurna memanifestasikan seluruh sifat-sifat dan nama Tuhan. Karena kemampuan untuk mewujudkan dan memantulkan nama sifat-sifat Tuhan melebihi kemampuaan makhluk lainnya. Sehingga dia dipilih oleh Tuhan sebagai manifestasi dan perantara-Nya didunia. Karena manusia sempurna menyatu dengan Tuhan dan tidak ada lagi keegoisan dan kepemilikan dalam diri-Nya maka apapun yang di manifestasikannya semuanya adalah manifestasi Tuhan maka pada saat kita melihatnya maka Tuhanlah yang kita lihat karena dialah bentuk nyata dari Tuhan.(Tuhan bukan manusia sempurna itu jadi dari kalimat terahir ini bukan berarti Tuhan itu bisa dilihat _peringkas)
Mulla shadra menyatakan bahwa pada saat manusia menjadi wakil Tuhan maka Tuhan akan mengaktualisasikan perluasan kerajaan-Nya pada seluruh tingkatan eksistensi._Ini merupakan tujuan penciptaan dalam dirinya_ dan karena itu seluruh eksistensi mencari pengetahuannya kepada Tuhan melalui eksistensi wakil dari Tuhan ini. Wakil yang tidak lagi terikat dan terbatasi oleh kondisi duniawi. Salah satu hal yang menjadi keharusan bagi manusia sempurna adalah menampakkan sifat-sifat dan nama-nama Tuhan.
Pengetahuan Manusia Sempurna.
Menurut Mawlawi pengetahuan manusia sempurna bersifat intuitif, yang paling cepat ada karena dia telah fana dalam diri Tuhan dan menyatu dengan-Nya. Dia mengetahui nama dan sifat Tuhan dan memandang semua tindakan sebagai perbuatan Tuhan, ia merasakan segala kemurahan dan kemarahan, kenyamanan dan kesulitan dan lain sebagainya yang datang dari Tuhan. Sehingga ia menikmati semua hal tersebut tanpa harus merasa terpengaruh atau terbebani karenanya.
Mulla shadra memandang bahwa manusia sempurna memandang sesuatu secara objektif bukan subjektif. Manusia sempurna sebagai manifestasi pengetahuan Tuhan mampu mengenali seluruh sifat-sifat Tuhan, termasuk dunia yang lebih rendah. Dia juga mampu mengetahui rahasia Tuhan tidak hanya sekedar secara konseptual tetapi juga secara intuitif. Dia mampu melihat Tuhan pada segala sesuatu karena pada dasarnya semua hal adalah refleksi hakikat kebenaran.
Kekuasaan Manusia sempurna.
Mawlawi dan Mulla shadra menyatakan bahwa pada saat manusia sempurna menjadi mediator seluruh rahmat Tuhan dan seluruh esensi kesempurnaan bagi seluruh makhluk serta sebagai manifestasi sifat-sifat hakikat kebenaran yang diantaranya adalah kekuatan, kekusasan, dan yang lainnya maka dia telah diberkati dengan kekuatan yang sangat besar untuk mengirimkan eksistensi baik berupa material maupun kesempurnaan spiritual kepada seluruh alam dan mengendalikannya. Dia diberkati dengan kekuatan untuk mengontrol dirinya dan kualitas batin dalam dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar