Kamis, 26 Juni 2008
Relawan
Betapapun juga keberadaan para relawan teramat besar peran positifnya. Selain tuntutan pengorbanan waktu tenaga maupun dana mereka dituntut untuk memiliki ketrampilan dengan baik. Tanpa semua itu mereka tidak bisa menjadi relawan. Mereka hanya akan memberi beban.
Sabtu, 14 Juni 2008
Rangkai Ketakjuban
Kala malam kembali tertaut
kupandang mata sembab yang terbasah hujan sedih penyesalan
samar terdengar telinga yang menilik
sebuah lantun harap disela isak yang begitu tersengal berat mengandungi juta makna
tuhan kembali aku diperaduan kasih Mu setelah keingkaran dan kejahatamku
begitu berat dan berpeluh makna ucapan itu
ungkap antara takut, cinta,
takjub, serta kedekatan yang teraduk menyatu hatinya pada Sang Junjungan
kupandang mata sembab yang terbasah hujan sedih penyesalan
samar terdengar telinga yang menilik
sebuah lantun harap disela isak yang begitu tersengal berat mengandungi juta makna
tuhan kembali aku diperaduan kasih Mu setelah keingkaran dan kejahatamku
begitu berat dan berpeluh makna ucapan itu
ungkap antara takut, cinta,
takjub, serta kedekatan yang teraduk menyatu hatinya pada Sang Junjungan
Sabtu, 07 Juni 2008
Mulla shadra 2
Sifat Tuhan
Pangkal Agama adalah ma'rifat(pengenalan) tentang dia. Kesempurnaan ma'rifat itu adalah membenarkan-Nya. Kesempurnaan (dalam)membenarkan-Nya adalah mengimani keesaan-Nya. Kesempurnaan keimanan itu adalah memandang (menilai bahwa)Dia Suci. Kesempuranaan Dalam Pensucian-Nya ialah menolak sifat-sifat-Nya karena setiap sifat merupakan bukti bahwa (sifat) itu berbeda dengan apa yang kepadanya hal itu disifatkan(yang disifati), dan setiap sesuatu yang kepadanya disifatkan berbeda dengan sifat itu.
Ketika ada yang mengatakan 'dalam apa Tuhan itu berada' berarti telah berpendapat bahwa dia menempati suatu ruang atau tempat. Segala yang bertempat berarti terbatasi oleh tempat itu. Sesungguhnya Dia sempurna tanpa batas dan tidak ada ungkapan lebih tinggi dari kesempurnaan yang tak terbatas ini. Sesuatu yang berada disuatu tempat berarti butuh dengan ruang, tuhan tidak butuh pada siapapun dan apapun, melainkan kepada-Nyalah setiap kebutuhan akan tercukupi. Dia adalah sebab yang tidak membutuhkan sebab yang lain. Dia maha kuasa, kekuasaan-Nya tidak terbatasi sama sekali (nahjul balaghah).
Ketika ada yang mengatakan Tuhan itu dua berarti telah menyekutukan-Nya ketika tuhan itu dua maka kekuasaan satu dari keduanya terbatas oleh kekuasaan yang lain, jadi keduanya tidak bisa disebut dengan Tuhan, karena kekuasaan keduanya terbatas. Jadi Tuhan tidak muingkin lebih dari satu.
Terus Tuhan itu siapa? Siapa namanya?Tuhan sebagai pencipta Manusia mengetahui secara terperinci kelebihan maupun keterbatasan yang dimiliki mereka. Dia dengan Kebijakan-Nya menyiapkan apa yang dibutuhkan oleh manusia sedemikian rupa sehingga mereka bisa mengenali Tuhan mereka. Serta mampu menapaki jejak menuju tujuan dari penciptaan manusia yaitu kemuliaan.
Apakah sarana itu? Aqal dan nabi adalah alat yang bisa menghantar manusia untuk mengenali siapa itu Tuhan. Para Nabi inilah sayap pelengkap bagi aqal manusia untuk dapat terbang menuju tangga-tangga kemuliaan
Aqal manusia itu terbatas, dengan aqal, manusia hanya bisa mengenali hal yang baik hal yang burukl. Dengan aqal, manusia hanya bisa mengetahui bahwa Tuhan itu memang ada dan esa serta memiliki semua kesempurnaan. Aqal tidak bisa mengenali siapa nama Tuhan, dia harus dibimbing. Pembimbing itu adalah para Nabi dan insan terpilih.
Aqal dan nabi adalah pasangan anggun yang saling melengkapi keduanya tidak ada pertentangan walau sedikit. dengan aqal manusia mengenali nabi, Mengenali seorang yang mengaku sebagai nabi bahwa dia adalah benar-benar seorang nabi atau bukan. Manusia bisa mengkaji manusia yang mengaku nabi dengan menggunakan aqal mereka. Ketika yang dibawa, dilakukan disampaikan orang yang mengaku nabi itu masuk aqal maka dia benar-benar nabi. Ketika tidak maka dia hanya mengaku-aku semata. Kepada nabi yang sesuai dengan akal inilah manusia bisa mendapatkan jawaban. Baik dengan bertanya atau dengan mengkaji kitab yang dia bawa.
mulla shadra 2
bag 2 lanjutan bab tingkatan
eksistensi.
Pada saat semua tingkatan dunia intelek dibangkitkan maka akan membangkitkan generasi baru sebagai efek. Yakni munculnya dunia idea. Walaupun eksistensi-eksistensi tersebut abstrak dan hampa materi, namun mereka memiliki sifat materialis seperti kuantitas, bentuk, dan lain-lain. Tingkatan selanjutnya adalah eksistensi-eksistensi dunia materi yang merupakan efek dari dunia idea. Eksistensi ini memiliki sifat kematerialismean. Dunia ini akan turun pada eksistensi paling rendah yang merupakan materi utama yang tidak memiliki aktualitas tetapi menerima aktualitas dan cenderung teraktualisasi. Ada beberapa tingkatan pada perjalanan lingkaran naik (ascent) dan itulah mengapa eksistensi yang paling rendah dapat naik pada tingkatan yang lebih tinggi.
Perjalanan Evolutif Eksistensi menuju Tuhan.
Mawlawi mengatakan bahwa seluruh eksistensi dialam raya ini termasuk materi merupakan efek Tuhan, jadi semua itu bergantung pada-Nya. Dan semestinya menerima rahmat eksistensi dari-Nya, sehingga akan muncul makhluk-makhluk yang lain setiap saat. Disisi lain prinsip pertentangan mengendalikan alam raya karena tiap bagian dunia saling bertentangan agar dapat mengikuti jalannya masing-masing menuju kesempurnaan. Pertentangan tersebut sebetulnya diperlukan bagi eksistensi-eksistensi tersebut yaitu dengan menerima eksistensi dari dunia yang lebih tinggi. Dengan demikian, mawlawi meyakini adanya perjalanan evolusi dunia dan manusia akan melalui proses tersebut, sehingga materi dan tubuh akan menjadi hewan, hewan dan apa yang dimakan oleh manusia akan menjadi bagian dari manusia, kemudian akan melalui perjalanan evolusi embrio dan mencapai tingkat dimana mereka akan menjadi suatu ciptaan yang memiliki eksistensi dan menerima ruh manusia yang turun dari dunia yang lebih tinggi yaitu Tuhan. Ruh tersebut akan melalui perjalanan evolusi dalam tubuh manusia sampai melewati dunia malaikat dan itulah proses naik yang dilalui untuk menuju tingkat eksistensi yang lebih tinggi.
Mulla Shadra meyakini adanya gerak substansial dan esensi memancar kepada seluruh eksistensi materi. Dan atas dasar ini ia mengatakan bahwa esensi dan realitas akan selalu menjadi baru setiap saat. Berdasarkan gerak substansial ini keseluruhan eksistensi didunia ini akan selalu bergantung pada Rahmat Tuhan dalam perjalanan menuju tingkat kesempurnaan. Disini seluruh gerak sedang mengalami evolusi materi melalui dunia dan akan terus berjalan menuju tingkat kesempurnaan yang lebih tinggi dengan keseluruhan esensi dan identitasnya. Proses ini juga terjadi di dunia materi termasuk ruh manusia yang pada awalnya memiliki eksistensi tubuh. Mulla shadra menekankan prinsip pertentangan dalam dunia materi sebagai landasan untuk menerima rahmat tuhan.
Dunia Makhluk Menuju Tuhan.
Mawlawi mengatakan bahwa segala sesuatu yang telah terpisah dari sumbernya pada akhirnya akan kembali pada sumbernya. Seluruh sifat kesempurnaan seperti kehidupan, pengetahuan, kekuatan dan sifat yang lain akan mengalir dalam diri seluruh eksistensi didunia dan akan menuju Tuhan dengan cinta, pengetahuan, dan kehidupan serta pada akhirnya akan kembali pada-Nya.
disini Mulla Shadra menyatakan bahwa seluruh eksistensi merupakan efek Tuhan. Efek tersebut merupakan tingkat yang lebih rendah yang merefleksikan kesempurnaan Tuhan berdasarkan kapasitas-Nya. Maka seluruh eksistensi akan disertai pengetahuan, kekuatan dan sifat yang lain merupakan kesempurnaan Tuhan. Salah satu sifat kesempurnaan Tuhan adalah cinta-Nya yaitu cinta Tuhan terhadap pengetahuan absolut yang mejadi penyebab penciptaan dunia dan terwujudnya manifestasi dari kesempurnaan-Nya kealam raya ini. Cinta ini menjadikan seluruh makhluk hidup mencintai kekuatan, pengetahuan, dalam aliran cinta pas makhluk tersadar untuk mencari pencapaian kesempurnaan yang kesempurnaan yang absolut yaitu Tuhan.
Komposisi Jiwa Dan Raga Manusia
Mulla Shadra meyakini bahwa jiwa pada awalnya berbentuk materi, namun kemudian akan berproses menuju kehidupan spiritual yaitu Jiwa yang diberkati dengan karakteristik tubuh dan kekuatan kemudian secara gradual melewati perjalanan esensi melewati materi, tumbuhan, hewan, hingga ia mencapai tingkat intelektualitas jiwa manusia dimana disetiap tingkatan akan menerima karakteristik khusus hingga tingkatan terakhir, yaitu tingkatan kemanusiaan manusia sempurna tertinggi.
Maulawi menilai bahwa tubuh bagaikan bayangan dari jiwa dia merupakan instrumental pengembangan jiwa dimana (disatu sisi) tubuh tergantung pada jiwa. Ruh dalam tubuh akan dipengaruhi oleh dunia materi sehingga ruh tersebut kembali keasalnya.
Karakteristik Konseptual Jiwa Manusia.
Menurut Mawlawi jiwa manusia memiliki beberapa tingkatan yaitu ruh, intelek, dan wahyu.
Ruh berada dibalik tubuh ditingkat inilah kelima indra manusia berada.
Intelek, tingkatan ini merupakan tingkatan suci dimana kebenaran metafisik dapat dipahami. Pada tingkatan ini manusia berada pada jalan yang lurus. ( manusia berjalan dengan aqal mereka)
Wahyu atau inspirasi batin. Ditingkatan ini manusia mampu menerima inspirasi dari dunia yang lebih tinggi. Dan membantu manusia yang lain guna memahami inspirasi tersebut.Dengan tiga kekuatan ini manusia mampu mencapai kesempurnaan baik dari aspek teori maupun prakteknya, yaitu kelima indra sebagai aspek materialnya mampu merefleksikan hakikat kebenaran pada diri manusia. Serta berperan sebagai instrumen dalam mencapai dunia yang lebih tinggi dengan menemukan kesadaran kehidupan spiritualnya. Mawlawi juga berpendapat bahwa kesempurnaan tertinggi hanya dapat dicapai manusia melalui konsep intuisi jadi tidak sekedar konsep intelektual dan persepsi mental semata.
Dalam masalah ini Mulla Shadra mendefinisikan kemampuan jiwa dalam beberapa kelompok.
a. Rasa ingin tahu(intelek material).
b. Kemampuan dalam aktualisasi oleh akusisi konsep utama dan penilaian.
c. Kemampuan berpikir yang telah ada sebelumnya. d. Dan tingkatan terakhir adalah intelek yang diperoleh, tempat dimana seluruh para ingin tahu diaktualisasikan. Ini adalah langkah awal manusia untuk mencapai keselarasan antara subjek dan objek. Disini intelek manusia menjadi bagian manusia itu sendiri. Dia juga menjelaskan bahwa masih ada tingkatan suci yang meniscayakan untuk mengambil kesimpulan tanpa (melalui) beberapa tingkatan sebelumnya.
Dalam pandangan Mulla Shadra intelektual, pengetahuan dan intuisi mistis merupakan aspek-aspek yang saling melengkapi. Manusia mampu menyempurnakan kemampuan teoritis mereka dengan menggunakan penalaran serta kemampuan intelektual sebagai dasar perjalanan spiritualnya demi menyempurnakan kemampuan praktisnya. Pada akhirnya manusia akan mencapai posisi manusia sempurna.
Tujuan Penciptaan dan Pentingnya Wakil Tuhan
Mawlawi mengatakan bahwa tujuan dari penciptaan adalah cinta Tuhan, yakni untuk memanivestasikan diri-Nya pada dunia yang lebih rendah. Dia berpendapat bahwa Tuhan menciptakan tingkatan eksistensi yang berbeda-beda sebagai manifestasi dan bukti akan eksistensi-Nya, sehingga eksistensi apapun merupakan manifestasi dan perwakilan diri-Nya berdasarkan kemampuan masing-masing. Manifestasinya yang sempurna tidak lain adalah manusia sempurna. Yaitu manusia yang menjadi mediator antara Diri-Nya dengan makhluk. Hal ini dikarenakan manusia sempurna mampu memantulkan hakikat kebenaran dengan lebih baik. Yang disebabkan oleh kedekatannya dengan Tuhan. Manusia sempurna telah mampu menyusun seluruh tingkatan didunia yang objektif. Dunia tanah, hewan, dan malaikat. Dia telah mencapai hakikat kebenaran.
Terkait tujuan penciptaan serta pentingnya wakil Tuhan Mulla Shadra berpendapat bahwa tujuan itu adalah untuk memanivestasikan dan memunculkan sifat-sifat dan nama-nama-Nya sesuai dengan kapasitas masing-masing eksistensi untuk menerima Rahmat-Nya. Rahmat yang memancar dan cinta-Nya pada eksistensi-Nya sendiri. Tuhan tidak memanivestasikan esensi kekuatan-Nya pada eksistensi yang bersifat mungkin (mumkinul wujud, keberadaannya bersifat mungkin). Karena itulah Dia merefleksikan diri-Nya pada wakil yang memiliki kemiripan yang sempurna seperti Tuhan dan disisi lain juga memiliki kemiripan dengan makhluk yang lebih rendah. Wakil yang mampu merefleksikan seluruh sifat dan Nama dan esensi Tuhan secara sempurna serta membawa Rahmat Tuhan kepada seluruh eksistensi yang lebih rendah. Wakil Tuhan itu adalah emanasi pertama atau ciptaan pertama Tuhan disaat proses turun (descent) yang menyatu dengan manusia sempurna, setelah ia melewati berbagai tingkatan untuk naik menyatu dengan Tuhan. Semua ini mungkin kerena sejak awal manusia sudah dibekali potensi yang lebih besar dari malaikat ataupun makhluk yang lain, sehingga manusia mampu melewati semua tingkatan makhluk bahkan tingkatan malaikat disinilah mengapa manusia mampu menerima kesempurnaan secara sempurna. Pada saat manusia mampu menghimpun semua tingkatan eksistensi dunia yang ada (dunia materi, idea dan dunia intelek) dalam dirinya maka manusia akan menjadi manifestasi dari keseluruhan sifat dan nama Tuhan.
Petualangan Menuju Tuhan
Mawlawi Rummi menyatakan bahwa perjalanan manusia menuju Tuhan yang merupakan kerelaan dimana eksistensi yang lain ada yang kembali karena keterpaksaan, hanya mungkin dilakukan dengan mengikuti jalan Tuhan, mengetahui hakikat pengetahuan dan penyucian jiwa. Refolusi spiritual jiwa yang terjadi pada perjalanan menuju Tuhan tidak lain adalah kebangkitan kembali, sementara eksistensi lainnya tidak mengalaminya. Bagi para petualang spiritual laku asketisme dengan membunuh(mengekang) keegoisan, nafsu dan keinginan akan membawa dirinya fana dalam eksistensi Tuhan, ketika petualang telah keluar dari mementingkan diri sendiri dan menghilangkan identitas dirinya maka sifat-sifat kepribadiannya menjadi sifat yang terkasih dan dan fana dalam Dirin-Nya.
Disini cinta menjadi pemercepat perjalanan pertualangan ini. Sebab cinta inilah yang membuat manusia sangat tertarik pada hakikat kebenaran. Kondisi yang sangat diidamkan oleh para petualang. Mungkin oleh eksistensi yang lain hal itu di anggap sebagai sesuatu yang menyedihkan namun tidak bagi manusia yang telah dipenuhi oleh cinta Tuhan. Dia tahu dengan siapa sedang bertemu, dia sedang bertemu dengan hakikat.
Mulla Shadra menjelaskan diperlukan empat perjalanan untuk mencapai kemampuan praktis.
1. Perjalanan makhluk menuju hakikat kebenaran. Pada saat manusia melihat sinar disiang hari dunia materi maka dia akan terikat untuk makan, minum dan yang lainnya. Dia akan terjebak dalam nafsu amarah dan yang lainnya seperti halnya hewan dan yang lainnya dan akhirnya tenggelam dalam keegoisan keinginan duniawi, akan terliput kegelapan yang akan menutupinya dari melihat Tuhan(hakikat kebenaran). Dengan terbangun dari seluruh keterikatan tersebut dan memusatkan perhatian pada pusat kebahagiaan spiritual maka dia telah mampu melalui tahap awal menuju kesempurnaan. Dia akan terbebas dari pemenuhan keinginan, kebodohan, perbudakan, nafsu dan keegoisan dan langkah ini akan membawanya menuju jalan hakikat. Dia akan memfokuskan perhatian pada-Nya dengan aktifitas religius yang menghantarkan kesucian hatinya. Pada akhirnya secara gradual dia akan menikmati indahnya cinta. Dengan mencintai hakikat dia akan melewati dunia materi dan melewati dunia idea. Disini akan muncul dunia surgawi baginya. Dia harus melewati dunia penuh keterbatasan itu dengan meningkatkan ibadah kepada Tuhan. Dengan hanya menempatkan cinta-Nya dalam dirinya. Dia tenggelam dalam mabuk cinta-Nya. Selanjutnya dia akan mampu memasuki dunia intelek, yaitu dunia malaikat. Pada awalnya dia hanya mampu mengenali bentuk-bentuk intelektual yang tampak bagi dirinya dalam waktu yang terbatas. Dan kemudian menghilang dan lama kelamaan dia mampu mengenali bentuk-bentuk intelek tersebut secara utuh. Dia mengaktualisasikan dalam jiwanya dan hakikat kebenaran akan tersingkap dalam dirinya. Eksistensinya fana dalam hakikat dan menyatu dengan-Nya inilah akhir perjalanan pertama.
2. Perjalanan dari hakikat menuju hakikat. Perjalanan ini dikendalikan oleh hakikat yang Maha Kuasa. Ini merupakan perjalanan dari esensi hakikat menuju kesempurnaan dan sifat-sifat-Nya setahap demi setahap. Sang petualang melalui intuisinya akan mampu mengenali sifat-sifat kesempurnaan tersebut. Dan dengan menghilangan sifat-sifatnya, perbuatan-perbuatan dan esensinya sendiri dan masuk dalam hakikat dia mencapai siklus wilayat. Lebih jauh lagi dia akan membaur dan tenggelam dalam kesatuan dalam Tuhan.
3. Perjalanan dari Hakikat menuju makhluk. Perjalanan ini merupakan perjalanan dari tingkatan penghilangan sifat dan sikap sebagai makhluk kepada tingkatan kesadaran menuju kehidupan ketuhanan yang mampu mengenali kembali dunia yang lebih rendah seperti dunia abstrak, dunia jiwa dan dunia materi. Disini ia juga memiliki bentuk-bentuk dunia tersebut dengan pengetahuan intuitif dan kemampuannya melihat hakikat sekaligus makhluk lainnya sehingga tetap mampu memberitahukan esensi sifat dan perbuatan Tuhan kepada para makhluk.
4. Perjalanan dari satu makhluk kepada makhluk lainnya melalui hakikat kebenaran. Dengan pengetahuan terkait keberagaman dunia dan penyebab kebahagian atau kemalangan manusia. Maka pada perjalanan ini manusia sempurna mulai membimbing, mengajari, dan mendidik manusia lain untuk mengenali Tuhannya. Apapun yang dilihatnya dia akan tetap mampu melihat hakikat melalui apa yang dilihatnya karena dia melihat segala sesuatu melalui bahaya hakikat kebenaran.
Mulla Shadra menyarankan bagi siapa yang ingin menyempurnakan kemampuan praktisnya melalui iman dan perbuatan baiknya maka dia harus menyucikan aspek lahirnya dengan melakukan aktifitas-aktifitas spiritual yang diwajibkan Tuhan seperti sholat, zakat, puasa, kegiatan kemanusiaan dan sebagainya. Selain itu dia juga harus mensucikan aspek batin dari segala hal buruk keinginan duniawi keegoisan, serta menghiasi jiwanya dengan sifat-sifat ketuhanan.
Manusia Sempurna Sebagai Mediator Rahmat Tuhan
Mawlawi berpendapat bahwa pada saat manusia sempurna telah mencapai Tuhan tanpa adanya mediator (untuk pencapaian itu) dan menjadi eksistensi yang tertinggi dan yang termulia yang berada disamping-Nya, maka seluruh rahmat Tuhan material atau spiritual akan diberikan kepada makhluk lain melalui dirinya. Disini Tuhan menghendaki dirinya menjadi asal dari seluruh sifat-sifat kesempurnaan makhluk seperti hidup, pengetahuan, kekuatan dan lainya. Sebab sifat-sifat ketuhanan telah terdapat pada diri sang perantara tersebut secara komprehensif. Manusia sempurna mampu mengendalikan alam raya atas nama Tuhan dan tentunya juga dikendalikan Tuhan serta dibawah bimbingan-Nya. Kesimpulannya tanpa manusia perantara ini maka akan sangat tidak mungkin eksis menjadi nyata. Manusia sempurna selalu dibutuhkan disetiap masa. Karena ini kita tahu bahwa mawlawi meyakini bahwa setelah Nabi Muhammad siklus wilayat belum benar-benar berakhir dan tugas manusia sempurnalah untuk melanjutkan siklus tersebut hingga hari kiamat. Mulla shadra mengatakan bahwa pada saat manusia sempurna telah menyatu dengan realitas emanasi pertama pada lingkaran naik (ascent), maka seluruh kesempurnaan akan mendatangi makhluk melalui dirinya. Dia adalah penyebab adanya kehidupan eksistensi dan seluruh sifat-sifat kesempurnaan pada makhluk yang lain seluruh makhluk ada karena dirinya.(perlu digaris bawahi bahwa ungkapan ini bukan berarti syirik karena sebab disini adalah sebab kedua yaitu sebab yang bergantung pada sebab yang lain, sebab yang tidak mematuhkan sebab itulah Tuhan _peringkas)
Manusia Sempurna Sebagai manifestasi Nama dan Sifat-Sifat Tuhan.
Maulawi berpendapat bahwa manusia sempurna memanifestasikan seluruh sifat-sifat dan nama Tuhan. Karena kemampuan untuk mewujudkan dan memantulkan nama sifat-sifat Tuhan melebihi kemampuaan makhluk lainnya. Sehingga dia dipilih oleh Tuhan sebagai manifestasi dan perantara-Nya didunia. Karena manusia sempurna menyatu dengan Tuhan dan tidak ada lagi keegoisan dan kepemilikan dalam diri-Nya maka apapun yang di manifestasikannya semuanya adalah manifestasi Tuhan maka pada saat kita melihatnya maka Tuhanlah yang kita lihat karena dialah bentuk nyata dari Tuhan.(Tuhan bukan manusia sempurna itu jadi dari kalimat terahir ini bukan berarti Tuhan itu bisa dilihat _peringkas)
Mulla shadra menyatakan bahwa pada saat manusia menjadi wakil Tuhan maka Tuhan akan mengaktualisasikan perluasan kerajaan-Nya pada seluruh tingkatan eksistensi._Ini merupakan tujuan penciptaan dalam dirinya_ dan karena itu seluruh eksistensi mencari pengetahuannya kepada Tuhan melalui eksistensi wakil dari Tuhan ini. Wakil yang tidak lagi terikat dan terbatasi oleh kondisi duniawi. Salah satu hal yang menjadi keharusan bagi manusia sempurna adalah menampakkan sifat-sifat dan nama-nama Tuhan.
Pengetahuan Manusia Sempurna.
Menurut Mawlawi pengetahuan manusia sempurna bersifat intuitif, yang paling cepat ada karena dia telah fana dalam diri Tuhan dan menyatu dengan-Nya. Dia mengetahui nama dan sifat Tuhan dan memandang semua tindakan sebagai perbuatan Tuhan, ia merasakan segala kemurahan dan kemarahan, kenyamanan dan kesulitan dan lain sebagainya yang datang dari Tuhan. Sehingga ia menikmati semua hal tersebut tanpa harus merasa terpengaruh atau terbebani karenanya.
Mulla shadra memandang bahwa manusia sempurna memandang sesuatu secara objektif bukan subjektif. Manusia sempurna sebagai manifestasi pengetahuan Tuhan mampu mengenali seluruh sifat-sifat Tuhan, termasuk dunia yang lebih rendah. Dia juga mampu mengetahui rahasia Tuhan tidak hanya sekedar secara konseptual tetapi juga secara intuitif. Dia mampu melihat Tuhan pada segala sesuatu karena pada dasarnya semua hal adalah refleksi hakikat kebenaran.
Kekuasaan Manusia sempurna.
Mawlawi dan Mulla shadra menyatakan bahwa pada saat manusia sempurna menjadi mediator seluruh rahmat Tuhan dan seluruh esensi kesempurnaan bagi seluruh makhluk serta sebagai manifestasi sifat-sifat hakikat kebenaran yang diantaranya adalah kekuatan, kekusasan, dan yang lainnya maka dia telah diberkati dengan kekuatan yang sangat besar untuk mengirimkan eksistensi baik berupa material maupun kesempurnaan spiritual kepada seluruh alam dan mengendalikannya. Dia diberkati dengan kekuatan untuk mengontrol dirinya dan kualitas batin dalam dirinya.
Pangkal Agama adalah ma'rifat(pengenalan) tentang dia. Kesempurnaan ma'rifat itu adalah membenarkan-Nya. Kesempurnaan (dalam)membenarkan-Nya adalah mengimani keesaan-Nya. Kesempurnaan keimanan itu adalah memandang (menilai bahwa)Dia Suci. Kesempuranaan Dalam Pensucian-Nya ialah menolak sifat-sifat-Nya karena setiap sifat merupakan bukti bahwa (sifat) itu berbeda dengan apa yang kepadanya hal itu disifatkan(yang disifati), dan setiap sesuatu yang kepadanya disifatkan berbeda dengan sifat itu.
Ketika ada yang mengatakan 'dalam apa Tuhan itu berada' berarti telah berpendapat bahwa dia menempati suatu ruang atau tempat. Segala yang bertempat berarti terbatasi oleh tempat itu. Sesungguhnya Dia sempurna tanpa batas dan tidak ada ungkapan lebih tinggi dari kesempurnaan yang tak terbatas ini. Sesuatu yang berada disuatu tempat berarti butuh dengan ruang, tuhan tidak butuh pada siapapun dan apapun, melainkan kepada-Nyalah setiap kebutuhan akan tercukupi. Dia adalah sebab yang tidak membutuhkan sebab yang lain. Dia maha kuasa, kekuasaan-Nya tidak terbatasi sama sekali (nahjul balaghah).
Ketika ada yang mengatakan Tuhan itu dua berarti telah menyekutukan-Nya ketika tuhan itu dua maka kekuasaan satu dari keduanya terbatas oleh kekuasaan yang lain, jadi keduanya tidak bisa disebut dengan Tuhan, karena kekuasaan keduanya terbatas. Jadi Tuhan tidak muingkin lebih dari satu.
Terus Tuhan itu siapa? Siapa namanya?Tuhan sebagai pencipta Manusia mengetahui secara terperinci kelebihan maupun keterbatasan yang dimiliki mereka. Dia dengan Kebijakan-Nya menyiapkan apa yang dibutuhkan oleh manusia sedemikian rupa sehingga mereka bisa mengenali Tuhan mereka. Serta mampu menapaki jejak menuju tujuan dari penciptaan manusia yaitu kemuliaan.
Apakah sarana itu? Aqal dan nabi adalah alat yang bisa menghantar manusia untuk mengenali siapa itu Tuhan. Para Nabi inilah sayap pelengkap bagi aqal manusia untuk dapat terbang menuju tangga-tangga kemuliaan
Aqal manusia itu terbatas, dengan aqal, manusia hanya bisa mengenali hal yang baik hal yang burukl. Dengan aqal, manusia hanya bisa mengetahui bahwa Tuhan itu memang ada dan esa serta memiliki semua kesempurnaan. Aqal tidak bisa mengenali siapa nama Tuhan, dia harus dibimbing. Pembimbing itu adalah para Nabi dan insan terpilih.
Aqal dan nabi adalah pasangan anggun yang saling melengkapi keduanya tidak ada pertentangan walau sedikit. dengan aqal manusia mengenali nabi, Mengenali seorang yang mengaku sebagai nabi bahwa dia adalah benar-benar seorang nabi atau bukan. Manusia bisa mengkaji manusia yang mengaku nabi dengan menggunakan aqal mereka. Ketika yang dibawa, dilakukan disampaikan orang yang mengaku nabi itu masuk aqal maka dia benar-benar nabi. Ketika tidak maka dia hanya mengaku-aku semata. Kepada nabi yang sesuai dengan akal inilah manusia bisa mendapatkan jawaban. Baik dengan bertanya atau dengan mengkaji kitab yang dia bawa.
mulla shadra 2
bag 2 lanjutan bab tingkatan
eksistensi.
Pada saat semua tingkatan dunia intelek dibangkitkan maka akan membangkitkan generasi baru sebagai efek. Yakni munculnya dunia idea. Walaupun eksistensi-eksistensi tersebut abstrak dan hampa materi, namun mereka memiliki sifat materialis seperti kuantitas, bentuk, dan lain-lain. Tingkatan selanjutnya adalah eksistensi-eksistensi dunia materi yang merupakan efek dari dunia idea. Eksistensi ini memiliki sifat kematerialismean. Dunia ini akan turun pada eksistensi paling rendah yang merupakan materi utama yang tidak memiliki aktualitas tetapi menerima aktualitas dan cenderung teraktualisasi. Ada beberapa tingkatan pada perjalanan lingkaran naik (ascent) dan itulah mengapa eksistensi yang paling rendah dapat naik pada tingkatan yang lebih tinggi.
Perjalanan Evolutif Eksistensi menuju Tuhan.
Mawlawi mengatakan bahwa seluruh eksistensi dialam raya ini termasuk materi merupakan efek Tuhan, jadi semua itu bergantung pada-Nya. Dan semestinya menerima rahmat eksistensi dari-Nya, sehingga akan muncul makhluk-makhluk yang lain setiap saat. Disisi lain prinsip pertentangan mengendalikan alam raya karena tiap bagian dunia saling bertentangan agar dapat mengikuti jalannya masing-masing menuju kesempurnaan. Pertentangan tersebut sebetulnya diperlukan bagi eksistensi-eksistensi tersebut yaitu dengan menerima eksistensi dari dunia yang lebih tinggi. Dengan demikian, mawlawi meyakini adanya perjalanan evolusi dunia dan manusia akan melalui proses tersebut, sehingga materi dan tubuh akan menjadi hewan, hewan dan apa yang dimakan oleh manusia akan menjadi bagian dari manusia, kemudian akan melalui perjalanan evolusi embrio dan mencapai tingkat dimana mereka akan menjadi suatu ciptaan yang memiliki eksistensi dan menerima ruh manusia yang turun dari dunia yang lebih tinggi yaitu Tuhan. Ruh tersebut akan melalui perjalanan evolusi dalam tubuh manusia sampai melewati dunia malaikat dan itulah proses naik yang dilalui untuk menuju tingkat eksistensi yang lebih tinggi.
Mulla Shadra meyakini adanya gerak substansial dan esensi memancar kepada seluruh eksistensi materi. Dan atas dasar ini ia mengatakan bahwa esensi dan realitas akan selalu menjadi baru setiap saat. Berdasarkan gerak substansial ini keseluruhan eksistensi didunia ini akan selalu bergantung pada Rahmat Tuhan dalam perjalanan menuju tingkat kesempurnaan. Disini seluruh gerak sedang mengalami evolusi materi melalui dunia dan akan terus berjalan menuju tingkat kesempurnaan yang lebih tinggi dengan keseluruhan esensi dan identitasnya. Proses ini juga terjadi di dunia materi termasuk ruh manusia yang pada awalnya memiliki eksistensi tubuh. Mulla shadra menekankan prinsip pertentangan dalam dunia materi sebagai landasan untuk menerima rahmat tuhan.
Dunia Makhluk Menuju Tuhan.
Mawlawi mengatakan bahwa segala sesuatu yang telah terpisah dari sumbernya pada akhirnya akan kembali pada sumbernya. Seluruh sifat kesempurnaan seperti kehidupan, pengetahuan, kekuatan dan sifat yang lain akan mengalir dalam diri seluruh eksistensi didunia dan akan menuju Tuhan dengan cinta, pengetahuan, dan kehidupan serta pada akhirnya akan kembali pada-Nya.
disini Mulla Shadra menyatakan bahwa seluruh eksistensi merupakan efek Tuhan. Efek tersebut merupakan tingkat yang lebih rendah yang merefleksikan kesempurnaan Tuhan berdasarkan kapasitas-Nya. Maka seluruh eksistensi akan disertai pengetahuan, kekuatan dan sifat yang lain merupakan kesempurnaan Tuhan. Salah satu sifat kesempurnaan Tuhan adalah cinta-Nya yaitu cinta Tuhan terhadap pengetahuan absolut yang mejadi penyebab penciptaan dunia dan terwujudnya manifestasi dari kesempurnaan-Nya kealam raya ini. Cinta ini menjadikan seluruh makhluk hidup mencintai kekuatan, pengetahuan, dalam aliran cinta pas makhluk tersadar untuk mencari pencapaian kesempurnaan yang kesempurnaan yang absolut yaitu Tuhan.
Komposisi Jiwa Dan Raga Manusia
Mulla Shadra meyakini bahwa jiwa pada awalnya berbentuk materi, namun kemudian akan berproses menuju kehidupan spiritual yaitu Jiwa yang diberkati dengan karakteristik tubuh dan kekuatan kemudian secara gradual melewati perjalanan esensi melewati materi, tumbuhan, hewan, hingga ia mencapai tingkat intelektualitas jiwa manusia dimana disetiap tingkatan akan menerima karakteristik khusus hingga tingkatan terakhir, yaitu tingkatan kemanusiaan manusia sempurna tertinggi.
Maulawi menilai bahwa tubuh bagaikan bayangan dari jiwa dia merupakan instrumental pengembangan jiwa dimana (disatu sisi) tubuh tergantung pada jiwa. Ruh dalam tubuh akan dipengaruhi oleh dunia materi sehingga ruh tersebut kembali keasalnya.
Karakteristik Konseptual Jiwa Manusia.
Menurut Mawlawi jiwa manusia memiliki beberapa tingkatan yaitu ruh, intelek, dan wahyu.
Ruh berada dibalik tubuh ditingkat inilah kelima indra manusia berada.
Intelek, tingkatan ini merupakan tingkatan suci dimana kebenaran metafisik dapat dipahami. Pada tingkatan ini manusia berada pada jalan yang lurus. ( manusia berjalan dengan aqal mereka)
Wahyu atau inspirasi batin. Ditingkatan ini manusia mampu menerima inspirasi dari dunia yang lebih tinggi. Dan membantu manusia yang lain guna memahami inspirasi tersebut.Dengan tiga kekuatan ini manusia mampu mencapai kesempurnaan baik dari aspek teori maupun prakteknya, yaitu kelima indra sebagai aspek materialnya mampu merefleksikan hakikat kebenaran pada diri manusia. Serta berperan sebagai instrumen dalam mencapai dunia yang lebih tinggi dengan menemukan kesadaran kehidupan spiritualnya. Mawlawi juga berpendapat bahwa kesempurnaan tertinggi hanya dapat dicapai manusia melalui konsep intuisi jadi tidak sekedar konsep intelektual dan persepsi mental semata.
Dalam masalah ini Mulla Shadra mendefinisikan kemampuan jiwa dalam beberapa kelompok.
a. Rasa ingin tahu(intelek material).
b. Kemampuan dalam aktualisasi oleh akusisi konsep utama dan penilaian.
c. Kemampuan berpikir yang telah ada sebelumnya. d. Dan tingkatan terakhir adalah intelek yang diperoleh, tempat dimana seluruh para ingin tahu diaktualisasikan. Ini adalah langkah awal manusia untuk mencapai keselarasan antara subjek dan objek. Disini intelek manusia menjadi bagian manusia itu sendiri. Dia juga menjelaskan bahwa masih ada tingkatan suci yang meniscayakan untuk mengambil kesimpulan tanpa (melalui) beberapa tingkatan sebelumnya.
Dalam pandangan Mulla Shadra intelektual, pengetahuan dan intuisi mistis merupakan aspek-aspek yang saling melengkapi. Manusia mampu menyempurnakan kemampuan teoritis mereka dengan menggunakan penalaran serta kemampuan intelektual sebagai dasar perjalanan spiritualnya demi menyempurnakan kemampuan praktisnya. Pada akhirnya manusia akan mencapai posisi manusia sempurna.
Tujuan Penciptaan dan Pentingnya Wakil Tuhan
Mawlawi mengatakan bahwa tujuan dari penciptaan adalah cinta Tuhan, yakni untuk memanivestasikan diri-Nya pada dunia yang lebih rendah. Dia berpendapat bahwa Tuhan menciptakan tingkatan eksistensi yang berbeda-beda sebagai manifestasi dan bukti akan eksistensi-Nya, sehingga eksistensi apapun merupakan manifestasi dan perwakilan diri-Nya berdasarkan kemampuan masing-masing. Manifestasinya yang sempurna tidak lain adalah manusia sempurna. Yaitu manusia yang menjadi mediator antara Diri-Nya dengan makhluk. Hal ini dikarenakan manusia sempurna mampu memantulkan hakikat kebenaran dengan lebih baik. Yang disebabkan oleh kedekatannya dengan Tuhan. Manusia sempurna telah mampu menyusun seluruh tingkatan didunia yang objektif. Dunia tanah, hewan, dan malaikat. Dia telah mencapai hakikat kebenaran.
Terkait tujuan penciptaan serta pentingnya wakil Tuhan Mulla Shadra berpendapat bahwa tujuan itu adalah untuk memanivestasikan dan memunculkan sifat-sifat dan nama-nama-Nya sesuai dengan kapasitas masing-masing eksistensi untuk menerima Rahmat-Nya. Rahmat yang memancar dan cinta-Nya pada eksistensi-Nya sendiri. Tuhan tidak memanivestasikan esensi kekuatan-Nya pada eksistensi yang bersifat mungkin (mumkinul wujud, keberadaannya bersifat mungkin). Karena itulah Dia merefleksikan diri-Nya pada wakil yang memiliki kemiripan yang sempurna seperti Tuhan dan disisi lain juga memiliki kemiripan dengan makhluk yang lebih rendah. Wakil yang mampu merefleksikan seluruh sifat dan Nama dan esensi Tuhan secara sempurna serta membawa Rahmat Tuhan kepada seluruh eksistensi yang lebih rendah. Wakil Tuhan itu adalah emanasi pertama atau ciptaan pertama Tuhan disaat proses turun (descent) yang menyatu dengan manusia sempurna, setelah ia melewati berbagai tingkatan untuk naik menyatu dengan Tuhan. Semua ini mungkin kerena sejak awal manusia sudah dibekali potensi yang lebih besar dari malaikat ataupun makhluk yang lain, sehingga manusia mampu melewati semua tingkatan makhluk bahkan tingkatan malaikat disinilah mengapa manusia mampu menerima kesempurnaan secara sempurna. Pada saat manusia mampu menghimpun semua tingkatan eksistensi dunia yang ada (dunia materi, idea dan dunia intelek) dalam dirinya maka manusia akan menjadi manifestasi dari keseluruhan sifat dan nama Tuhan.
Petualangan Menuju Tuhan
Mawlawi Rummi menyatakan bahwa perjalanan manusia menuju Tuhan yang merupakan kerelaan dimana eksistensi yang lain ada yang kembali karena keterpaksaan, hanya mungkin dilakukan dengan mengikuti jalan Tuhan, mengetahui hakikat pengetahuan dan penyucian jiwa. Refolusi spiritual jiwa yang terjadi pada perjalanan menuju Tuhan tidak lain adalah kebangkitan kembali, sementara eksistensi lainnya tidak mengalaminya. Bagi para petualang spiritual laku asketisme dengan membunuh(mengekang) keegoisan, nafsu dan keinginan akan membawa dirinya fana dalam eksistensi Tuhan, ketika petualang telah keluar dari mementingkan diri sendiri dan menghilangkan identitas dirinya maka sifat-sifat kepribadiannya menjadi sifat yang terkasih dan dan fana dalam Dirin-Nya.
Disini cinta menjadi pemercepat perjalanan pertualangan ini. Sebab cinta inilah yang membuat manusia sangat tertarik pada hakikat kebenaran. Kondisi yang sangat diidamkan oleh para petualang. Mungkin oleh eksistensi yang lain hal itu di anggap sebagai sesuatu yang menyedihkan namun tidak bagi manusia yang telah dipenuhi oleh cinta Tuhan. Dia tahu dengan siapa sedang bertemu, dia sedang bertemu dengan hakikat.
Mulla Shadra menjelaskan diperlukan empat perjalanan untuk mencapai kemampuan praktis.
1. Perjalanan makhluk menuju hakikat kebenaran. Pada saat manusia melihat sinar disiang hari dunia materi maka dia akan terikat untuk makan, minum dan yang lainnya. Dia akan terjebak dalam nafsu amarah dan yang lainnya seperti halnya hewan dan yang lainnya dan akhirnya tenggelam dalam keegoisan keinginan duniawi, akan terliput kegelapan yang akan menutupinya dari melihat Tuhan(hakikat kebenaran). Dengan terbangun dari seluruh keterikatan tersebut dan memusatkan perhatian pada pusat kebahagiaan spiritual maka dia telah mampu melalui tahap awal menuju kesempurnaan. Dia akan terbebas dari pemenuhan keinginan, kebodohan, perbudakan, nafsu dan keegoisan dan langkah ini akan membawanya menuju jalan hakikat. Dia akan memfokuskan perhatian pada-Nya dengan aktifitas religius yang menghantarkan kesucian hatinya. Pada akhirnya secara gradual dia akan menikmati indahnya cinta. Dengan mencintai hakikat dia akan melewati dunia materi dan melewati dunia idea. Disini akan muncul dunia surgawi baginya. Dia harus melewati dunia penuh keterbatasan itu dengan meningkatkan ibadah kepada Tuhan. Dengan hanya menempatkan cinta-Nya dalam dirinya. Dia tenggelam dalam mabuk cinta-Nya. Selanjutnya dia akan mampu memasuki dunia intelek, yaitu dunia malaikat. Pada awalnya dia hanya mampu mengenali bentuk-bentuk intelektual yang tampak bagi dirinya dalam waktu yang terbatas. Dan kemudian menghilang dan lama kelamaan dia mampu mengenali bentuk-bentuk intelek tersebut secara utuh. Dia mengaktualisasikan dalam jiwanya dan hakikat kebenaran akan tersingkap dalam dirinya. Eksistensinya fana dalam hakikat dan menyatu dengan-Nya inilah akhir perjalanan pertama.
2. Perjalanan dari hakikat menuju hakikat. Perjalanan ini dikendalikan oleh hakikat yang Maha Kuasa. Ini merupakan perjalanan dari esensi hakikat menuju kesempurnaan dan sifat-sifat-Nya setahap demi setahap. Sang petualang melalui intuisinya akan mampu mengenali sifat-sifat kesempurnaan tersebut. Dan dengan menghilangan sifat-sifatnya, perbuatan-perbuatan dan esensinya sendiri dan masuk dalam hakikat dia mencapai siklus wilayat. Lebih jauh lagi dia akan membaur dan tenggelam dalam kesatuan dalam Tuhan.
3. Perjalanan dari Hakikat menuju makhluk. Perjalanan ini merupakan perjalanan dari tingkatan penghilangan sifat dan sikap sebagai makhluk kepada tingkatan kesadaran menuju kehidupan ketuhanan yang mampu mengenali kembali dunia yang lebih rendah seperti dunia abstrak, dunia jiwa dan dunia materi. Disini ia juga memiliki bentuk-bentuk dunia tersebut dengan pengetahuan intuitif dan kemampuannya melihat hakikat sekaligus makhluk lainnya sehingga tetap mampu memberitahukan esensi sifat dan perbuatan Tuhan kepada para makhluk.
4. Perjalanan dari satu makhluk kepada makhluk lainnya melalui hakikat kebenaran. Dengan pengetahuan terkait keberagaman dunia dan penyebab kebahagian atau kemalangan manusia. Maka pada perjalanan ini manusia sempurna mulai membimbing, mengajari, dan mendidik manusia lain untuk mengenali Tuhannya. Apapun yang dilihatnya dia akan tetap mampu melihat hakikat melalui apa yang dilihatnya karena dia melihat segala sesuatu melalui bahaya hakikat kebenaran.
Mulla Shadra menyarankan bagi siapa yang ingin menyempurnakan kemampuan praktisnya melalui iman dan perbuatan baiknya maka dia harus menyucikan aspek lahirnya dengan melakukan aktifitas-aktifitas spiritual yang diwajibkan Tuhan seperti sholat, zakat, puasa, kegiatan kemanusiaan dan sebagainya. Selain itu dia juga harus mensucikan aspek batin dari segala hal buruk keinginan duniawi keegoisan, serta menghiasi jiwanya dengan sifat-sifat ketuhanan.
Manusia Sempurna Sebagai Mediator Rahmat Tuhan
Mawlawi berpendapat bahwa pada saat manusia sempurna telah mencapai Tuhan tanpa adanya mediator (untuk pencapaian itu) dan menjadi eksistensi yang tertinggi dan yang termulia yang berada disamping-Nya, maka seluruh rahmat Tuhan material atau spiritual akan diberikan kepada makhluk lain melalui dirinya. Disini Tuhan menghendaki dirinya menjadi asal dari seluruh sifat-sifat kesempurnaan makhluk seperti hidup, pengetahuan, kekuatan dan lainya. Sebab sifat-sifat ketuhanan telah terdapat pada diri sang perantara tersebut secara komprehensif. Manusia sempurna mampu mengendalikan alam raya atas nama Tuhan dan tentunya juga dikendalikan Tuhan serta dibawah bimbingan-Nya. Kesimpulannya tanpa manusia perantara ini maka akan sangat tidak mungkin eksis menjadi nyata. Manusia sempurna selalu dibutuhkan disetiap masa. Karena ini kita tahu bahwa mawlawi meyakini bahwa setelah Nabi Muhammad siklus wilayat belum benar-benar berakhir dan tugas manusia sempurnalah untuk melanjutkan siklus tersebut hingga hari kiamat. Mulla shadra mengatakan bahwa pada saat manusia sempurna telah menyatu dengan realitas emanasi pertama pada lingkaran naik (ascent), maka seluruh kesempurnaan akan mendatangi makhluk melalui dirinya. Dia adalah penyebab adanya kehidupan eksistensi dan seluruh sifat-sifat kesempurnaan pada makhluk yang lain seluruh makhluk ada karena dirinya.(perlu digaris bawahi bahwa ungkapan ini bukan berarti syirik karena sebab disini adalah sebab kedua yaitu sebab yang bergantung pada sebab yang lain, sebab yang tidak mematuhkan sebab itulah Tuhan _peringkas)
Manusia Sempurna Sebagai manifestasi Nama dan Sifat-Sifat Tuhan.
Maulawi berpendapat bahwa manusia sempurna memanifestasikan seluruh sifat-sifat dan nama Tuhan. Karena kemampuan untuk mewujudkan dan memantulkan nama sifat-sifat Tuhan melebihi kemampuaan makhluk lainnya. Sehingga dia dipilih oleh Tuhan sebagai manifestasi dan perantara-Nya didunia. Karena manusia sempurna menyatu dengan Tuhan dan tidak ada lagi keegoisan dan kepemilikan dalam diri-Nya maka apapun yang di manifestasikannya semuanya adalah manifestasi Tuhan maka pada saat kita melihatnya maka Tuhanlah yang kita lihat karena dialah bentuk nyata dari Tuhan.(Tuhan bukan manusia sempurna itu jadi dari kalimat terahir ini bukan berarti Tuhan itu bisa dilihat _peringkas)
Mulla shadra menyatakan bahwa pada saat manusia menjadi wakil Tuhan maka Tuhan akan mengaktualisasikan perluasan kerajaan-Nya pada seluruh tingkatan eksistensi._Ini merupakan tujuan penciptaan dalam dirinya_ dan karena itu seluruh eksistensi mencari pengetahuannya kepada Tuhan melalui eksistensi wakil dari Tuhan ini. Wakil yang tidak lagi terikat dan terbatasi oleh kondisi duniawi. Salah satu hal yang menjadi keharusan bagi manusia sempurna adalah menampakkan sifat-sifat dan nama-nama Tuhan.
Pengetahuan Manusia Sempurna.
Menurut Mawlawi pengetahuan manusia sempurna bersifat intuitif, yang paling cepat ada karena dia telah fana dalam diri Tuhan dan menyatu dengan-Nya. Dia mengetahui nama dan sifat Tuhan dan memandang semua tindakan sebagai perbuatan Tuhan, ia merasakan segala kemurahan dan kemarahan, kenyamanan dan kesulitan dan lain sebagainya yang datang dari Tuhan. Sehingga ia menikmati semua hal tersebut tanpa harus merasa terpengaruh atau terbebani karenanya.
Mulla shadra memandang bahwa manusia sempurna memandang sesuatu secara objektif bukan subjektif. Manusia sempurna sebagai manifestasi pengetahuan Tuhan mampu mengenali seluruh sifat-sifat Tuhan, termasuk dunia yang lebih rendah. Dia juga mampu mengetahui rahasia Tuhan tidak hanya sekedar secara konseptual tetapi juga secara intuitif. Dia mampu melihat Tuhan pada segala sesuatu karena pada dasarnya semua hal adalah refleksi hakikat kebenaran.
Kekuasaan Manusia sempurna.
Mawlawi dan Mulla shadra menyatakan bahwa pada saat manusia sempurna menjadi mediator seluruh rahmat Tuhan dan seluruh esensi kesempurnaan bagi seluruh makhluk serta sebagai manifestasi sifat-sifat hakikat kebenaran yang diantaranya adalah kekuatan, kekusasan, dan yang lainnya maka dia telah diberkati dengan kekuatan yang sangat besar untuk mengirimkan eksistensi baik berupa material maupun kesempurnaan spiritual kepada seluruh alam dan mengendalikannya. Dia diberkati dengan kekuatan untuk mengontrol dirinya dan kualitas batin dalam dirinya.
Minggu, 01 Juni 2008
Sholat sholat
Sebagai salah satu ibadah yang menjadi kewajiban bagi seorang muslim, sholat mendapatkan perhatian yang begitu besar. Namun makna besar yang dimiliki sholat bukanlah karena dinilai besar tapi secara mandiri sholat memiliki makna yang besar dan agung. Dengan alasan apakah kita bisa mengatakan bahwa sholat memiliki nilai yang agung? Sederhana untuk dikatakan bahwa sholat merupakan sarana untuk berbincang dan mengakrabkan seorang hamba dengan Tuhan Sang Sembahan. Adakah keindahan dan kebahagiaan dibanding kedekatan dengan Allah Sang Kecintaan dan Dambaan Utama? Sholat tak ubahnya sebuah program yang dimaksudkan untuk menyadarkan kita pada kenyataan bahwa hari-hari yang kita jalani akan dihisab. Selain itu dibawah tekanan hidup sehari-hari seseorang akan mudah kehilangan pandangan dan tujuan hakikinya hal ini memustahilkan kita untuk selalu mengingat seluruh janji dan tanggung jawab yang harus diemban. Sholat merupakan ringkasan padat dari segenap doktrin islam (Ali Khamenei). Dengan sholat kita diingatkan kembali tentang tauhid, nubuah, hari kebangkitan, keadilan Tuhan serta adanya larangan mengikuti dan melakukan kedzaliman.
Bagaimana seorang penyembah bisa mencapai undakan dan tingkatan nan menawan disisi Allah swt ini?
Kami sampaikan alasan mengapa sholat itu mulia bisa kita ucapkan dengan bahasa sederhana. Namun usaha mencapai raihan agung ini tentu tidaklah suatu hal yang sederhana. Dijelaskan bahwa sebelum memasuki sholat, orang yang hendak memasuki dekapan kecintaan Allah hendaknya mempersiapkan diri sedemikian rupa sehingga bisa mencecapi ranun buah serta menikmati rahasia sholat. Selain diharuskan untuk memperhatikan hukum-hukum fikih terkait masalah wudzu, penjagaan pakaian dari segi jenis, kesucian, kehalalannya, dan kemubahan tempat untuk sholat. Persiapan dari segi batin juga menjadi penentu tergapai tidaknya tujuan sholat.
Sebelumnya dikatakan bahwa sholat mencegah dari perbuatan keji dan munkar tapi mengapa banyak yang melakukan sholat tapi tetap melakukan prilaku keji dan munkar serta berbagai prilaku tidak berkualitas yang lain?. Sholat ketika kita lihat lebih dalam akan kita dapati rangkaian yang begitu teratur dan tertata serta menyimpan rahasia yang begitu pelik dan menakjubkan. Dalam surah fatihah Setelah menyebut Dia Maha Rahman juga Maha Rahim-Nya sebagai ungkapan pengakuan kita akan dua sifat tersebut benar-benar disandang oleh-Nya serta menyadari bahwa itu adalah ucapan terbaik untuk semua perbuatan tiada ungkapan selanjutnya melainkan ungkapan pujian karena keterkaguman kita terhadap kebesaran serta semua sifat kemuliaan Yang Tersanding anggun dalam Zat-Nya yang lebih tepat untuk dihaturkan. Dan pujian ini adalah sepantas-pantasnya pujian karena pujian ini disampaikan pada Zat Yang Maha Terpuji walau disatu sisi tidak akan pernah ada yang mampu untuk memuji Dia sebagaimana hak Dia untuk dipuji. Memuji segala kesempurnaan ilmu dan kebesaran yang terangkum dalam Ar-Rahman dan Ar-Rahim.
Setelah lama berjalan orang yang menapaki perjalanan ruhani dalam sholat yaitu orang yang benar dalam sholatnya setelah sebelumnya menyebutnya dengan ungkapan Dia Yang Maha Rahman dan seterusnya beranjaklah langkah memandang keagunganNya dan menyapa dengan penuh harap. Kepada Engkau aku menyembah dan kepada Engkau memohon pertolongan. Ungkapan langsung tidak lagi menyebutnya dengan kata dia yang terkesan jauh.
Kemudian kita diajari untuk mengulang kembali kebutuhan kita akan seorang pemberi petunjuk demi menggapai kemuliaan. Kita diingatkan dengan kebutuhan kita terhadap seorang nabi serta para penerus nabi yang meneruskan risalah terahir yang diterima beliau kepada umat beliau hingga sekarang. Bahwa aqal yang kita miliki itu terbatas, dengannya kita tidak mampu mengenali hal-hal ghaib baik surga, neraka, malaikat, hari kebangkitan, hari pembalasan, serta hal-hal yang berada diluar jangkauan aqal manusia. Sebuah pertanda juga diberikan berkaitan orang yang bisa membawa kita pada jalan hidayah (petunjuk) tersebut. Mereka yang mendapat nikmat Allahlah yang bisa menjadi figur bagi semua manusia. Nikmat yang berbeda dari sekedar makanan, hidup, serta berbagai nikmat yang juga didapatkan oleh binatang nikmat disini adalah nikmat yang bisa menjadi perantara untuk menjadi petunjuk bagi setiap manusia.
Dalam tataran terakhir kita diberi tahu bahwa kita tidak boleh mengikuti langkah orang dzalim (sewenang-wenang terhadap orang lain, memikirkan kepentingan pribadi semata dll) kita diingatkan untuk tidak mendukung musuh islam yaitu mereka yang berada diawah kemurkaan Allah swt dan mereka yang dzalim. Disini kita diingatkan bahwa kita harus jadi manusia-manusia universal, bukan lagi sebagai pribadi-pribadi individual yang terus-menerus memikirkan kepentingan pribadi semata.
lebih penting dari semua itu adalah kesadaran bahwa kita sedang menghadap Dia yang Maha Segala yang dengan karunia serta pemberian-Nyalah kita masih terus eksis dan bisa berdiri menghadap. Maka jika kau tidak dapat melihat-Ku ketahuilah bahwa Aku melihatmu. Memang teramat banyak rahasia dibalik sholat karenanya kita tidak boleh berhenti disini. Berbagai buku telah ditulis oleh ulama besar terkait masalah ini. Buku mi'raj Ruhani karya ayatullah Khomeini merupakan karya besar untuk memperkenalkan kita kepada nilai sholat yang lebih utama.
Sepatah kata untuk Sang Sayyidah
Mengungguli Seluruh Ruh
Sayidah fathimah adalah sosok besar dimana kebesarannya tak mungkin dilukis dengan kata. Satu hal yang bisa dilukiskan hanya satu bahwa fathimah adalah fathimah. Dialah contoh bagi anak perempuan, anak gadis, seorang wanita, seorang istri serta ibu terbaik. Wejangan yang cukup menggelitik adalah bahwa dia adalah sosok pemilik cinta universal. Kedekatan terhadap anak kecil, para fakir, janda tua dan kaum lemah yang lain begitu lekat sebagaimana perangai sang ayahhanda tercinta. Dikatakan bahwa dialah pemilik perangai terdekat dengan Rasulallah. Ini bukan hal yang aneh tapi bukan pula hal yang remeh. Dia adalah seorang wanita yang berada dibawah didikan langsung di madrasah kenabian. Dibimbing sosok ibu yang terkenal sebagai at thahirah(yang menjaga kesucian) sebagaimana kita tahu bahwa kualitas seseorang juga dipengaruhi oleh prilaku sang ibu kala ia dikandung diperut ibunya. Jadi jelas. fathimah adalah sosok yang dibimbing di bawah aura kesempurnaan.
Ketika kita menengok sejarah. Akan kita temukan bahwa dia disebut sebagai ibu dari bapaknya. Hal ini menunjukkan bahwa dia mampu memainkan peran sebagai seorang ibu bagi ayahnya. Seperti yang kita tahu bahwa disaat sayidah fathimah kecil ibunya yang telah menjadi pelipur lara nabi meninggal. Kepergian yang karenanya Nabi menamakan tahun itu sebagai tahun kesedihan. Ini menunjukkan nabi begitu kehilangan. Namun perjuangan demi tegaknya islam harus terus dilakukan pada saat kondisi ini datanglah putri tercinta menggantikan istri yang meninggal dunia. Disatu sisi terselubung kesedihan seorang ibu namun disisi lain fathimah kecil tahu ayahnya butuh tempat bercerita tentang keadaan umat yang tak juga mengikuti langkah kebenaran islam.
Tafakur mengenang Kesyahidan Imam Khomeini
Tafakur
"Bangkitkan hatimu dengan bertafakur, jauhkan dirimu dari malam dan bertaqwalah kepada Allah Tuhanmu"
كانااميرالمؤمنين (ع)يقول: نبه بتفكر قلبك و جاف عن اليل جنبك وتق الله ربك
"Kãnã yaqûlû" berarti "biasa mengatakan" menunjukkan makna kesinambungan dan kekerapan, hal ini berarti Ali amirul mukminin pintu dari kota ilmu Rasul saw ini berulang-ulang mengatakan hal ini. Kata nabbih "bangkitlah" adalah suatu aktifitas menyadarkan seseorang dari kelalaian atau membangunkan dari tidur. Makna ini tepat untuk makna hadis diatas karena hati selalu berada dalam keadaan lalai jika tidak bertafakur dan akan tertidur sebelum dibangkitkan. Kadang secara lahiriyah mata terjaga dan jasmaninya sadar namun mata batin tertidur pulas. Jiwapun dalam keadaan lalai dan tidak sadar.
Tafakur adalah aktifitas akal, yakni penataan kembali masalah-masalah yang sudah diketahui guna mencapai kesimpulan-kesimpulan yang belum diketahui. Khwajah Abdullah An-Shari menjelaskan bahwa tafakur adalah aktifitas penglihatan batin untuk mencapai tujuan yang didambakan.
Jelas bahwa makrifat merupakan sesuatu yang didambakan hati. Jadi tafakur di hadis ini berkenaan dengan hati dan kehidupan hati itu sendiri.
Makna Hati.
Filosof dan para arif menggunakan kata ini untuk mengacu pada prestasi-prestasi spiritual sedang kaum sufi mengistilahkan sebagai derajat-derajat dan tahapan perjalanan ruhani. Dalam Al-Ahzab (33): 10 makna hati diartikan sebagaimana dipakai oleh para dokter, dalam surah (7): 179 mereka mempunyai hati, (tetapi) tidak mereka gunakan untuk memahami. .... Arti hati disini adalah pengertian yang sering dipakai para filosof. Dan kaum arif mengartikan hati sebagai mana tertuang dalam surat Qof (50) : 37 sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat peringatan bagi orang orang yang mempunyai hati.
Dalam pembahasan ini hati diartikan sebagaimana yang dipakai para filosof. Yaitu hati yang digunakan untuk memahami.
Kata jaafi dalamجاف عن لليل berarti menjauhi. Menjauhkan sisi tubuh dari tempat tidur. Jika dikaitkan dengan waktu malam kata ini bisa bermakna kiasan dalam arti menjauh dari kenikmatan suasana malam hari. Syaikh Ridha isfahani berpendapat bahwa kata tersebut adalah kiasan bangkitnya seseorang dari tempat tidur untuk menunaikan ibadah dan bermunajat kepada Tuhan.
Tafakur adalah kunci pembuka pintu-pintu makrifat(pengetahuan) dan merupakan khasanah kekayaan pengetahuan dan keutamaan. Salah satu penerus keilmuan nabi mengatakan "Sebaik-baik bentuk ibadah adalah bertafakur tentang Allah Swt dan kekuasaanNya" dan dalam sebuah hadis dikatakan bahwa bertafakur satu jam lebih baik dari ibadah satu tahun.
Selanjutnya dijelaskan bahwa tafakur memiliki tingkatan yang berbeda-beda dimana dalam setiap tingkatan itu akan memberikan hasil dan konsekuensi yang berbeda pula. Pertama tafakur tentang Allah, Nama-Nama, Sifat-sifat serta kesempurnaan-kesempurnaan-Nya. Dari tahap ini akan didapat pengetahuan tentang Wujud-Nya dan berbagai jenis manifestasi-Nya, yakni entitas-entitas aktual dan fenomena-fenomena objektif, hal ini dapat menjadi pendorong manusia untuk mengetahui-Nya dan mengetahui segenap maujud dan akibat yang dicipta-Nya. Ulasan ini disebut sebagai burhan al shoddiqin (argumen orang yang selalu berkata benar). Orang ini memandang Nama, Sifat dan esensi pertama (a'yan) dan manivestasi-manivestasi dalam cermin Nama-Nama melalui penyaksian akan Zat. Hati Para Shidiqin tidak lagi tertutupi oleh argumen. (Perlu diketahui bahwa) Orang yang masih berada di tahap tafakur berarti belum sampai pada tingkatan pertama para shidiqin. Setelah tirai tebal pengetahuan dan argumen tersibakkan dan tafakur terkesampingkan, barulah berbagai sudut jalan dapat dijelajahi, di (tingkat ini) sini tanpa tafakur dia mampu melihat kemuliaan keagungan dan keindahan Zat Yang Maha Mutlak (yaitu) diakhir perjalanannya. Dia pun mengalami suka dan cinta abadi melebihi dunia dan isinya dan terselimuti jubah Sang Maha Kuasa dan dia menetap dalam fana total.
Ketika kembali dari perjalanan ruhani ini keagungan dan keindahan Allah tersingkapkan baginya. Lalu dia menangkap makna Nama dan Sifat-Nya dalam cermin Zat.
Tafakur yang diperlukan dan dilarang berkaitan dengan Zat Allah.
Tafakur yang dilarang adalah berupaya mengukur sifat dan kedalaman Zat-Nya. Terkait kemustahilan untuk memahami (mengukur)Zat Allah dapat dilihat di buku para arifin. (disisi lain)Mereka juga memberikan sarat tertentu terkait kebolehan mempelajari Zat Allah swt (terkait masalah Nama, Sifat serta keagungan-Nya)
Bertafakur yang diperbolehkan adalah bertafakur tentangnya demi membuktikan argumentasi tentang keberadaan, keesaan, dan menegaskan transendensi dan kesucian-Nya. Hal ini pula yang menjadi dambaan kaum arif dan merupakan tujuan puncak dari pengutusan para nabi. Ada sebagian orang yang berfikir dan menuangkan pemikiran itu dalam karya dan pidato mereka melarang keras adanya upaya pengkajian pengetahuan tentang Allah Swt yang merupakan tujuan puncak para Rasul dan wali Allah swt. Mereka dengan kejahilan(kebodohan) mereka(menjadikan hal ini) sebagai satu-satunya alasan tidak benarnya keyakinan tentang asal usul penciptaan dan hari kebangkitan. Mereka mengira kaum arif melakukan tafakur tentang Allah padahal Kaum arif menilai hal itu adalah hal yang mustahil. Kedua mereka tidak mengetahui makna hadis yang melarang berfikir tentang Zat Allah mereka menilai bahwa hal itu berarti larangan untuk tidak mengucapkan satu patah katapun tentang Zat Allah. Abu Ja'far menyampaikan:" Berbicaralah tentang ciptaan Allah dan jangan berbicara tentang Allah, sebab berbicara tentang Allah tidak akan menambah si pembicaranya kecuali kebingungan". Ini menunjukkan bahwa tujuan pelarangan itu adalah agar tidak melakukan pembicaraan yang bertujuan mengukur kedalaman Zat Allah dan kualitas (kaifiyyah)Zat-Nya dengan mencari-cari alasan keberadaan-Nya. Jika tidak demikian pembicaraan tentang Zat Allah dengan maksud menegaskan Zat itu, kesempurnaan-Nya, keesaan dan transendensi-Nya tidak akan menimbulkan kebingungan.
Beliau juga menyampaikan "Jika kamu ingin melihat Keagungan Allah lihatlah keagungan ciptaan-Nya" jadi dalam tafakur kita harus menyimpulkan dari keagungan ciptaan-Nya. Bertafakur tentang Allah demi mengenali Zat Allah dan demi merenungkan Kekuasaan, Nama-Nama, Sifat-Sifat-Nya merupakan ibadah terbaik.
Ayat-ayat yang berbicara tentang pengesaan-Nya dan penyucian Zat-Nya tersebut maupun yang menyebutkan kebenaran hari kebangkitan dan kembalinya setiap makhluk kepada-Nya adalah muncul untuk orang-orang yang melakukan perenungan secara mendalam. Jadi merenung tentang Zat Allah itu dilarang pada tingkat tertentu, yaitu menyelidiki atau mengukur misteri terdalam Zat dan Sifat-Nya. Orang yang tidak memiliki kekuatan untuk mendengarkan argumen filosofis, tidak mampu masuk kedalam pembahasan itu dilarang menyelam didalamnya.
Bertafakur Tentang Ciptaan
Bertafakur disini adalah merenungkan keindahan-keindahan ciptaan, kesempurnaan, dan ketelitiannya, sejauh mana manusia dapat melakukannya-tafakur seperti ini menghasilkan pengenalan akan sumber yang Maha Sempurna dan Pencipta Yang Maha Bijaksana. Titik tolak yang dipakai disini adalah makhluk ciptaan dan kemudian dari situ diperoleh pengetahuan tentang sumber dan pembuatnya. Sedang pada argumen shadiqin bermula dari Allah Swt, yang darinya diperoleh pengetahuan tentang manifestasi-manifestasi kedaulatan, penampakan, dan tanda-tanda kebesaran-Nya. Jadi tafakur tentang keajaiban ciptaan berikut ketelitian serta kesempurnaan sistemnya merupakan pengetahuan (penggantar) yang bermanfaat. Ini adalah aktivitas hati terbaik dan mengungguli segala bentuk ibadah karena hasil darinya adalah semulia-mulia hasil.
Ruhullah khomeini qs menegaskan bahwa betapapun saat ini manusia mengalami kesulitan untuk dapat memperoleh pengetahuan sejati tentang rahasia dibalik keajaiban penciptaan berdasarkan realitas wujud yang sebenarnya. Sistemnya amat teliti, sempurna dan indah sampai pada suatu keadaan dimana seandainya manusia mengamati makhluk apapun dengan segenap ilmu pengetahuan yang diperolehnya selama berbad-abad pencarian, toh ia tidak akan dapat menemukan seperseribu dari misteri penciptaannya sekalipun oleh sebab itu bagaimana mungkin ia dapat menjangkau keagungan penciptaan alam semesta yang maha indah, apalagi memahami kepelikan sistemnya, hanya dengan menggunakan ide-idenya yang terbatas dan tidak sempurna.
Bertafakur Tentang Bumi dan MatahariDalam pembahasan masalah ini oleh Ayatullah khomenei bumi dan matahari disebut sebagai suatu kesempurnaan ciptaan serta kecakapan kreatif yang Maha Arif. Jarak bumi dengan matahari yang begitu tepat serta Perputarannya terhadap matahari dan segala konsekuensi dari pergerakan ini yang memunculkan berbagai hal yang menjadikan adanya kemungkinan bagi makhluk hidup untuk hidup. Malam, sinar, cahaya, musim panas, dingin, dan seterusnya. Semua ini belumlah apa-apa dari rangkuman Maha Luas dari Ilmu yang tersimpan dialam semesta.
Tidak perlu jauh-jauh kita bisa mengkaji keajaiban penciptaan tubuh kita sendiri. Indra lahiriah dengan kapasitas objek-objek indrawi yang bersifat materiil disekeliling kita. Tubuh dengan anatominya, bentuk fisiknya, serta fungsi-fungsi organ dalam maupun luar. Semua ini merupakan sebuah sistem yang menakjubkan dan keteraturannya yang luar biasa. Ini barulah manusia sedang kita tahu bahwa bumi dengan segenap isinya tidak berarti apa-apa dibanding tata surya, tatasurya sendiri tidak ada apa-apanya dibanding tatasurya serta galaksi yang lain. Semua sistem makro dan mikro dialam semesta ini merupakan ciptaan yang telah terbentuk berdasarkan pengaturan yang tepat dan perhitungan begitu cermat. Akal manusia tidak akan mampu memahami walau satu dari rahasia kepelikan dan misterinya(secara sempurna). Maka dengan perenungan ini masihkah akal memerlukan argumentasi lain untuk mengakui zat Allah karena alam semesta dengan segala kepelikan sistematika yang sulit digapai dengan akal ini tidak mungkin ada dengan sendirinya. kita sendiri akan tertawa terbahak ketika ada yang mengatakan (meyakini) bahwa tasbih itu terbentuk dalam untai benang dengan sendirinya. Ketika kita juga meyakini tasbih itu ada dengan sendirinya kita juga akan dikeluarkan dari golongan orang yang berakal. Terus bagaimanakah dengan orang yang memandang tidak adanya hukum sebab akibat dalam asal mula lahirnya sistem kosmik alam semesta, sedang untuk orang yang meyakini sebuah tasbih ada tanpa ada hukum sebab akibat, yaitu ada tanpa ada yang menciptakannya hal ini dianggap sebagai hal yang tidak masuk akal dan gila.
Bertafakur Tentang Keadaan Ruh
Manfaat dari tafakur ini ada dua. Pertama, pengetahuan tentang hari kebangkitan dan pengetahuan tentang (keharusan adanya)pengutusan nabi dan penurunan kitab suci yaitu kenabian secara umum dan sistem-sistem hukum Allah yang benar.
Dapat dikatakan bahwa semua dokter, ilmuwan, dan ahli anatomi mengatakan bahwa semua organ manusia, mulai dari otak hingga ke bagian-bagian kasar dari organ-organ tubuhnya, seluruhnya melemah dan merosot keadaannya setelah usia tiga puluh atau tiga puluh lima tahun. Pada usia yang sama, sisi spiritual dan persepsi-persepsi intelektual semakin berkembang dan kuat. Ini mengandung arti bahwa kekuatan rasional manusia tidaklah bersifat fisik. Karena kekuatan rasional semakin meningkat dengan banyaknya pengalaman dan berbagai aktifitas intelektual sedang kekuatan fisik semakin sering kita memakai dan menguras energi dengan kegiatan yang terus menerus (dan tanpa keteraturan) maka fisik menjadi semakin lemah. Hal ini menunjukkan bahwa ruh manusia bersifat materiil. Dapat ditambahkan pula bahwa sifat, pengaruh, dan aktifitas jiwa itu berlawanan dengan sifat, pengaruh, dan aktifitas organ jasmani secara mutlak. Misalnya kita tahu setiap benda jasmani tidak menerima lebih dari satu bentuk kalau ada bentuk lain yang akan dimilikinya bentuk yang sebelumya harus dihilangkan. Sedang pada bentuk ruh disaat yang sama bentuk-bentuk yang lain yang sepenuhnya berbeda dapat pula terterakan padanya tanpa harus menghilangkan bentuk sebelumnya.
Dimanakah.....
Tak lagi kerlingya
Tak gerai senyum
Terundung sepi demi mengurai artikah
Tampak jua kelam rasa menunggui
Terengah menilik makna
Terdengarkah akhirnya
Tersampaikah ...............
Terusung jua dalam hakikat diri
Terbawa dikemestian tuk memuncak batin sejati
Tertipukah di balik kemilau itu
Tak adakah jalan penengah, mengandai
Tiadakah penerang kembali
Terhuyung semua bayang
Terdiam senyata
Telah tertunduk kini
Termangu memaham retak bumi akhirnya.
Terurai rekaman masa lalu akhirnya.
Tergerai air bening penyesalan
Tampaklah ribu sedihnya.
Ternyuh sejadi-jadi
Tertelungkup wajah diri
Langganan:
Postingan (Atom)